Mohon tunggu...
Achmed Sukendro
Achmed Sukendro Mohon Tunggu... TNI -

Membaca Menambah Wawasan, Menulis Berbagi Wawasan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Survey Bank: Amerika Serikat Mau Ngapain Lagi?

19 Februari 2015   19:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:53 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Setelah beberapa tahun lalu terbongkar , Badan Intelijen Amerika/NSA menyadap seluruh Email, percakapan telepon di seluruh dunia termasuk ke Indonesia melalui Telkomsel dan perusahan telekomunikasi Tiongkok, Huawei yang produk-produk telekomunikasinya seperti modem sangat laris manis terjual di Indonesia. Arsip-arsip e-mail, transkrip komunikasi bahkan kode-kode rahasia sejumlah barang buatan Huawei, disadap, disusupi oleh Amerika Serikat. Operasi ini dilakukan bersama CIA, FBI dan pejabat gedung putih. Kini sepertinya Amerika berulah lagi walaupun sangat halus, tidak kentara. Sebagai negara yang mengklaim sebagai”Polisi Dunia” Amerika rupanya merasa punya hak untuk mengetahui aktfitas dan informasi apapun mengenai warga negara di dunia ini, mulai dari pejabat negara, eksekutif perusahaan, dan rakyat biasa dengan berbagai dalih.Sehingga dengan berbagai cara dilakukan untuk mendapatkan informasi itu.

Beberapa hari yang lalu saya mendatangi salah satu bank swasta nasional yang konon sahamnya di miliki oleh negara tetangga Singapura, karena mendapatkan pemberitahuan bahwa masa berlaku kartu ATM saya sudah kedaluarsa dan harus segera diganti baru. Setelah melalui prosedur yang tidak terlama di bagian Costumer Service, kartu ATM baru saya dapatkan. Namun sebelum meninggalkan Bank, Sang Costumer Servicemenyodorkan selembar kertas berisi kuisioner yang mewajibkan saya ”hanya” mencontreng jawaban Ya dan Tidak. Cukup sederhana, simpel dan sangat mudah. Namun begitu saya lihat kalimat-kalimat yang ditanyakan, membuat saya mengerutkan kening dan berfikir keras, pertanyaan-pertanyaan muncul dalam hati saya karena ini terasa ganjil. Isinya. Judul Nasabah Bukan Warga Negara Amerika. Pertanyaan nya: Apakah anda warga negara Amerika Serikat, Apakah anda pernah ke Amerika Serikat, Apakah anda mempunyai tempat tinggal di Amerika Serikat, Apakah anda punya greencard..

Menurut si Costumer Servive semua nasabah di sodorkan untuk mengisinya.. Sebelum mencontreng Ya dan Tidak tentu saya banyak bertanya. Untuk apa ini? Saya jelas bukan warga negara Amerika, Apa pengaruhnya terhadap Amerika toh saya hanya nasabah kecil dengan dana hanya ratusan ribu rupiah sesuai penghasilan saya sebagai “buruh” negara, profil saya khan hanya rakyat kecil. Sang Costumer Service tentu tidak bisa menjawabnya.Dengan ilmu Costumer Service yang didapatkan waktu training pegawai di perusahaan dan bekal penampilannya yang tentu saja cantik,dengan lembut dan senyum disampaikan.”.isi aja pak..wong hanya untuk survey kok”.. So pasti, bagai kerbau dicokok hidungnya nurut saja ( mata saya sebagai laki-laki masih normal hehehhehehehhehehe) meski isinya semua contreng Tidak, karena memang saya bukan wraga negara atau pernah ke amerika.

Patut diduga, Amerika sedang mendapatkan data warga negara Indonesia melalui Bank D (maaf terpaksa saya sebut initialnya biar tidak ada dugaan ke bank lain). Apa relevansinya seorang nasabah kecil macam saya dengan kepentingan Amerika yang begitu besar, secara ekonomi sangat kecil kemungkinan saya ke Amerika, duit darimana?. Tetapi persoalannya di Bank D itu khan ada data email, no HP, alamat rumah, nomer telepon rumah, dengan nama depan saya yang entah kenapa sama orang tua saya diberi nama berbau”Arab” meski kenyataannya kakek nenek, orang tua saya Jawa asli. Nama tertentu(baca Arab) adalah nama yang mendapatkan perhatian besar bahkan sampai tingkat tindakan diskriminasi juga perlakuan tidak manusiawi Amerika sejak peristiwa 9/11, peristiwa terorisme terbesar dan terdahsyat. Meski juga nama nasabah tidak berbau Arab, namun data-data nasabah khan ada.Apakah Bank D bisa memberikan jaminan data nasabah tidak dijadikan arena penyadapan oleh Amerika Serikat.

Amerika Serikat mau ngapain lagi? Mengadakan pendataan nasabah non warga negara Amerika dengan modus survey? . YLKI, OJK, bagaimana ini?. Bolehkah suatu Bank dipakai sebagai sarana untuk mendapatkan data untuk tujuan yang tidak jelas? Kalau memang hanya untuk pendataan nasabah warga negara Amerika, khan suatu Bank pasti sudah punya datanya. Sangat ganjil dan aneh jika seluruh nasabah harus mengisi yang jelas pertanyaannya akan dicontreng TIDAK?. Sebagian saham Bank D konon dimiliki negara Singapura yang kita tahu sama tahu reputasi negara tetangga itu terhadap negara Barat baik Amerika maupun Israel. Setelah dengan teknologi komunikasi, ketahuan belangnya, kini dengan cara akal akalan survey?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun