"Tidak semua orang tua mampu, apalagi wisuda harus beli Toga, Buket dll" begitulah kira-kira ucapan salah seorang wali siswa anak Taman Kanak-kanak (TK).
"Tidak semua orang tua mampu, apalagi wisuda harus beli Toga, Buket dll" begitulah kira-kira ucapan salah seorang wali siswa anak Taman Kanak-kanak (TK). Yang kebetulan hari itu melangsungkan wisuda massal di tingkat Kabupaten lalu kemudian wisuda kembali esok harinya di tingkat sekolah. Memang polemik ini baru-baru viral dan ada banyak pihak yang menganggap perkara ini baik dan ada juga yang beranggapan terlalu berlebihan.
Jika ditinjau dari sejarah wisuda berasal dari bahasa jawa "wisudha" yang berarti pelantikan bagi seseorang yang menyelesaikan pendidikan. Prosesi wisuda juga diidentikan dengan penggunaan baju khusus yang disebut Toga, berasal dari latin "Tego" yang berarti penutup.
Dari segi history yang terjadi, wisuda merupakan prosesi sakral yang dilakukan oleh sebuah lembaga jenjang perkuliahan dalam satu universitas tertentu setelah menyelesaikan studi dengan sistem Pengabdian, Penelitian dan Pendidikan yang ditempuh selama taraf waktu tertentu pula. Kegiatan yang dilakukan sebelum wisuda juga harus mencakupi tri darma perguruan tinggi yang kemudian di sahkan dengan adanya prosesi wisuda. Bukan sekedar bentuk selesainya sebuah jenjang pendidikan tertentu namun lebih dari itu dalam makna tersirat maupun tersuratnya.
Namun pada era Gen-Z saat ini, semua pola ini berubah dan wisuda tidak lagi menjadi satu hal yang sakral untuk dilakukan. Karena hampir semua jenjang pendidikan melakukan sesi wisuda sebagai bentuk resmi dan selesainya jenjang pendidikan yang ditempuh. Padahal capaian-capaiannya sangat amat berbeda, antara wisuda yang awal sejarahnya menjadi satu hal yang luar biasa. Perihal ini, menjadi polemik baru bagi dunia pendidikan. Mengapa tidak ?, karena orangtua murid dibebani oleh satu hal yang seharusnya tidak menjadi anggaran dalam materialnya. Lebih-lebih perubahan cara mencari sumber bertahan hidup yang saat ini jauh berbeda, setelah virus COVID-19 melanda dan berlalu beberapa bulan lalu.
Akhirnya, perlu dipertimbangkan lagi acara-acara seremonial yang dicover menjadi wisuda dijenjang-jenjang selain mahasiswa. Karena hal ini, akan mengubah pola pikir generasi muda bahwa wisuda di universitas sama saja dengan wisuda di jenjang-jenjang pendidikan sebelumnya. Sehingga, akan menurunkan minat dalam menjalani kewajiban menunutut ilmu di tingkatan lebih tinggi dan juga akan menambah deretan polemik dalam dunia pendidikan itu sendiri. Wallahu'alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H