Nazar belakangan mengakui bahwa uang 50 miliar diterimanya adalah untuk pemenangan Anas di kongres. Padahal faktanya Nazar pakai. Nazar pakai juga utk bantuan pemenangan andi malarangeng dan Marzuki alie. Nazar bermain cantik pasang banyak kaki. Belakangan, sesuai dengan "deal" Nazar dgn istana, Nazar menimpakan semua kasus-kasus korupsinya ke anas. Kompensasinya nazar dibantu. Disamping Nazar dibantu untuk dapat vonis ringan di kasus-kasus korupsinya, keluarga nazar yg disandera juga sebagai jaminan. Nazar patuh. Padahal keterlibatan anas dlm kasus hambalang dan kasus-kasus korupsi Nazar tidak punya bukti langsung yang kuat. Itu sebabnya anas berani sumpah. Sumpah anas yg dikenal dengan Sumpah Monas itu ternyata kemudian dipelintir habis oleh media-media yang sebagian besar dikendalikan musuh-musuh Anas. Opini sudah terbentuk sesuai dengan skenario. Kasus Anas selain dimanfaatkan istana juga dimanfaatkan partai2 politik lain untukhancurkan PD.
Sementara itu KPK yg sampai saat ini tdk punya bukti keterlibatan anas habis2an ditekan dari segala penjuru utk segera TSK kan anas. Padahal sebelumnya, KPK disebut2 sudah berencana TSK andi malarangeng berdasarkan bukti2 dan kesaksian rosa. Status TSK tsb dibatalkan. Sekarang skenario istana sedang babak belur. Rencana utk mundurkan anas dgn bentuk opini publik sdh gagal. KPK malah mau TSK kan andi. Usaha menekan KPK dan bentuk publik lainnya juga dilakukan Nazar. Sesuai dgn "skenario singapore" nazar harus terus sudutkan anas
Semula Nazar sempat mbalelo karena tidak percaya dan kecewa dgn janji2 Istana. Itu sebabnya dia gertak istana melalui tele wawancara. Pada telewawancara di salah satu TV swasta tsb, nazar sempat sebutkan keterlibatan Ani SBY, Ibas dan Andi M dlm korupsi2nya. Publik tentu masih ingatkan pernyataan nazar tsb? Akibatnya istana buru2 kirim utusan utk jumpai nazar di spore. Nazar kembali dijinakan. Nah, kemudian sbgmn yg kita ketahui, nazar kemudian "lari" dari singapore sebelum SBY "perintahkan" polisi utk jemput nazar ke spore
Kembali ke konstelasi politik nasional. Isu Korupsi Partai Demokrat yg sebenarnya melibatkan banyak tokoh2 penting lintas partai. Tetapi media massa nasional secara terus menerus diarahkan utk "melemparkan kotoran" ke muka anas. Seolah2 anas sendiri yg "kotor". Publik tentu ingat kasus "geger di KPK" beberapa bulan yg lalu ketika Samad memaksakan status tersangka pada angie dan miranda?. Padahal pada saat penetapan tersangka pada angie dan miranda, KPK tidak memiliki 2 alat bukti yg cukup. Bahkan sprindik saja tdk ada !
Sikap Samad yg tetapkan status tersangka angie& miranda ditentang oleh internal KPK. Tapi samad maju terus, dia ditekan istana dan media. Tekanan thdp Samad utk segera TSK kan angie meski tidak ada sprindik dan 2 bukti adalah hasil tekanan istana dan opini. Istana berharap dengan penetapan TSK thdp angie dan miranda, maka anas akan dapat dijerat melalui kesaksian2 Angie dan Partai2 oposan seperti PDIP dan Golkar akan diam karena elitnya terkait erat dengan kasus miranda gultom. "sekali tepuk 2 nyamuk". Sementara itu, untuk lebih membungkam partai lain2 (PDIP, Golkar dan utamanya PKS), istana manfaatkan kasus korupsi banggar Wa ode. Kasus wa ode dapat menjadi pintu masuk KPK utk menangkap para elit PKS, PDIP dan Golkar. Tapi KPK tdk lakukan pengembangan kasus wa ode. Lalu menkeu yg semula siap beri kesaksian memberatkan utk jerat Anis Matta, Tamsil cs, tiba2 batalkan kesediannya bersaksi. Ada apa?
Saya bukan bela anas. Mungkin saja dia terlibat kasus korupsi atau suap. Tapj saya melihatnya dari perspektif grand design yg ada. Saya menganalisa setiap isu2 yg dilontarkan..siapa pelempar isu, siapa yg goreng, yang nampung, yg kembangkan dan kemana arahnya?
Media massa kita sebagian besar sudah dikendalikan kekuatan2 politik dan ekonomi. LSM2, tokoh2 dst..juga terkontaminasi kepentingan. Sebagian lagi media massa ikut ikut arus mainstream. Kemana opini bergerak, media massa ikut. Sadar tidak sadar sdh masuk dlm jeratan. Sebagian lagi mengikuti skenario opini karena "kesamaan kepentingan". Seperti TEMPO misalnya, elitnya "anti" HMI dan Islam. Akhirnya apara hukum termasuk KPk dan majelis hakim "terpaksa" menghukum orang yg tak bersalah demi memuaskan opini publik
Sama seperti skrg ini, KPK ditekan opini publik. Samad ketua KPK jd boneka istana dan kelompok elit "makassar" yg menjadi king makernya. Kepentingan elit TEMPO adalah bgmn presiden mendatang berasal dari komunitas mereka. Seperti Budiono atau sri mulyani. Ini politik media. Maka terjadilah "trial by Press". Hampir sama kasusnya dengan kasus "pembunuhan" nazarudin oleh antasari. Opini dibentuk. Rakyat ditipu. Skrg coba kita berfikir jernih : dimana istri dan anak nazar ? Kenapa tidak ditangkap? Bgtu Sulitkah mencari ibu bersama anak2 yg buron?. Kenapa Polisi tdk mampu menangkap ibu bersama anaknya yg buron? Tak mampu atau tak mau? Apa motifnya ? Kenapa media tak ada yg ungkap?. Apakah logis jika kita simpulkan bhw neneng dan anaknya sengaja disandera agar nazar tidak berikan kesaksian yg sebenarnya? Disetir?. Lalu logiskah kita simpulkan kenapa anas tidak juga ditetapkan jadi tersangka karena sebenarnya KPK belum punya bukti yg cukup?
Sekaranf anas sdh "dihukum" publik. Dicap sebagai koruptor dan harus diseret ke penjara. Siapa yg diuntungkan jika itu terjadi?. Siapa yg diuntungkan jika anas diseret ke penjara meski bukti2 tidak kuat? SBY? Ical? Wiranto? Mega? Prabowo? JK ? Siapa?. Belum lagi jika anas hancur pertahannya dan "melawan balik" SBY /Cikeas. Sbg ketum PD dia tahu semua busuk SBY/Cikeas dan Demokrat. Jika hal itu yg terjadi, maka geger politik indonesia yg terjadi skrg ini berobah menjadi "kiamat politik". 2-3 thn ke depan "perang". Jika terjadi "perang politik" dan saling menghancurkan siapa yg rugi? 1. Partai Demokrat (pasti hancur), 2. Ekomoni Indonesia (hancur)
Siapa yg untung? Yg untung hanya partai2 politik lain yg mendapatkan limpahan suara rakyat karena demokrat hancur berantakan.. Saya selalu melihat sesuatu masalah secara komprehensif. Apakah rakyat indonesia sdh siap diperintah Golkar kembali? Siap dipimpin Ical?
Apakah rakyat indonesia sdh siap menerima kenyataan bahwa RI dipimpin Prabowo? Atau Gita ? Ditengah kenyataan JK sulit menang.