Mohon tunggu...
Achmed Sukendro
Achmed Sukendro Mohon Tunggu... TNI -

Membaca Menambah Wawasan, Menulis Berbagi Wawasan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penerbangan Komersial Halim: Mengalihkan Masalah Bukan Mengurangi Masalah

9 Januari 2014   13:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:59 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalihan beberapa penerbangan komersial dari bandara Soeta yang banyak masalah ke bandara militer Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur,dianggap mampu mengurangi kepadatan dan keruwetan penerbangan,juga kenyamanan dan aksestibilitas penumpang tujuan Jakarta yang nota bene ke bandara Soeta selain jauh (di luar Propinsi Jakarta Bro,..) juga akses menuju bandara yang tergolong jalan langganan macet pada jam-jam tertentu. Benarkah pengalihan sebagian penerbangan komersial ke bandara Halim akan mengurangi masalah?. Bagi pembuat kebijakan otoritas penerbangan dan penumpang tujuan Jakarta memang iya. Bagi penduduk Jakarta Timur yang tinggal dekat bandara Halim...hemmm nanti dulu.

Tidak usah mendebatkan pendapat yang disampaikan mantan Kasau Marsekal (purn) Ceppy Hakim, yang memang begitu sigap menguraikan beberapa faktor baik persyaratan minimal dalam regulasi penerbangan sipil maupun dari sisi safety atau keselamatan penerbangan, yang memang merupakan fakta, kondisi bandara Halim Perdana Kusuma harus diakui benar adanya. Sungguh amat memprihatinkan ketika rencana pengalihan yang begitu mendadak, dengan target waktu mulai penerbangan yang hanya beberapa bulan,secara teknis penerbangan diuraikan oleh mantan Kasau yang nota bene selain seorang pilot handal,faham dunia penerbangan juga mantan KASAU yang tentunya tahu benar secara mendalam teknis, filosofis dan kultural Bandara Halim Perdana Kusuma, membuat warning bahwa pengalihan sebagian penerbangan komersial ke bandara Halim diibaratkan "menebar bahaya". Celakanya pendapat beliau ini ditanggapi oleh pejabat Kemenhub dalam talk show salah satu staisun televisi swasta dengan tergagap-gagap, yang lebih ironis, ketika disampaikan standar regulasi penerbangan sipil terutama menyangkut faktor keselamatan penerbangan yang masih minim di Halim, dijawab dengan "Akan" di lakukan. Ketika didesak,,kapan? jawabnya tetap. "Akan dilakukan"...Jadi pejabat kemenhub sama sekali tidak menolak atau membantah, pendapat Marsekal Ceppy tentang "menebar bahaya?.Tidak usah mendebatkan akibat kemacetan yang akan terjadi jika penerbangan komersial berada di Halim, akan menambah keruwetan lalu lintas, karena kenyataannya jalan akses ke Halim memang kecil,terbatas karena memang didesain untuk home base militer bukan jalan umum,yang banyak mempertimbangkan faktor keamanan, dan sulitnya aksebilitas menuju suatu fasilitas militer. Jalan utama masuk ke Halim adalah exit Tol Cawang atau exit tp Jatinegara atau jalan Dewi sartika kalau dari arah Kalibata(cawang kompor) yang memang termasuk daerah rawan macet. Alternatif masuk Halim dapat melalui perempatan Pusat Grosir Cilitan lurus jalan cililitan besar langsung ke Halim, atau dari samping Tamini Square menuju jalan pinang Ranti, belok kanan langsung Halim dan juga dari jalan Kerja bhakti (terkenal dengan nama Mustika) disamping Pertokoa atau Rumah Sakit Pusdikkes Kodiklat TNI AD, lurus menuju Halim. Namun jalan tersebut sebenarnya adalah jalan kampung atau jalan yang membelah asrama atau kompolek militer Halim, yang nota bene jalannya kecil seperti jalan Batu Ampar Condet. Hari-hari pada jam jam tertentu ketiga jalan alternatif  itu padat, dan tentu saja macet karena bagi warga Depok, Bogor akan memilih lewat Halim  menghindari jalan Kalimalang yang memang selalu macet dan padat, dan juga menghindari jalan Raya Bogor di kisaran pasar tumpah Kramat Jati.

Saya ajak pembaca  terutama pejabat penentu kebijakan penerbangan untuk merasakan apa yang akan di alami rakyat seperti saya yang kebetulan karana nasib baik mendapatkan tempat berteduh bersama keluarga di kelurahan Kramat Jati dengan dibukanya penerbangan komersial di Bandara Halim Perdana Kusuma.

Bandara Halim Perdana Kusuma adalah Bandara Militer artinya Bandara yang didesain untuk penerbangan militer. Sebagai sarana militer yang letaknya tentu didalam home base militer, bandara Halim juga dilengkapi dengan komplek/asrama militer beserta manusia penghuninya. Di Halim, luas komplek militer sebesar satu desa atau kelurahan, sehingga asrama Halim, dibuatkan satu kelurahan khusus untuk melayani warga asrama sebagai bagian dari warga negara Indonesia. Sebagaimana institusi pemerintahan lainnya, Kelurahan Halim Perdana Kusuma adalah kelurahan dibawah kendali dan tanggung jawab Pemda DKI Jakarta. Meski secara hukum internsional, bahwa fasilitas atau home base militer harus jauh dari pemukiman penduduk atau non combatan, hampir seluruh home base militer di Indonesia berdekatan(bhs jawa.mepet) dengan pemukiman non combatan atau penduduk sipil.Bahkan komplek militer hampir semuanya merupakan tempat yang menjadi sangat strategis dalam bidang ekonomi, keamanan dll meskipu dulunya komplek militer adalah sangat terpencil atau jauh dari penduduk(istilahnya tempat Jin buang anak). Cilangkap, Kelapa Dua, Cijantung dulu merupakan daerah yang sepi, sekarang? lihat daerah Kalisari di depan markas Kopassus merupakan daerah yang ramai padat, bahkan cenderung krodit karena jalannya memang jalan kampung dulunya. Cilangkap juga demikian. Komplek Halim, pasti demikian keadaannya apalagi keberadaan Halim sudah sejak negara ini berdiri. Pemukiman yang mengelilingi Halim, ada Pinang Ranti, Pondok Gede,Kampung Makassar, Kramat Jati. Jarak kelurahan-kelurahan itu begitu dekatnya, bahkan kelurahan kampung makasar boleh dibilang menempel dengan bandara hanya dibatasi sungai kecil.Suara pesawat militer yang sangat jarang saja sudah cukup membuat gangguan bagi warga disekitar. Di Halim selain banyak perkantoran, pertokoan juga tempat pendidikan dan pelayanan kesehatan. di dalam Halim ada Rumah Sakit Pusat TNI AU, di Kramat Jati ada Rumah Sakit Pusdikkes TNI AD, dan Rumah sakit dr Sukanto milik Polri yang kesohor itu, yang juga melayani pasien umum apalagi mulai januari 2014 seluruh rumah sakit TNI/Kemhan,Polri  juga mulai melaksanakan BPJS Kesehatan. Ada beberapa puskesmas rawat nginap di kecamatan Kramat Jati ,Ciracas dan Makasar. Di Pondok Gede ada Rumah Sakit Haji. Fasilitas pendidikan, SD, SMP, SMA, PTS, dan lembaga-lembaga kursus. Perlu diketahui selama ini jika pesawat AU melintas, maka guru atau instruktur pasti berhenti sesaat menunggu suara pesawat mengecil pada saat mengajar atau memberi instruksi.

Ketika penerbangan Haji tahun ini dialihkan ke Halim, maka dimulailah ketidak nyamanan warga sekitar Halim. Suara pesawat yang terbang rendah sampai pukul 0300 pagi. Boleh percaya boleh tidak kalau pagi, siang atau sore hari, dari Kelurahan KramatJati Rw 08, anda bisa melihat dengan jelas roda pesawat, yang mau naik atau turun, juga tulisan  nama maskapai Saudi Airlines, Garuda. Seringkali tetangga saya yang punya mobil keluaran terbaru harus sering ke garasi mematikan alarm mobil yang pasti berbunyi saat Saudi atau Garuda lewat. Rupanya mobil-mobil baru alarmnya sangat sensitif terhadap getaran pesawat yang memang sangat terasa. Jangan tanya getaran pintu atau jendela kaca. Harap maklum.

Usai musim Haji, legalah kami, karena dampak itu berakhir. Nah tanpa sosialisasi tanpa pemberitahuan karena tahunya dari televisi.Akan ada penerbangan komersial di Halim dan dimulai Januari, tepatnya 10 januari besok. Siapa yang mampu melawan KOMERSIAL, karena komersial yang ada dalam benak adalah keuntungan, masuknya uang. Pernahkan dipikirkan bahwa persyaratan Bandara komersial harus sekian kilo jauhnya dari pemukiman penduduk? atau sudah dipikirkan dan "AKAN" dilaksanakan sesuai dengan ketentuan regulasi penerbangan sipil komersial? Marsekal Ceppy sudah mengingatkan ada perbedaan dalam tata regulasi penerbangan  sipil dan militer.Apalagi secara geo kultural, keberadaan bandara Halim ditengah-tengah pemukiman yang sangat padat dengan berbagai aktifitasnya. Ketika yang lain memaklumi atau harus sabar,apakah bayi, bayi atau pasien-pasien, siswa,pelajar  yang membutuhkan ketenangan bukan kebisingan harus disuruh sabar dan menerima. Kalau di media massa kesiapan penerbangan yang ditunjukkan hanya pengecatan, perbaikan chek in desk, imigrasi, bea cukai, parkir dll, Apakah para pejabat penentu kebijakan lupa atau tidak tahu bahwa Bandara Halim berada ditengah pemukiman penduduk yang padat. Bandara Adisucipto mau pindah ke wates karena sekitaran bandara seperti Babarsari, Janti, Maguwo, juga sudah padat. Ini Soeta kok malah memakai Halim??.

Tetapi sebagai warga biasa, kami sudah memprediksi tidak ada gunanya berkeluh kesah, Marsekal mantan Kasau aja, enggak digubris benar kata teman saya, Siapa yang kuasa melawan Komersial, dalam bahasa akademis komersial adalah Kapitalisme..Siapa yang akan mampu melawan Kapitalisme. Yang penting untung, urusan sosial kultural, emang gue pikirin.!!!

Siapa juga yang mau menentang kebijakan pemindahan sebagaian penerbangan komersial ke Halim?? SETUJU PAK..SETUJU... saya hanya mengajak kompasianer yang lain tahu kondisi sosial kultural Halim, biar menambah wawasan, bukan mau menentang atau menyatakan tidak setuju.Karena siapa suruh tinggal di sekitar Halim atau seperti kata lagu.. Siapa suruh datang Jakarta..lalalallallalallallallalalla.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun