Minggu itu mungkin merupakan minggu "apes' bagiku. Hari Senin saat menghadiri perkuliahan tentang Teori Kebudayaan tentang Struktural dan Fungsionalisme yang diikuti hanya beberapa gelintir mahasiswa, Prof K, dosen pengampu yang biasanya ramah dalam menyampaikan materi perkulihaan, tiba-tiba terlihat garang, bicaranya tidak lagi kalem, bahasa Indonesia logat khas yogyakarta hilang. Sang Profesor menceritakan penyebab kasus pencabutan gelar doktor di fakultas sebelah yang baru disandang beberapa bulan akibat, sang provemendus diminta oleh Prof .K ,bukti otentik transkip wawancara dengan informan sampling penelitian baik yang berupa tulisan maupun rekaman audio wawancara. Entah bagaimana ceritanya sang mahasiswa dalam ujian, menyanggupi namun ditunggu tunggu sampai sang mahasiswa lulus doktor tidak sampai ke Profesor K sebagai salah satu penguji.
Walhasil setelah disidangkan kembali sang mahasiswa yang sudah mengondol gelar doktor mengaku bahwa tidak pernah mewawancari infroman sampling penelitian , namun mengutip dari koran lokal yang kebetulan memang topik penelitiannya merupakan kasus yang sedang trend di wilayah yang menjadi lahan penelitian. Maka digelarlah sidang etik akademik dan hasilnya dicabutlah gelar Doktornya. Tentunya jam perkuliahan waktu itu habis dengan analisa dan petuah sang profesor mengenai tindakan "Kejahatan Akademik " tersebut. Kejahatan Akademik yang akan mendapatkan sangsi tegas, setimpal dan akan menjadi bencana dan kehancuran bagi masa depan sang mahasiswa yang mau mencoba-coba melakukannya. Hari Rabu setelah mendapat sms untuk mengahadap seorang Profesor untuk evaluasi salah satu paper, bergegas menuju ruangan yang telah ditentukan.
Setelah mengetuk pintu,betapa kaget dan heran melihat wajah Prof HSP, priyayi asli yogya yang juga santun, ramah, sumringah/ceria dalam mengampu materi kuliah maupun membimbing mahasiswa.Profesor yang doktornya lulusan salah satu perguruan tinggi terbaik di dunia maupun di Amerika Serikat ini dikenal mempunyai kemampuan akademis yang unggul di bidangnya.Pengakuan kemampuan akademisnya selain di Indonesia juga diakui di tingkat internasional. Roman muka kaku, tidak ramah sama sekali bahkan kelihatan sangat marah. Belum mengepaskan duduk dikursi depan meja, agar nyaman,Sang Profesor sudah bicara" Saudara calon akademisi..jangan melakukan kejahatan akademik yang sangat terlarang dan haram di kampus ini. Tulisan saudara termasuk kategori PLAGIAT. Ingat ini kejahatan akademik paling besar. Terkesiap dan sangat kaget mendengar perkataan Prof HSP. Mohon dijelaskan Prof? saya kurang faham .
Tanpa menunggu selesai saya bicara, disodorkan karya tulis saya yang beberapa hari lalu saya serahkan. Di halaman 40, terlihat tanda silang merah besar memenuhi halaman dengan disamping kanan terdapat tulisan besar merah pula"PLAGIAT'. Seketika terhenyak jantung dan otak saya karena seingat saya tidak ada satupun niat apalagi melakukan plagiat, semua tulisan orisinil, asli dari pemikiran dan hasil kajian sendiri dan belum pernah ditulis oleh akademisi lain. " Maaf prof ini teori sudah saya sebutkan kutipannya (ditandai dalam kurung nama penulis tahun dan halaman). " Yang paragraf dua sampai empat dan baliknya itu memang pendapatmu?. Deg..kaget dan lega..kaget tidak mengira sampai sedemikian , lega karena tahu kesalahan. "Ya prof akan diperbaiki , maaf saya khilaf .
Tetap saja dapat petuah dan kuliah mengenai plagiat, kejahatan akademik dan sangsi yang akan diterima jika melakukan plagiat. Setelah diluar ruangan sambil jalan kulihat halaman koreksi. Eeee. ternyata saya kutip teori, karena banyak, beberapa paragraf, saya lupa ,hanya paragraf pertama yang saya kasih kutipan dalam kurung nama penulis tahun dan halaman, paragraf selanjutnya lupa, entah karena sudah capek karena makalahnya jadi jam 02.00 malam. Karena mengutip yang sama kelupaan hanya mencantumkan di paragraf awal, paragraf yang lain bablas angine ..hehhehehhe.
Kampus Biru, adalah julukan lain Universitas Gadjah Mada/UGM Yogyakarta, karena ada novel tentang percintaan di kampus UGM, sang pengarang Ashadi Siregar yang memang dosen FISIP, memberi judul novelnya Cintaku di Kampus Biru.Mendapat kesempatan menjadi mahasiswa di kampus tertua di Indonesia ini, saya dapat merasakan kegiatan tradisi akademik yakni menulis .Menulis merupakan makanan yang dijejalkan setiap mata kuliah kepada mahasiswa sesuai dengan stratsanya, S1, Pasca Sarjana, maupun program doktoral.
Mahasiswa dilatih dan dibiasakan menulis dan menulis.Maka tidak heran jika tulisan-tulisan di media massa, buku-buku, kebanyakan penulisnya punya riwayat pernah kuliah di kampus ini. Plagiat adalah hal yang setiap saat menjadi perhatian dan pengawasan terhadap tulisan mahasiswa-mahasiswa. UGMÂ mempunyai software yang mampu mendeteksi keplagiatan karya tulis mahasiswa. Data base jurnal, majalah, desertasi, thesis, skripsi baik karya mahasiswa UGM maupun karya orang lain dalam dan luar negeri begitu tersedia dan lengkap .
Plagiat dari karya orang lain sudah pasti ketahuan, bahkan di level membuat tulisan penugasan perkuliahan, cara copy paste juga merupakan hal menjadi perhatian dan pengawasan para dosen dan tentunya sanksi tegas akan dikenakan jika benar terbukti copy paste, yakni dengan mencoret mahasiswa yang berbuat dari mata kuliah yang diikuti dengan mengulang di semester berikutnya, dan ini jelas merugikan karena mata kuliah biasanya terjadwal semester ganjil semester genap. Artinya kalau mengikuti semester depan berarti setahun kemudian.
Resiko berat yang harus ditanggung apalagi selain menambah jumlah tahun kelulusan juga menambah beban membayar SPP. Hasil karya seorang akademisi adalah pemikiran, pemikiran tertuang dalam karya termasuk diantaranya adalah tulisan. Memproduksi akademisi berarti harus membekali mahasiswa dengan kemapuan akademisi yakni menuangkan pikiran, gagasan dalam bentuk tulisan.Menulis dengan hanya mencantumkan satu sumber populer yakni wikipedia alamat akan mendapat spidol merah silang dengan keterangan dari dosen pengampu, tentunya tulisanya merah " Wikipedia tidak boleh dijadikan referensi karya ilmiah, tidak bisa dipertanggung jawabkan kesahihannya .. dll " .
Memberi tugas perkuliahaan dengan menulis tidak semata-mata melihat hasil tulisan namun hanya sebagai sarana melatih atau latihan dalam menulis. Maka Plagiat adalah Kejahatan Akademik yang akan menghancurkan proses produksi kualitas akademisi. Hukuman yang tegas kepada siapapun bukan hanya mahasiswa, akan membuat suasana kejiwaan civitas akademisi UGM, tidak akan melakukan plagiat.
Saya yakin tulisan Penulis UGM dalam kompasiana tentang dugaan plagiat prof anggito, bukanlah dari niat buruk atau membunuh karakter anggito, namun semata-mata kecintaan Penulis UGM terhadap UGMÂ dengan ikut berkontribusi terhadap lestari dan tegaknya tradisi akademik di UGM yakni menulis, menuangkan pikiran , gagasan orisinil yang berguna untuk masyarakat dan dunia akademik, serta Plagiat adalah kejahatan akademik berat yang tidak boleh dilakukan atau setidaknya coba-coba dilakukan oleh civitas akademisi UGM demi tetap terjaga kewibawaan UGM sebagai salah satu perguruan tinggi yang kualiatas akademiknya bukan hanya di akui oleh bangsa Indonesia namun juga dunia internasional. Dan saya juga yakin prof anggito akan berusaha sekuat tenaga membuktikan bahwa tulisannya bukan atau tidak plagiat. Saya juga yakin prof anggito mencintai UGM, dan sebagai dosen yang berada di dalam kampus, mengerti, faham bahwa tindakan plagiat adalah kejahatan akademik yang sanksi dan hukumannya akan sangat tegas. Kalau benar, tentunya selain mendapatkan sanksi, prof anggito harus mundur dari UGM.
Dari lantai dua gedung Poerbatjaraka , saya pandang gedung Ekonomi dan Bisnis tempat prof anggito mengajar, Tower Pertamina(karena dibangun oleh pertamina) berdiri kokoh. Tiba-tiba timbul pikiran"klenik" rasa Yogyakarta (hehehhehehhe) , apa peristiwa kebakaran Tower Pertamina beberapa waktu lalu adalah "SASMITA" ( tanda-tanda) akan terjadinya peristiwa yang "membakar" FEB???? .... ah..nggak ah..klenik...ndak ilmiah... ngayawara... Mari kita tunggu akhir cerita dugaan plagiat prof anggito... Kalau tidak terbukti plagiat.. ya Penulis UGM jangan digugat prof.. sekali lagi saya yakin semua karena kecintaan terhadap UGM. UGM tidak boleh dikotori dengan kejahatan akademik. Siapapun civitas akademik UGM termasuk yang sudah alumni, tidak akan pernah rela kejahatan itu ada dan akan merajalela di kampus biru tercinta
* Penulis adalah Mahasiswa aktif di Fakultas Ilmu Budaya/dulu Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H