Bahkan Mediapun “berfirman”: “akan aku jadikan di muka bumi ini seorang khalifah…”
Ungkapan sindiran oleh beberapa politisi menjelang pencapresan 2014 terhadap Jokowi, Gubernur DKI Jakarta, yang diprediksi bakal maju menjadi capres 2014 menunjukkan pertarungan propaganda yang ‘seru’. Manuver-manuver yang bernada sindiran dan kritikan tersebut dilakukan dalam rangka menaikkan pamor.
Marzuki Alie, sebagai peserta konvensi Demokrat melontarkan pernyataan soal elektabilitas Jokowi yang popularitasnya paling unggul sebagaimana hasil beberapa survei.
Menurutnya, hasil survei tak bisa serta-merta dijadikan patokan. "Seolah-olah hasil survei yang menentukan, padahal demokrasi itu keniscayaannya adalah kompetisi," kata Marzuki, di kantor komite konvensi, Jakarta, Kamis, 9 Januari 2014.
Selain itu, kata Marzuki, demokrasi semestinya tak hanya mengedepankan citra, melainkan juga hal-hal yang bersifat substantif. Tujuannya, dia menambahkan, agar masyarakat bisa melihat calon pemimpin yang memiliki gagasan serta rekam jejak dan integritas yang baik. "Itulah sebetulnya demokrasi yang substansial," ujarnya. "Kalau itu kita buka ruangnya, maka kompetisi-kompetisi itu akan menjadi sehat." (Giliran Marzuki Alie Sindir Jokowi - Tempo.Co)
Sebelumnya, Endriartono Sutarto, mantan Pangab, juga melontarkan pernyataan yang bernada sama, bahwa elektabilitas Jokowi yang begitu meroket dianggapnya lantaran disukai media massa. Endriartono menilai saat ini merupakan era yang aneh lantaran seseorang bisa disukai karena sering masuk di media. "Kita semua harus mengajarkan masyarakat untuk memilih mereka yang memiliki gagasan-gagasan yang membumi. Nanti biar rakyat yang memutuskan," ujarnya.
Setidaknya, ada beberapa point kesadaran tentang sebuah peran yang dimainkan media;
1.Media merupakan alat yang paling efektif untuk menyebarkan, mensosialisasikan, dan atau mengumumkan hal-hal penting (atau tidak penting) kepada masyarakat.
2.Media telah menjadi pusat perubahan masyarakat baik ke arah positif maupun negative, meluruskan ataupun menyesatkan.
3.Media mampu menciptakan figur yang tidak semestinya dan atau menggenjot seseorang untuk menjadi public figure dengan mengabaikan azas-azas kredibilitas dan kapabilitas.
Jadi, media lebih tepat disebut sebagai alat propaganda yang mampu menggiring pola pikir masyarakat sehingga terjadi friksi, atau setidaknya tergiring pemikirannya oleh konstruksi pemikiran media.
Pengaruh propaganda oleh media, begitu sangat besarnya bagi kehidupan sosial. Tidak berlebihan sekiranya kita mengatakan; “jangankan presiden atau menteri, ulama atau ustadz pun mampu “diciptakan” oleh media. Bahkan ahli surga dan ahli neraka pun telah ditentukan oleh media”. Hehehee… serem yah…
Propaganda adalah sebuah upaya disengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi alam pikiran atau kognisi, dan memengaruhi langsung perilaku agar memberikan respon sesuai yang dikehendaki pelaku propaganda. Begitu setidaknya seperti dikemukakan oleh Wikipedia tentang propaganda.
Komponen-komponen propaganda itu meliputi :
1.Pihak yang menyebarkan pesan, berupa komunikator, atau orang yang dilembagakan/lembaga yang menyampaikan pesan dengan isi dan tujuan tertentu.
2.Komunikan atau target penerima pesan yang diharapkan menerima pesan dan kemudian melakukan sesuatu sesuai pola yang ditentukan oleh komunikator.
3.Pesan tertentu yang telah dirumuskan sedemikian rupa agar mencapai tujuannya dengan efektif.
4.Sarana atau medium yang tepat dan sesuai atau serasi dengan situasi dari komunikan.
5.Kebijaksanaan atau politik propaganda yang menentukan isi dan tujuan yang hendak dicapai.
6.Dilakukan secara terus menerus.
7.Terdapat proses penyampaian gagasan, ide/kepercayaan, atau doktrin.
8.Mempunyai tujuan untuk mengubah opini, sikap, dan perilaku individu/kelompok, dengan teknik-teknik memengaruhi.
9.Kondisi dan situasi yang memungkinkan dilakukannya kegiatan propaganda yang bersangkutan.
10.Menggunakan cara sistematis prosedural dan perencanaan.
11.Dirancang sebagai sebuah program dengan tujuan yang kongkrit untuk memengaruhi dan mendorong komunikan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan atau pola yang ditentukan oleh komunikator.
Alam pikir manusia di zaman sekarang pada umumnya telah terkontaminasi oleh propaganda media. Informasi apapun yang disampaikan media ditelan habis. Tindak-tanduk, pola pikir dan gerak tubuh telah terkonstruksi oleh media. Media sudah berposisi sebagai tuhan.
Data bisa dikaburkan dan fakta bisa diputarbalikkan. Kebaikan bisa menjadi keburukan, keburukan bisa menjadi kebaikan. Kebenaran bisa menjadi sebuah kesalahan dan kesalahanpun bisa berubah menjadi kebenaran.
Dari AbuHurairah Ra., bahwasanya Rasullullah SAW bersabda: "Jika ada seseorang berkata, "orang banyak (sekarang ini) sudah rusak, maka orang yang berkata itu sendiri yang paling rusak di antara mereka." (HR. Muslim).
Dari Tsauban Ra. berkata Rasulullah SAW bersabda; "Hampir tiba suatu zaman di mana bangsa-bangsa dari seluruh dunia akan datang mengerumuni kamu bagaikan orang-orang yang kelaparan mengerumuni talam hidangan mereka". Maka salah seorang sahabat bertanya, "Apakah karena kami sedikit pada hari itu?" Nabi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab, "Bahkan kamu pada hari itu banyak sekali, tetapi kamu umpama buih di waktu banjir, dan Allah akan mencabut rasa gentar terhadap kamu dari hati musuh-musuh kamu, dan Allah akan melemparkan ke dalam hati kamu penyakit 'wahan'. Seorang sahabat bertanya: "Apakah 'wahan' itu, hai Rasulullah?". Rasulullah menjawab: "Cinta dunia dan takut mati". (HR. Abu Daud).
Waspadalah….waspadalah….!
Wallaahu muwaffiq ilaa sabiilit taufiiq.
alHajj Ahmad Baihaqi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H