Kita pastinya tahu, di bawah sistem kapitalisme, hak-hak perempuan yang belum terpenuhi masih sangat banyak, terutama bagi perempuan yang berasal dari kelas pekerja.Â
Salah satu hak yang belum terpenuhi adalah hak untuk cuti bagi buruh perempuan yang sedang mengalami masa haid atau hamil. Padahal, masa ini sangat penting bagi kesehatan perempuan dan janin yang dikandungnya. Oleh karena itu, dibutuhkan jaminan cuti yang cukup dan memadai bagi perempuan yang bekerja.
Selain itu, hak-hak bagi pekerja rumah tangga (PRT) juga masih minim. Banyak PRT yang tidak mendapat perlindungan hukum yang cukup dan diperlakukan secara tidak adil oleh majikan.Â
Jaminan hak-hak seperti cuti, jam kerja yang wajar, upah yang layak, dan perlindungan dari diskriminasi, kekerasan, atau pelecehan seksual sangat penting bagi keberlangsungan kerja PRT.
Selain itu, perempuan yang bekerja di lingkup pabrik seringkali mengalami kekerasan seksual dan pelecehan. Hal ini terjadi karena adanya ketidakadilan gender dan kekuasaan yang ada di tempat kerja. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan yang kuat bagi perempuan pekerja di lingkup pabrik, termasuk tindakan yang tegas terhadap pelaku kekerasan seksual dan pelecehan.
Selain itu, akses perempuan terhadap kesehatan reproduksi dan hak untuk memutuskan kehamilan juga masih terbatas.Â
Beberapa negara bahkan melarang praktik aborsi, sehingga perempuan yang ingin mengakhiri kehamilan harus melakukan secara ilegal dan berisiko bagi kesehatan mereka. Selain itu, akses terhadap kontrasepsi dan pendidikan seksual juga masih terbatas.
Terakhir, hak-hak perempuan di bidang politik dan kepemimpinan masih sangat kurang dalam sistem kapitalisme. Perempuan seringkali diabaikan dalam proses pengambilan keputusan politik dan tidak dianggap sebagai pemimpin yang potensial.Â
Padahal, partisipasi perempuan dalam politik dan kepemimpinan sangat penting dalam menciptakan tata kelola yang adil dan inklusif. Oleh karena itu, sangat wajar bila partisipasi perempuan dalam bidang politik dan kepemimpinan sangat kurang di bawah kapitalisme.
Oleh karena itu, jangan biarkan kaum muda perempuan dan laki-laki tersesat dalam feminisme borjuis. Kita perlu untuk memperluas wawasan dan perspektif mereka dalam perjuangan untuk kesetaraan gender berbasis sosialisme dan perjuangan kelas.Â
Mari kita berjuang bersama-sama untuk menyelesaikan masalah ketidaksetaraan ekonomi dan sosial yang mengakibatkan ketidakadilan gender. Dengan begitu, kita dapat mencapai kesetaraan gender yang sejati dan adil, serta menjaga keberlangsungan kesetaraan gender yang berkelanjutan berdasarkan sosialisme.