Mohon tunggu...
Muhammad Akmal
Muhammad Akmal Mohon Tunggu... Freelancer - freelancer

Orang Melayu yang merantau kemana-mana, suka travelling dan menulis hal-hal tak penting

Selanjutnya

Tutup

Politik

Meditasi Dalam Memilih Pemimpin

3 Februari 2025   23:04 Diperbarui: 3 Februari 2025   23:04 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterangan: foto dokumen pribadi pilkada 2024/peminat pemilih menurun (sumber: hasil jepretan penulis)

Peran pemuda dalam sejarah menunjukkan, bahwa pada tahun 1908 awal dari pergerakan sumpah pemuda.

Kompetisi pemilihan kepala daerah atau dikenal Pilkada, terus mengalami perubahan dalam pelaksanaannya. Dalam beberapa tahun terakhir, perubahan semakin terlihat dengan diadakannya pemilihan serentak seluruh Indonesia. Ini untuk mempermudah pemerintah dalam efesiensi pelaksanaan pesta demokrasi. Hal ini barusaja dilakukan pada 27 November 2024 lalu. Namun dalam pelaksanaannya, terlihat partisipasi politik masyarakat semakin menurun, karena terus menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap para praktisi politik. Akibat maraknya peraktik korupsi, kolusi dan Nepotisme yang dilakukan oleh pemangku kepentingan.

Peran pemuda dalam sejarah menunjukkan, bahwa pada tahun 1908 awal dari pergerakan sumpah pemuda. Pemuda juga melakukan pergerakan reformasi pada tahun 1998, ini menunjukkan bahwa peran pemuda dalam pembentukan demokrasi sebuah negara sangat fundamental.

Pelaksanaan pesta demokrasi diikuti seluruh warga negara, termasuk pemilih muda berhak menggunakan hak suara dalam pilkada dengan syarat berusia minimal 17 tahun, sudah menikah atau sudah pernah menikah. Pemilih muda pada hal ini, menjadi rotasi penting dalam pemilihan kepada daerah karena suaranya masih mengambang dan belum loyal. Baik kepada salah satu kandidat, ataupun partai politik.

Keterangan: foto dokumen pribadi pilkada 2024/pemilih muda terlihat antri sejak pagi (sumber: jepretan penulis)
Keterangan: foto dokumen pribadi pilkada 2024/pemilih muda terlihat antri sejak pagi (sumber: jepretan penulis)

Pemilih muda sering kali menjadi sasaran empuk bagi para kandidat calon dalam berkompetensi. Selain karena pemilih muda belum memiliki banyak pengalaman dalam pesta demokrasi, pemilih muda juga mudah ikut-ikutan. Hal ini bisa dilihat, dengan adanya beberapa pemilih ketika ditanyakan alasan dalam memilih masih bingung untuk menjawabnya. Olehkarenanya pemilih muda harus mempunyai kualitas tinggi dalam menentukan pilihan, dengan langkah awal melek terhadap politik. Ini bisa dilakukan dengan melihat informasi tentang visi-misi para calon kepala daerah melalui sosial media atau secara langsung karena akan menentukan arah yang jelas dalam memilih. Pemilih muda sangat mempengaruhi atas terpilihnya regenerasi karena sifat kukuhnya yang tidak bisa digoyahkan dan mengedepankan rasionalitas diri.

Selain visi-misi, pemilih muda harus bisa melihat kemampuan dan pengalaman calon kepada daerah. Pengalaman ini tidak cukup hanya sekedar melihat kemampuan dalam beretorika, jauh dari itu harus melihat pengalaman dalam dunia pemerintahan. Agar bisa menjadi satu keyakinan, calon yang akan dipilih mampu dalam mengemban amanah yang akan diberikan. Pada sisi lain, pemilih harus melihat dalam rasionalitas calon dalam menawarkan program kerja yang diberikan. Setidaknya para calon mampu menawarkan pemikiran jangka pendeknya, serta pemikiran jangka panjang dan pemikiran untuk generasi selanjutnya. Jika calon bisa menawarkan aspirasi politiknya dengan baik, ini akan menjadi bahan pertimbangan yang harus diperhatikan oleh pemilih muda.

Pemilih muda juga harus mempertimbangkan dan melihat kepribadian calon pemimpin melalui penilain orang yang lebih berpengalaman terhadap para calon. Pada poros ini, menjadi perhatian akan sifat kharismatik para calon. Pemilih bisa melihat calon yang memiliki kharismatik lebih kuat, atau memiliki kepedulian terhadap masyarakat lebih tinggi perlu dipertimbangkan. Selain itu, pemilih muda harus menghindari untuk memilih calon yang yang tidak memiliki kriteria meskipun ada hubungan keluarga. Bukan hanya itu, pemilih muda juga perlu mempertimbangkan agar tidak memilih pemimpin dengan melihat identitas, tidak memiliki kemampuan dan profesionalitas yang memadai sehingga pemilih muda jangan ikut-ikut dalam memilih. Karena jika sampai salah memilih pemimpin yang benar, maka berpotensi jatuh pada jurang yang dalam.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun