Radiologi merupakan suatu cabang ilmu kedokteran yang melibatkan beberapa modalitas dengan menggunakan suatu pancaran radiasi pengion demi menegakkan suatu diagnosis dan kemungkinan prosedur pengobatan pada kelainan tubuh pasien (BAPETEN No. 4, 2020).
Dalam sejarahnya, radiologi dimulai ketika ditemukannya sinar-x pada 8 November 1895 Â oleh salah seorang ahli fisika asal jerman bernama Wilhelm Conrad Rontgen, yang mengawali penemuannya dengan sebuah percobaan dari J.J Thomson mengenai tabung katoda dan Heinrich Hertz tentang fotolistrik. Percobaan ini mengamati tentang pergerakan elektron dari katoda menuju ke anoda yang berada dalam tabung kaca hampa udara. Dari percobaannya ini rontgen memperkenalkan hasil radiografi pertamanya berupa foto rontgen tangan istrinya sendiri (Ferry, 2008; Rahman, 2009).
Salah satueriksaan radiologi yang sering dikenal adalah pemeriksaan radiografi cranium. Dilansir dalam Bontrager (2018), pemeriksaan radiografi cranium merupakan suatu teknik pemeriksaan dalam radiologi yang akan menggambarkan hasil citra dari cranium atau tengkorak kepala dengan menggunakan modalitas sinar-x untuk mengetahui suatu diagnosa. Pada pemeriksaan cranium, umumnya dilakukan dalam beberapa proyeksi, antara lain : proyeksi Antero Posterior (AP), AP Axla (Towne Method), Postero Anterior Axial (Haas Method), Postero Anterior (PA), PA Caldwell, Lateral, dan Submentovertex (SMV).
Pada artikel ini kami membahas tentang pemeriksaan Cranium sebagaimana hasil dari review studi kasus pada penelitian sebelumnya, dengan judul Prosedur pemeriksaan radiografi Cranium lateral pada kasus hipertrofi adenoid di instalasi radiologi RSUD Tidar Kota Magelang.Â
Dimana pada penelitian ini membahas tentang prosedur pemeriksaan, teknik pemeriksaan pemosisian objek dan pasien pada penderita Hipertrofi Adenoid dengan proyeksi lateral. Diaman seperti yang diketahui Hipertrofi Adenoid merupakan suatu peradangan dan pembengkakan pada area kelenjar di dalam hidung dan tenggorokan yang menyebabkan terjadinya pembengkakan adenoid. Kondisi ini menyebabkan pasien akan kesulitan untuk bernafas dengan menggunakan hidung. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan radiografi untuk mengetahui letak dan seberapa besar permasalahan yang telah terjadi pada adenoid pasien.
Tujuan dari ditulisnya artikel ini adalah untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi cranium proyeksi lateral pada pasien dengan indikasi klinis hipertrofi adenoid yang benar dan juga mengetahui alasan mengapa tidak ada instruksi untuk melakukan inspirasi dari hidung saat pemrosesan foto berlangsung.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif Studi Kasus, pada pasien di instalasi radiologi RSUD Tidar Kota Magelang. Dengan kasus membahas tentang prosedur pemeriksaan, teknik pemeriksaan pemosisian objek dan pasien pada penderita Hipertrofi Adenoid dengan proyeksi lateral, pada pasien An M.K.A, usia 8 tahun yang dilakukan pada maret 2019 lalu dengan keluhan sakit pada daerah tenggorokan mengalami keluhan demam, batuk, dan susah untuk bernafas. Kemudian dilakukan foto rontgen cranium dengan proyeksi lateral untuk mengetahui nilai rasio adenoid nasofaring
Identitas pasien
Nama : An. M.K.A
Umur : 8 tahun 4 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Krajan Tegalrejo Magelang
No. RM : 00-42-XX-XX
No. ID Â Â : 1903XX-XXXX
Tanggal Pemeriksaan : 5 Maret 2019
Pemeriksaan : Cranium Proyeksi Lateral
Keterangan Klinik : Hipertrofi Adenoid
Riwayat Pasien
Pada tanggal 6 maret 2019 pukul 08.15 AM, pasien datang ke RSUD Tidar Kota Magelang dengan keluhan sakit pada daerah tenggorokan. Dokter pengirim dari klinik THT menganjurkan untuk melakukan foto rontgen. Lalu pasien mendatangi Instalasi Radiologi RSUD Tidar Magelang dengan membawa surat permintaan pemeriksaan radiologi dari dokter pengirim tersebut.Â
Dokter ingin melihat ukuran adenoid untuk mendiagnosa telah terjadi hipertrofi adenoid atau pembesaran pada adenoid atau tidak, karena pasien sering mengalami keluhan demam, batuk, dan susah untuk bernafas. Dokter pun menyarankan untuk melakukan foto rontgen cranium dengan proyeksi lateral untuk mengetahui nilai rasio adenoid nasofaring.
Persiapan Pasien
Pada pemeriksaan cranium lateral tidak ada pemeriksaan khusus sebelum melakukan pemeriksaan, hanya melepaskan semua logam seperti anting-anting, atau benda yang dapat dilepas lainnya dari kepala pasien serta melakukan anamnesis.
PEMBAHASAN
Prosedur pemeriksaan radiografi cranium dengan proyeksi lateral pada kasus hipertrofi adenoid di RSUD Tidar Kota Magelang
Prosedur pemeriksaan yang digunakan pada kasus hipertrofi adenoid tidak begitu berbeda dengan apa yang ada di teori hanya saja ada beberapa hal yang tidak sama karena pada rumah sakit menggunakan radiografi cranium lateral sedangkan pada teori menggunakan radiografi nasofaring lateral.
Dalam pembuatan radiografi cranium proyeksi lateral pada kasus hipertrofi adenoid posisi pasien dan posisi objek true lateral. Posisi objek true lateral dapat dilihat pada hasil radiograf dengan anatomi yang saling superposisi. Disusun standar pemeriksaan radiografi nasofaring proyeksi lateral tersebut mulai dari persiapan pasien, posisi pasien, posisi objek, titik bidik, kolimasi, jarak fokus ke film dan faktor eksposi yang baik, serta metode pengukur rasio adenoid nasofaring.
Pemeriksaan radiografi dengan kasus hipertrofi adenoid di Instalasi Radiologi RSUD Tidar Kota Magelang menggunakan proyeksi cranium lateral saja, karena hal ini sudah menjadi SOP di Instalasi  Radiologi RSUD Tidar Kota Magelang. Dokter radiologi menyarankan untuk melakukan proyeksi lateral dengan posisi pasien berdiri dan harus true lateral.
KESIMPULAN
Dari laporan kasus yang telah di jelaskan dapat di simpulkan bahwa:
Terdapat pasien anak-anak dengan dugaan klinis Hipertrofi Adenoid menjalankan pemeriksaan cranium proyeksi lateral
Prosedur pemeriksaan radiografi yang digunakan pada Instalasi Radiologi RSUD Tidar untuk mendeteksi klinis hipertrofi adenoid adalah radiografi cranium lateral sementara pada teorinya menggunakan radiografi nasofaring lateral
Pemeriksaan  radiografi  cranium  proyeksi  lateral  pada  kasus hipertrofi  adenoid  di  Instalasi  Radiologi  RSUD  Tidar  Kota Magelang tidak ada instruksi kepada pasien untuk mengambil nafas selama eksposi
DAFTAR PUSTAKA
Bontrager,kennet L.2018. Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy. Missouri: Mosby, Inc.
Frank,Eugene D, Long, Bruce W, Smith, Barbara J, 2016. Merril's Atlas of Radiographic Positiong and Positioning and Procedures.
Suyatno, Ferry. (2008). Aplikasi radiasi sinar-x di bidang kedokteran untuk menunjang kesehatan masyarakat. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, 503-510.
ADHININGSIH, D. A., & ABIMANYU, B. (2019). PROSEDUR PEMERIKSAAN RADIOGRAFI CRANIUM LATERAL PADA KASUS HIPERTROFI ADENOID DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD TIDAR KOTA MAGELANG.
BAPETEN (2020). PERATURAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2020 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PADA PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X DALAM RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL
Rice, J. (1986). Poligon: A System for Parallel Problem Solving, Technical Report, KSL-86-19, Dept. of Computer Science, Stanford Univ. REPORT
Clancey, W.J. (1979). Transfer of Rule-Based Expertise through a Tutorial Dialogue. PhD Dissertation, Department of Computer Science, Stanford University. TESIS/DISERTASI
Ivey, K.C. (2 September 1996). Citing Internet sources URL http://www.eei- alex.com/eye/utw/96aug.html. WEBSITE
 pem
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H