Pengangguran adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia, meskipun kita memiliki bonus demografi yang dianggap sebagai peluang emas. Tingginya angka pengangguran, terutama di kalangan muda, menunjukkan masalah mendasar: ketidaksesuaian antara keterampilan tenaga kerja dan kebutuhan pasar.
Masalah ini diperburuk oleh sistem pendidikan kita yang cenderung berfokus pada teori, bukan praktik. Banyak lulusan perguruan tinggi tidak siap masuk ke dunia kerja karena kurangnya keterampilan teknis. Di sisi lain, ketimpangan antara daerah maju dan terpencil membuat lapangan kerja lebih terkonsentrasi di kota besar seperti Jakarta atau Surabaya, sementara daerah terpencil tertinggal.
Kemajuan teknologi juga menjadi tantangan baru. Otomatisasi menggantikan pekerjaan manual, sementara digitalisasi menuntut keterampilan yang lebih spesifik. Jika tidak segera diatasi, ini bisa menambah jumlah pengangguran, terutama di kalangan usia produktif.
Namun, solusi ada di tangan kita. Pendidikan vokasional harus diperkuat dengan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan industri. UMKM, yang menyerap lebih dari 90% tenaga kerja, perlu didukung melalui akses modal, pelatihan, dan digitalisasi. Pembangunan infrastruktur di daerah terpencil juga menjadi prioritas untuk menciptakan lapangan kerja dan mengurangi ketimpangan.
Era digital juga membuka peluang besar di sektor ekonomi kreatif. Pemerintah harus mendorong inovasi dan mendukung para pelaku ekonomi kreatif untuk menciptakan lapangan kerja baru.
Bonus demografi bisa menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi negara maju. Namun, tanpa langkah strategis dan kolaborasi semua pihak, kita akan kehilangan potensi besar ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H