Mohon tunggu...
Achmad Zulvickar
Achmad Zulvickar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Your surely favorite argumenter

Hidup adalah tentang visi, regulasi, dan arah pengaruh untuk diri sendiri juga orang lain. Hidup adalah sekali, jadilah berarti lalu mati. Ini adalah klip hidup saya yang disengajakan untuk berkebaikan dan bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemerintah Harus Paham "ERG Theory" untuk Tangani Pandemi

14 Juli 2021   23:53 Diperbarui: 15 Juli 2021   00:14 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pandemi merupakan sebuah wabah penyakit yang menyebar secara luas dan menjadi masalah bagi seluruh warga dunia. Sejak Desember 2019, dunia tengah dihadapi oleh Pandemi COVID-19 dan dampak meluas darinya. Kesejahteraan manusia terancam di berbagai aspek, semua berlomba untuk survive dan memenuhi kebutuhan. Pemerintah harus paham, bahwa meregresikan diri juga menjadi cara untuk tetap sejahtera di kondisi seperti ini

Pandemi COVID-19 dengan segala kebijakannya sudah tentu memberikan dampak bagi masyarakat, bukan hanya dalam segi ekonomi, tetapi juga berdampak pada segi sosial, hukum, pendidikan, bahkan kesehatan mental. Angka kemiskinan juga pengangguran sudah dan akan naik selama pandemi, terlebih apabila diberlakukannya lagi lockdown atau karantina wilayah. Tidak sejahteranya keadaan finansial, tak terpenuhinya kebutuhan pokok, kegiatan kemasyarakatan yang sangat terganggu, angka kriminalitas naik drastis, tidak optimalnya kegiatan belajar mengajar, dan sebagainya adalah dampak negatif dari pandemi ini yang sebenarnya juga menjadi stressor (sumber stress) atau pengganggu dari kesejahteraan mental seseorang.

Steven Taylor seorang profesor psikiatri dari University of British Columbia yang menuliskan buku “The Phychology of Pandemics” menjelaskan bahwa akan ada 10-15 persen minoritas malang yang hidupnya tidak akan kembali normal karena dampak pandemi pada kesejahteraan mental mereka dan hal ini juga akan terjadi di Indonesia sebagai negara yang sangat terdampak. Konsensus yang meluas menekankan bahwa pandemi COVID-19 tidak hanya mempengaruhi kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental. Pandemi saat ini mengubah prioritas untuk populasi umum, tetapi juga menantang agenda profesional kesehatan, termasuk psikiater dan profesional kesehatan mental lainnya.

Berdasarkan uraian diatas, kita sama-sama memahami bahwa pandemi adalah tentang masyarakat luas dengan segala kebutuhannya. Manusia mempunyai beragam kebutuhan sehingga terus berusaha memenuhinya dan pemerintah hadir sebagai, agaknya kebijakan yang diberlakukan haruslah disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dari rakyat dan bangsa Indonesia sebagai entitas terbesarnya agar semua tepat sasaran penuh kemurnian.

Carl J Federick mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Kebijakan yang dikeluarkan haruslah menunjukan apa yang sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah dengan melibatkan semua unsur dalam bernegara demi tujuan yang ingin dicapainya.

Hakikatnya kebutuhan manusia tidak pernah terpuaskan, itu adalah bagian dari sifat dan karakteristik manusia untuk selalu ingin mencapai lebih dan lebih banyak hal di lingkungan manusia. Keinginan yang tak terpuaskan dari orang untuk mencapai kondisi kehidupan yang lebih baik di berbagai kalangan masyarakat tantangan bagi pemerintah khususnya di kondisi pandemi seperti ini. Menurut saya, Hierarki Kebutuhan dari Abraham Maslow ini juga dapat direfleksikan dengan kebutuhan Indonesia dalam menjalankan roda kepemerintahannya.

Teori diatas berhasil mengklasifikasikan kebutuhan yang perlu dipenuhi oleh manusia ataupun kelompok, hasil penyempurnaan dari teori ini adalah teori ERG. Teori ERG yang merupakan penyempurnaan dari teori kebutuhan ini dikemukakan oleh Alderfer dalam Robbins (2001:171), tiga hirarki dalam kebutuhan inti yaitu eksistensi (existence), kekerabatan atau berhubungan (relatedness), dan perkembangan (growth). Adapun ketiga hirarki dalam kebutuhan inti tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kebutuhan Eksistensi Kebutuhan (existence needs) merupakan pemberian persyaratan eksistensi materiil dasar, mencakup butir-butir yang Maslow anggap sebagai kebutuhan fisiologis (kebutuhan dasar bermanusia) dan keamanan serta keselamatan

2. Kebutuhan Berhubungan Kebutuhan (relatedness needs) merupakan hasrat yang kita miliki untuk memelihara hubungan antar pribadi yang bermanfaat. Keinginan untuk berinteraksi dengan orang-orang lain agar dipuaskan yang segaris dengan kebutuhan sosial pada Hierarki kebutuhan Maslow.

3. Kebutuhan Pertumbuhan Kebutuhan (growth needs) merupakan suatu hasrat instrinsik untuk perkembangan pribadi, mencakup komponen instriksi dari kategori penghargaan Maslow dan karakteristik-karakteristik yang tercakup pada aktualisasi diri.

            Hal yang ingin saya tekankan adalah adanya komponen Frustasi-Regresi itu wajar dalam usaha memenuhi kebutuhan. Tidak seperti Maslow, disini Alderfer menjelaskan bahwa kebutuhan dapat muncul dalam waktu bersamaan dan frustasi terhadap kebutuhan yang lebih tinggi dapat mempengaruhi hasrat terhadap kebutuhan yang lebih rendah. Pandemi COVID-19 menjadi kondisi istimewa dimana kita semua, terlebih pemerintah seharusnya lebih paham untuk mengatur prioritas dan hasrat dalam memenuhi kebutuhan rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun