Mohon tunggu...
Acik Mdy
Acik Mdy Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Love flower, love gardening. Love what you grow, and what you love will grow.\r\n\r\nhttp://acikmdy-garden.blogspot.com\r\nhttp://acikmdy-recipe.blogspot.com\r\nhttp://acikmdy-journey.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Jagalah Sikap dan Perkataan Anda Ketika Datang ke Singapura

16 April 2014   03:37 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:38 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dimanapun kita berada alangkah baiknya bila kita menjaga sikap dan perkataan, benar bukan?? Dari sikap yang ditunjukkan dan perkataan yang keluar dari mulut, akan merefleksikan siapa diri kita sebenarnya. Menunjukkan hal positif dalam bersikap dan menjaga tutur kata, dengan sendirinya orang-orang yang kita temui akan menaruh rasa hormat dan segan. Ini bukan masalah menjadi sok baik dan sok sopan lho ya..tapi membiasakan diri agar kita senantiasa berlaku sopan, apalagi bila kita berada di negeri asing, tak terkecuali Singapura.

Maaf sebelumnya, dalam tulisan saya ini tidak bermaksud untuk mempublikasikan keburukkan/ kejelekan sesama warga negara sendiri (orang Indonesia). Saya menuliskan ini hanya sebatas agar hal ini menjadi perhatian bagi orang-orang Indonesia yang datang ke Singapura, mungkin sedang berlibur atau memang tinggal dinegeri Uncle Lee ini. Karena saya ini merasa risih sekali setiap kali secara tidak sengaja bertemu dengan orang-orang Indonesia, kenapa karakternya sama ya...tidak bisa menjaga sikap dan perkataannya. Mungkin saya yang terlalu berlebihan atau sensitif, tapi dua hal ini (sikap dan perkataan) benar-benar menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan.

Pernah kami bertemu dengan beberapa orang Indonesia yang masih muda-muda didalam sebuah bis. Kalau diperhatikan mereka ini adalah orang-orang Indonesia yang sedang belajar dinegeri Uncle Lee. Mereka tepat berdiri disamping dan didepan kami duduk. Selama dalam perjalanan banyak orang didalam bis sedang bercakap, entah dalam telpon atau dengan kawannya. Tak jarang pula diantara penumpang ada yang tertidur. Sementara saya dan suami sedang bercakap juga. Bercakap didalam bis itu pemandangan biasa ya, tapi yang tidak biasa adalah bercakap dengan suara keras-keras. Itulah yang terjadi, beberapa orang Indonesia yang terlihat sebagai orang terpelajar itu berbicara dengan suara keras, suaranya menggelegar seisi bis. Masih bagus yang dibicarakan mengenai tugas sekolah, ini malah membicarakan orang lain, membicarakan keburukkan serta kejelekkan orang lain (serasa ngerumpi dimall ya..?). Saya dan suami saling berpandangan, dan kemudian kami hanya terdiam.

Lain waktu saya sedang pergi kepasar yang terletak tak jauh dari tempat tinggal kami. Karena ada rencana hendak pergi menengok adik di Indonesia, saya sempatkan untuk mencari sesuatu yang bisa menjadi buah tangan. Sekilas saya melihat sesuatu dan langsung tertarik. Setelah menyelesaikan belanja saya mampir disalah satu pedagang tidak tetap dipasar. Ya, jaket berwarna merah dengan gambar lucu berbordir, bagus dan cocok untuk adik saya yang memang suka dengan warna merah. Mulailah saya bertanya harganya, dalam hati tak percaya dengan harga yang disebutkan oleh penjual. Ketika sedang melihat-lihat, ada seorang perempuan datang disamping saya dengan membawa balita. Kalau dilihat mukanya, kelihatan orang Indonesia, sementara balita yang dibawanya berwajah Chinese. Saya tidak tahu apakah dia adalah baby sitter atau orang Indonesia yang menikah orang cina sehingga anaknya berwajah Chinese. Sempat dia berbicara dengan saya. Karena niat saya untuk membeli jaket merah itu, maka saya fokus pada jaket tersebut. Saya bertanya pada penjual harga jaket, saya masih tak percaya, bagaimana saya percaya, biasanya harga jaket bagus begitu dimall harganya diatas $S 30, ini kok hanya $S 13 murah sekali ya, perkiraan saya harganya $S 20-an. Salah dengar atau bagaimana ya telinga saya??...Untuk meyakinkan, sekali lagi saya tanya harganya, penjualpun menjawab dengan sangat meyakinkan. Seketika saya mendengar derai tawa. Saya tengok siapa yang tertawa?? Ternyata si mbak tadi yang bawa balita. Saya lihat mulutnya menganga lebar, padahal para calon pembeli lainnya tidak ada yang tertawa. Oh mungkin dia menertawakan kebodohan saya, bahasa inggris 13 aja tidak mengerti ya sampai harus berkali-kali tanya. Kemudian saya mengeluarkan dompet dari dalam tas tangan saya untuk mengambil uang kemudian membayar, seketika tawa si mbak itu berhenti. Setelah jaket merah didapat sayapun beranjak, si mbak itupun ikut beranjak pergi tanpa membeli apapun.

Saya tidak merasa malu ditertawakan si mbak ditempat penjual jaket diatas. Justru saya merasa kasihan melihatnya yang  tidak bisa menjaga sikapnya ditempat umum. Sebelum saya bertanya-tanya tentang harga jaket merah itu, ada orang lain yang bertanya-tanya berapa harga baju-baju yang dijual, padahal disana ditulis besar-besar harganya $S3. Tapi karena calon pembeli itu berbahasa Cina, maka si mbak tidak menertawakan karena kemungkinan besar ia tidak paham bahasa Cina. Andai paham iapun akan tertawa terpingkal-pingkal (mungkin...) menertawakan betapa bodohnya orang, sudah ada harga ditulis besar masih saja bertanya harganya. Harga pakaian $S3 sampai $S10 itu sangat murah, ya murah sekali untuk ukuran Singapura, makanya terkadang banyak orang yang tidak yakin, apalagi barangnya bagus, termasuk juga saya yang terkadang sering merasa terheran-terheran, barang bagus tapi harganya murah.

Dilain waktu saya dan suami sedang makan ditempat makan cepat saji didekat pasar. Didalam sana kami berbarengan dengan serombongan orang Indonesia yang berjumlah kurang lebih 6 orang dewasa. Saya lihat sepertinya mereka pelancong. Sedang asik makan sambil ngobrol dengan suami, telinga kami bising dengan suara-suara mereka (Orang Indonesia tadi). Mereka berbicara dengan suara keras yang bisa didengar siisi ruangan, sambil diselingi tawa lebar. Kami semua yang ada ditempat makan itu dalam keadaan makan sambil berbicara. Namun entah mengapa suara rombongan orang Indonesia itu terdengar paling berisik. Tidakkah bisa mengecilkan volume suara saat berbicara, toh bicara dengan suara pelan masih bisa terdengar oleh lawan bicara. Seperti biasa, saya dan suami berpandangan dan hanya terdiam, segera menghabiskan makanan kami dan ingin segera angkat kaki dari dalam tempat makan itu. Suami saya bilang, kenapa setiap kali bertemu dengan orang Indonesia ngomongnya tidak bisa pelan??...

Suatu ketika saya sedang asik menata belanjaan dan menata uang kembalian didepan pintu masuk sebuah swalayan dipasar. Saya dengar ada seorang anak menagis keras sekali. Tak lama kemudian telinga saya mendengar percakapan dua orang perempuan dengan gaya bahasa Jakarta.  Kurang lebih begini, “Udah item, nangisan...”...ditimpali oleh perempuan satunya, “iya kayak begitu mah disekolahin di Indonesia mana ada yang mau”. Heh...siapa ya yang berbicara seperti itu batin saya. Ooo..ternyata disamping saya berdiri dua orang ibu-ibu muda yang sama-sama bawa balita. Lho mau belanja kok sempat-sempatnya membicarakan orang lain didepan pintu masuk swalayan ya??...Saya lihat memang dua orang ibu muda itu kulitnya putih mulus sih...sementara anak yang dikatakan “item” dan “nangisan” memang kulitnya hitam sekali (keturunan India selatan). Tidak elok rasanya mengatakan itu bukan??...apalagi si ibu India dan anaknya itu lewat persis didepan mereka.

Mendengar perkataan dua ibu muda asal Indonesia itu, saya hanya bisa mengurut dada. Mungkin iya berada dinegeri asing yang menurutnya tidak akan ada orang yang tahu apa yang mereka berdua bicarakan. Tapi...saya (orang Indonesia) ada disampingnya! Saya tidak tahu apakah dua orang itu pelancong, ataukah orang baru (orang Indonesia yang baru saja tinggal di Singapura). Hal yang perlu diperhatikan, tidak selayaknya membicarakan orang lain, karena itu tidak pantas. Jangan salah, banyak orang Singapura (Singaporeans) yang bisa bahasa melayu meski wajah mereka Chinese, apalagi berada dipasar, yang artinya mereka mengerti pembicaraan kita dalam bahasa Indonesia. Maka hati-hatilah dalam bertutur kata bila sedang berbicara dinegeri Merlion ini.

Seperti kata pepatah “dimana bumi dipijak disanalah langit dijunjung”. Kita harus bisa menghormati dimana tempat kita sedang berada. Mungkin iya, kalau dirumahnya sendiri, atau didaerah asalnya sudah biasa berbicara keras dan lantang, namun ketika berada dinegeri orang selayaknya kita harus bisa berlaku sopan dengan tidak berbicara keras. Artinya harus bisa membawa diri. Iya kalau orang-orang dinegeri asing terbiasa dengan suara keras saat kita berbicara, kalau tidak maka itu akan menjadi “mark” untuk kita orang-orang Indonesia, “orang Indonesia berisik”. Tidak percaya akan pemberian “mark” itu?? Kawan sekalian tahu mengapa Singaporeans meski etnis Chinese tapi mereka tidak suka dengan orang Cina yang berasal dari PRC (People's Republic of China)?? Karena menurut orang Singapura (Singaporeans) mereka (orang Cina PRC) orangnya tidak sopan (suka berbicara keras-keras), tidak bersihan (contohnya suka meludah sembarangan). Itulah “mark” yang diberikan oleh orang Singapura pada orang-orang Cina yang berasal dari PRC.

Menertawakan orang lain juga bukanlah sikap yang layak. Mungkin dalam pikiran si mbak yang menertawakan saya, lucu sekali dan betapa bodohnya saya ya sampai harus berkali-kali menayakan harga. Tapi tidakkah ia tahu, kalau mau seenaknya tawa-menertawakan orang, tiap saat saya bisa saja tertawa lebar menertawakan orang lain. Seperti misalnya, ketika ada orang yang menanyakan harga satu pakaian padahal disana ditulis besar-besar harganya, atau saya bisa saja tertawa ketika seorang tetangga kami sibuk membuka kunci (padahal posisi unlock) tempat air minum kami, atau bisa saja saya tertawa terkikih kala melihat serombongan turis yang bingung bagaimana caranya naik bis di Singapura, atau gampang saja saya menertawakan orang yang tak benar dalam melafalkan bahasa inggris (misal, twelve jadi cou..), dan masih banyak hal lainnya yang bisa saja menjadi sumber bahan tertawaan.

Dan ini nih satu hal yang membuat saya terheran-heran dari dulu hingga sekarang, “kenapa orang-orang Indonesia itu suka ngerumpi membicarakan orang lain?”. Bisakah untuk tidak membicarakan orang lain, apalagi berada dinegeri orang, kenapa kebiasaan ini masih saja melekat. Jujur saya malu ketika telinga saya mendengar percakapan ibu-ibu muda asal Indonesia diatas yang seenaknya membicarakan orang lain yang baru saja dilihatnya. Atau ketika bertemu dengan para pelajar asal Indonesia, serasa ngerumpi dimall, didalam bispun dijadikan ajang untuk membicarakan orang lain. Tidak adakah bahan bahasan lain yang lebih menarik selain membicarakan orang lain, apalagi sedang berada ditempat umum??...Masih banyak hal menarik yang bisa dibicarakan bukan, misalnya tentang sekolah, tentang kondisi pasar, tentang masakan/ resep-resep masakan, tentang tanaman, tentang hewan kesayangan, tentang layanan publik, dan masih banyak lagi pembicaraan lainnya yang menarik untuk dibicarakan ketimbang sibuk membicarakan orang lain yang tak ada manfaatnya, dan justru malah menambah dosa kita.

Berbicara dan tertawa adalah hak setiap orang. Namun tempatkan itu pada posisinya yang benar. Kalau lawan bicara kita bisa mendengar dengan suara pelan, kenapa kita harus berbicara keras?? Dalam kondisi sedang presentasi, menjadi pembicara dalam seminar, bolehlah kita berbicara secara keras dan lantang. Tapi kalau hanya sekedar mengobrol rasanya tidak perlu untuk mengeluarkan nada tertinggi suara kita. Tertawapun sama, harus melihat situasi dan kondisinya. Kalau sedang santai, berkumpul dengan teman-teman/ kerabat dirumah, tertawa karena lucunya melihat aksi “minion” itu wajar. Atau tertawa bersama teman/ kerabat dirumah karena menceritakan tentang kelucuan buah hati masih benar-benar wajar. Atau kita tertawa bahagia ketika sedang menceritakan keberhasilan mempraktekkan sebuah resep masakan, kan malah jadi hal positif bukan... Jadi bukan tertawa karena merendahkan orang, menghina orang, mencela orang, bukan pula tertawa menjelekkan seseorang.

Jagalah sikap kita, jagalah tutur kata kita, dimanapun kita berada. Apalagi bila sedang berada dinegeri asing, sudah sepantasnya kita harus bisa membawa diri serta menempatkan diri dengan baik. Tidak mau kan bila nanti diberi “mark” oleh orang Singapura....Maka perhatikan hal ini, berbicaralah dengan nada suara wajar, jangan keras-keras apalagi ditempat umum, jangan sembarangan tertawa, dan juga jangan sembarangan berbicara. Dengan begitu kita bisa menunjukkan bahwa, ini lho...orang Indonesia sopan dalam bercakap dan bersikap.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun