Mohon tunggu...
Syarief-Ahmad
Syarief-Ahmad Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Rakyat pada umumnya, biasa-biasa saja, nggak ada yang istimewa.. bocahsore.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menulis di Koran itu Mudah, Begini Caranya..

18 Mei 2017   15:51 Diperbarui: 18 Mei 2017   16:00 27581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamu seorang yang suka menulis, dan kemudian sudah berusaha (sering) mengirim tulisan ke media massa, baik koran, majalah, ataupun tabloid. Namun, selalu berakhir dengan ‘gemes’ karena yang dimuat ternyata tulisan orang lain. Tenang aja, bukan hanya kamu yang ngalamin, saya juga pernah ngalamin. Ada puluhan atau bahkan ratusan penulis yang pernah kecewa, karena tulisannya tidak lolos oleh redaksi.

Memang, kadang di mata penulis yang gagal, redaksi menjadi momok yang menjengkelkan. Kamu akan dibuat ‘gregetan’ antara benci dan rindu. Karena ternyata setiap kali mengirim tulisan ke media massa, toh ternyata tidak ada satupun tulisan kamu yang ‘nongol’ di koran. Kamu akan benci tetapi ke-esokan harinya kamu pasti akan senang hati untuk kembali mengirim tulisan lagi ke redaksi, ya, begitulah siklus penulis. Hubungan antara penulis dengan redaksi gemes-gemes rindu.

Ketika hari ini tulisanmu tidak terbit, kuncinya cuma satu, ‘coba lagi’. Benahi tulisanmu, edit dan kemudian kirim lagi, jika tidak dimuat lagi, ‘istighfar’ kemudian edit dan kirim lagi. Siapa tahu, besok dimuat.  Karena redaktur juga manusia, sesadis-sadisnya redaktur, dia memiliki naluri kemanusiaan. Jika kamu rajin ngirim tulisan ke media tersebut, dan nggak pernah dimuat, bahkan untuk yang ke seratus kali barangkali, redaksi juga akan memperhatikan namamu yang sudah berkorban dan jerih payah itu. Bukankah kamu tahu, bahwa setiap usaha tidak akan pernah ada yang berakhir dengan kata sia-sia. Kan gitu. Hee.

Begini, saya kasih tau. Setiap harinya, ada banyak penulis yang menginginkan tulisannya dimuat dimedia massa, dan bisa dibaca ratusan atau bahkan ribuan pembaca. Maka sangat wajar jika ada banyak juga penulis yang harus kecewa karena tulisanya di tolak redaksi. Yang harus kamu lakukan cuma bersabar, pantang menyerah dan belajar lagi trik menulis untuk media massa.

Dari ratusan trik menulis. dalam tulisan ini, saya rangkumkan poin penting untuk kamu. ya, kamu. Ada beberapa langkah yang harus kamu perhatikan sebelum akhirnya ‘sakit hatimu’ karena tulisannya di tolak oleh redaksi terbayar lunas. Beberapa langkah tersebut saya buat sesederhana mungkin supaya bisa cepat di pelajari bagi penulis pemula untuk membalas sakit hatimu di meja redaksi. Seperti dendam, sakit hati juga harus dibayar lunas-tuntas, sampai tulisanmu jebol media massa.

-Koran yang Akan di Tuju, Pahami Model Tulisannya

Salah satu langkah sebelum kamu memutuskan untuk mengirim naskah ke meja redaksi sebuah media massa. Hal yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah memahami model tulisan. Seorang penulis harus tahu, bahwa setiap media massa memiliki model dan kriteria kepenulisan masing-masing. Hal ini juga berkaitan dengan ruang (space) yang di sediakan oleh media yang akan kamu tuju. Karena kalau kita bicara media massa, maka setiap jengkal space adalah uang. Setiap ruang adalah pundi-pundi rupiah. Makanya Ia tak mau kompromi dengan space yang longgar.

Seperti gadis, media massa juga butuh untuk di perhatikan. Caranya? Kamu harus membaca dan memperhatikan model kepenulisan media yang akan kamu kirimi tulisan. Itu penting. Supaya kamu benar-benar paham apa yang di inginkan media tersebut.

Begini, semisal kamu akan mengirim naskah artikelmu ke koran Kedaulatan Rakyat, di koran KR space yag disediakan untuk artikel mahasiswa sekitar 3000-3500 karakter, dengan model penulisan yang utuh, jelas dan padat. Biasanya penulisan artikel di KR juga sangat memperhatikan data yang di gunakan, dan tulisan artikel harus sedikit banyak mengandung nilai-nilai edukasi, tidak terkesan memprovokasi. Ini salah satu ciri-ciri artikel mahasiswa di koran tertua di Jogjakarta tersebut.

Maka langkah yang harus kamu perhatikan. Pertama, kamu harus memastikan bahwa panjang artikelmu jangan sampai melebihi sepace yang disediakan, pun juga jangan sampai artikelmu kurang dari space yang di butuhkan. Jika spacenya 3000-3500 kata, maka usahakan panjang tulisanmu masuk kriteria itu. jangan terlalu panjang, dan jangan terlalu pendek. selain itu, pahami juga model kepenulisan, karena ada sebagian media massa dengan rubrik tertentu yang hanya menginginkan pada tema-tema tertentu. Jadi, memahami model tulisan media massa itu sangat penting, supaya tulisanmu tidak mengendap di meja redaksi, tetapi bisa tayang dan mengilhami penulis yang lain.

Memahmi model tulisan ini saya sebut sebagai ‘sasaran tembak’. Sebelum nulis kamu harus fokus terlebih dulu sasaran tembakmu, untuk media mana? Rubrik apa? Itu yang pada akhirnya akan menentukan model dan pembahasan model artikel yang kamu tulis.Kebanyakan penulis pemula, satu artikel biasanya dikirim ke berbagai koran. NO, itu cara yang keliru. hilangkan kebiasan itu. disamping merugikan, kamu juga terkesan tidak profesional.

bersikap profesional, sebelum meutuskan mengirim naskah ke email redaksi. pastikan kamu sudah benar-benar memahami rubrik apa yang endak kamu tuju, space yang dibutuhkan berapa dan materi atau tema yang diinginkan tentang apa. 

Seperti layaknya seseorang ingin menembak pujaan hati, kamu tidak serta merta langsung tembak dengan menyatakan perasaan secara brutal, jelas pasti akan di tolak, wong kenal wae urung mosok langsung nembak,[1]kan kira-kira seperti itu.

Stepnya kamu harus pedekate terlebih dulu, kenalan, ajak bincang-bincang, memahami sifatnya, diberi perhatian kemudian mengerti kesukaaan, hobi, dan hal-hal yang paling Ia sukai. Kemudian buat Ia nyaman yang pada akhirnya baru di tembak. Dengan seperti itu, maka peluang untukmu diterima akan jauh lebih besar. Begitu juga dengan media massa, kamu harus kenal dulu, pembahasan yang paling disukai, topik yang dinginkan, panjang artikel dan kemudian baru menulis dan kirim. Dengan melakukan pendekatan seperti itu, maka peluang untuk tulisanmu bisa di terima redaksi akan jauh lebih besar daripada tidak melakukan pendekatan sama sekali.

Cara paling mudah untuk melakukan pedekate yaitu dengan membaca secara konsisten rubrik di media massa yang hendak kamu tuju. Dengan membaca rubrik yang ingin kamu tembus, setidaknya kamu telah mengantongi beberapa kriteria dan gambaran tulisan seperti apa yang akan kamu buat.  Seperti itu kira-kira, sampai disini paham kan yaa...

oke, lanjut.. langkah berikutnya.. kamu harus..

-Nekad

Usai kamu pedekate. Maka langkah selanjutnya yang harus kamu lakukan adalah nekad. Setelah kamu memahami media yang ingin kamu tuju dan kira-kira mengerti yang diinginkan oleh redaksi. Nekad juga menjadi kunci keberhasilanmu. Kamu harus yakin dengan materi yang kamu tulis. Setelah selesai menulis, di edit sesuai dengan kebutuhan, penempatan diksi dan pengolahan kalimat yang baik juga jangan lupa untuk di perhatikan. Jika semuanya telah dilakukan, maka tak usah lagi ragu. Harus nekad, untuk mengirimkan hasil karyamu ke email redaksi.

Kebodohan yang pernah saya lakukan, dulu sangat pesimis dengan apa yang saya tulis. Sehingga ada ketakutan yang pada akhirnya membuat gamang.  Dan belakangan saya tahu keraguan adalah jurang pertama dari kegagalan. Ketakutan itu adalah kebodohan pertama yang harus dilawan. Bagaimana redaksi akan mecetak tulisanmu jika kamu masih ragu dan takut mengirim tulisanmu ke media massa.

Kamu tak harus malu. Ketika tulisan yang kamu kirim ke Email redaksi tidak dimuat, maka hanya kamu, redaksi dan tuhan yang tahu.” camkan kalimat itu baik-baik.. hehe

Tulisanmu tidak dimuat redaksi hari itu, kamu tidak harus malu, yang perlu dilakukan kamu, hanya belajar lagi dan kemudian berusaha lebih gigih lagi.

Tetapi kemudian yang paling mengesankan, jika ternyata tulisan yang kamu kirim ke redaksi esok harinya dimuat di koran. Maka banyak orang yang akan tahu namamu, setidaknya teman-teman kamu tahu bahwa kamu seorang penulis artikel di media massa, dan kamu bisa sedikit berbangga dengan membuktikan kepada teman-teman keberhasilanmu itu. Plus, semua orang juga bakalan respeck sama kamu, kamu akan menemukan suatu kepuasan tersendiri jika tulisanmu ternyata bisa terbit. Dan satu lagi, beberapa media juga sangat peduli dengan para penulis, sehingga mereka akan memberikan insentif beruapa honor sebagai pengganti uang kopi dan minum es teh. Begitu kira-kira, bayaran lunas dari hasil jerih payahmu.

Kenikmatan yang saya sendiri alami, bukanlah pada seberapa banyak honor yang didapatkan dari menulis. Tetapi yang membuat saya merasa begitu sangat puas adalah mampu menghidupi dunia literasi dengan rangkaian kata yang memuaskan. Boleh jujur, sampai detik ini saya sangat terkesan dengan Subcomandante Marcos, seorang pejuang revolusiner yang memilih menggunakan ‘kata’ sebagai senjata ketimbang granat, mortil dan bedil. Marcos paham, bahwa kata adalah senjata ampuh-mematikan.

Bersama tentara pembebasan Zapatista, Marcos melawan pemerintah meksiko yang berlaku kejam kepada rakyat. Dengan kepiawaiannya merangkai kata, ia bangun komunikasi politik yang cantik demi tegaknya kebenaran. Ia kumandangkan perdamaian dan keadilan lewat tulisan.

“Katakan ‘tidak’ pada perang. Juga ‘tidak’ pada rasa takut, pada kemunduran, ‘tidak‘ pada penyerahan kalah, ‘tidak’ pada pelupaan, ‘tidak’ pada celaan akan kemanusiaan kita. Inilah ‘tidak’ pada kemanusiaan Neoliberalisme”.  Seperti itu kira-kira yang ditulis Marcos dalam buku kata adalah senjata.

Kemudian ketertarikanku akan dunia literasi bukan hanya jatuh pada  Marcos. 

Semua penulis, saya yakin mengalami tantangan yang luar biasa dalam membuahi ‘Karya Rohani’ yang aromanya sampai hari ini masih tetap hidup, dan bahkan tuliasn itu sampai kelak bisa kita  santap menjadi hidangan yang sangat enak dibaca.

Seperti saya yang selalu tertarik dengan ketegaran Paulo Coelho, yang rela dianggap sakit jiwa oleh bapaknya sendiri. Bahkan Ia rela terasingkan demi tekadnya menjadi seorang penulis. Karya-karyanya begitu inspiratif sebagai bacaan yang renyah dan mengenyangkan.
Membaca beberapa karya Pramoedya Ananta Toer, saya juga kesemsem dengan ketabahan penulis dari Blora itu, yang harus dibuang dan menjalani sebagian hidupnya dalam penjara tanpa proses pengadilan, hanya karena tulisannya yang dianggap komunis. Mbah Pram begitu sangat luar biasa menghidupkan sastra dan dunia literasi Indonesia. Setiap tulisannya menunjukan persaksian atas zaman yang ia hadapi. Bahkan, karya-karyanya tak sedikit yang lahir, saat ia mendekam di penjara. Begitu mengesankan.

Dan tak ketinggalan, saya juga sangat terkesan dengan Rabinadhrat Tagore, peraih nobel sastra dari India, yang mampu menggambarkan benda mati menjadi hidup, lewat sentuhan sastranya yang menawan. Tagore menulis dengan perasaan. ia juga Istimewa dan mengesankan.

Kesemua penulis itu benar-benar menikmati proses demi proses yang tidaklah mudah untuk bisa menelurkan sebuah karya. Seperti yang dikatakan oleh Helvy Tiana, pendiri Forum Lingkar Pena, bahwa ketika sebuah karya selesai di tulis, maka pengarang tidak akan mati. Ia baru saja memperpanjang umurnya lagi. Memang begitulah faktanya. Karya akan abadi.

Maka, ketika naskah selesai kamu cipta, tingal satu langkah lagi menuju keberhasilan, dan kamu tinggal butuh nekad, jangan minder dan putus asa. Yakinkan dirimu bahwa kamu layak menjadi seorang penulis.

-Konsisten

 Setelah semua tahapan telah kamu lalui dan benar-benar kamu perhatikan. Ternyata tulisanmu belum juga dimuat, maka satu langkah lagi yang perlu kamu lakukan yaitu konsisten. Jangan menyerah dan putus asa. Kadangkala untuk mencapai apa yang kita inginkan hanya butuh sedikit waktu untuk bersabar.

Seperti yang telah saya katakan, bahwa redaktur juga manusia. Semakin kamu konsisten dan fokus mengirim tulisanmu ke media tersebut, maka secara tidak langsung nama kamu pernah masuk ke meja redaksi. Dan percayalah, disini kamu hanya butuh konsisten. Artinya, kamu hanya butuh terus mengirim tulisanmu. Redaktur pasti akan melihat dan memperhatikan nama penulis yang sering mengirim naskah tulisan ke medianya. Walupun tulisanmu tidak di muat, setidaknya namamu pernah masuk meja redaksi.

Redaktur juga manusia, biasanya pada titik tertentu, tulisanmu akan menjadi bahan pertimbangan untuk masuk daftar list tulisan yang akan dimuat. Dan, tidak menutup kemungkinan jika kamu semakin membaik dalam menulis dan semakin bagus mengolah diksi, maka tulisanmu besok yang akan naik cetak.

Yakinlah, ada masa dimana semua perjuangan yang selama ini kamu lakukan, akan berakhir dengan kemenangan.

-Sekian, selamat Menulis, dan berjuang dalam belantara media massa.!


[1] Kenal aja belum, masa langsung menyatakan perasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun