Mohon tunggu...
Achmed Sukendro
Achmed Sukendro Mohon Tunggu... TNI -

Membaca Menambah Wawasan, Menulis Berbagi Wawasan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jerat Narkoba Sang Dalang Kondang

1 Oktober 2016   10:21 Diperbarui: 1 Oktober 2016   10:43 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski tidak sangat mengejutkan berita dalang kondang Jawa Tengah, Ki Joko Hadiwiyono atau Ki Joko Edan tertangkap sedang menggunakan sabu-sabu dan ternyata sudah menggunakannya sejak dua tahun lalu karena profesi dalang adalah profesi yang bergerak dalam bidang seni,entertaiment yang tentunya selain rawan dalam penyalahgunaan obat-obatan agar bisa tampil prima dan terbukti banyaknya kasus-kasus penyalahgunaan obat-obatan terlarang di kalangan pekerja seni seperti artis film, penyanyi, pelawak dll, namun sungguh sangat membuat prihatin karena berbeda dengan pekerja seni lain,dalang adalah profesi yang selain menampilkan tontonan namun tuntunan, petuah, filosofi hidup. 

Gelar wayang kulit yang dimainkan oleh seorang dalang adalah pagelaran seni hidup atau filosofi kehidupan yang diambilkan dari kisah peawayangan dalam kitab mahabarata. Sang Dalang adalah penyampai atau sang komunikator makna-makna,nilai-nilai kehidupan, filosofi-filosofi kehidupan. Keindahan dan nilai-nilai seni wayang kulit adalah apa yang terkandung di balik pagelaran atau olah wayang kulit. Pagelaran wayang kulit merupakan simbolisasi nilai-nilai kehidupan yang tentunya nilai-nilai yang arif dan bijaksana,nilai-nilai kebaikan. Sang dalang adalah Motivator Super, guru,penyampai nilai-nilai kehidupan. Tata bahasa pedalangan yang disampaikan dari mulut sang dalang adalah simbolisasi nilia-nilai tata krama dalam pergaulan, tata krama peradaban atau kebudayaan yang sangat tinggi. Apakah Ki Joko Edan menggunakan obat-obat terlarang juga punya alasan yang sama dengan beberapa artis yang tertangkap menggunakan obat-obat terlarang karena sepinya order pementasan?

Pada era globalisasi dan kemajuan teknologi informasi ditambah sifat negatif yang dipunyai bangsa ini yaitu salah satunya TIDAK BANGGA,TIDAK PEDULI dengan milik dan potensi dan prestasi bangsa ini termasuk potensi hasil kebudayaan seperti kesenian. Hampir seluruh kesenian tradisional perlahan musnah,yang bertahan matipun tida mau hiduppun enggan. Kesenian Ludruk,Ketoprak sudah hampir punah ditelan zaman, demikian juga pertunjukan wayang baik wayang kulit, golek,beber. Wayang Beber,Wayang Krucil,wayang tengul, tinggal ada di museum.Kepunahan itu ditunjang pula oleh regenerasi dalang sebagai tokoh sentral dalam pagelaran wayang hampir dipastikan sangat sulit bahkan mandeg.

 Wayang Lombok pasca sang Dalang Lalu Nasip,sudah jarang lagi wayang sasak/lombok dipentaskan bahkan pada hari ulang tahun kabupaten lombok setahu saya sudah jarang dipentaskan wayang sasak. Wayang Golek Sunda pasca Dalang Asep Sunarya,mulai redup,jarang pementasan wayang golek,meski wayang golek kembali dipopulerkan oleh Ki Dalang Enthus Susmono/Bupati Tegal Jawa Tengah dengan bahasa banyumasan dan berbeda pakem dengan wayang golek sunda, dan di salah satu tanyangan televisi swasta dengan pakem berbeda pula.

Pagelaran wayang kulit jawa baik gagrag solo atau gagrag yogya lebih beruntung dibanding kesenian tradisional lain.Meski tidak sepopuler zaman dulu, namunpagelaran wayang kulit jawa masih tetap bertahan eksis meski mungkin agak tertatih-tatih. Sebagai produk kebudayaan tidak bisa dipungkiri bahwa bpagelaran wayang kulit merupakan pagelaran yang membutuhkan dana yang sangat besar sehingga pagelaran ini hanya mampu dipagelarkan oleh kalangan atau lapisan atas dalam strata sosial masyarakat jawa. Jadi tidak fair dan keliru jika membandingkan wayang sebagai tontonan dibandingkan dengan tontonan rakyat yang menggerusnya yakni organ tunggal atau pentas dangdut yang sering kali didukung atau bahkan diadakan kreatifitas baik dalam olah gerak wayang maupun pengiringnya yakni gamelan dan para sinden meski ada beberapa pengamat pewayangan dan juga para penggemar kurang sreg karena dianggap melangggar pakem pedalangan/tata cara baku dalam pementasan wayang. 

Beberapa bintang tamu pelawak atau pesinden kesohor memang mampu mendongkrak popularitas pementasan wayang kulit sehingga para kawula muda mau menonton atau bahkan menggemari wayang kulit. Sebut seperti pelawak kirun, rabies, gareng semarang, cak dikin, maestro ketoprak Yati Pesek, soimah, nunung,marwoto dll bahkan belakangan ini muncul pesinden asing seperti Elisabeth Karen ,Megan Collin Donoghu William dari amerika serikat, Hiromi Kano dari Jepang,(sumber) dll. Ketertarikan gemerasi muda terhadap kesenian wayang kulit selain ditunjukkan dengan membludaknya para penonton ketika ada pagelaran wayang kulit bukan hanya para tetua namun juga generasi muda juga beberapa festival dalang cilik, sinden,pengendang yang diadakan pemda yogyakarta, jawa tengah, jawa timur marak diikuti para generasi muda, Beberapa institusi seperti pemda, universitas masih menggelar pertunjukan wayang kulit dalam hari ulang tahun atau dies natalisnya.

Optimisme akan kelestarian kesenian tradisional milik bangsa Indonesia yang membanggakan bukan hanya di negeri ini tapi juga internasional terbukti ada pengakuan dari UNESCO, tentu saja dicemari dikotori oleh oknum dalang kondang Ki Joko Hadiwijoyo atau Ki Joko Edan dengan tertangkapnya sang dalang sewaktu mengkonsumsi sabu-sabu.

Surem-surem diwangkara kingkin,
 lir mangaswa kang layon,O --
 dennya ilang memanise,
 wadanira layu,
 kumel kucem rahnya meratani,
 marang saliranipun,
 melas dening ludira kawangwang
 nggana bang sumirat, O —

Jangan hanya gara-gara oknum dalang, satu orang Wayang Kulit TANCEP KAYON, yang berbuat saja yang Tancep Kayon. Ki Joko Hadiwijoyo atau Ki Joko Edan, kalau Edan..edan no dhewe.. ojo ngajak liyane...

Anjrahing kang puspita arum

kasiliring samirana mrik,O-

sêkar gadhung

kongas gandanya,O-

mawèh raras rênaning driya,O---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun