Mohon tunggu...
Achmad Thoriq
Achmad Thoriq Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Homosapien Bertipe Malayan Mongoloid

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perjalanan Haji pada Masa Kolonial Belanda

19 Juli 2022   11:40 Diperbarui: 19 Juli 2022   11:47 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 

Motivasi para jamaah haji yang berangkat ke Tnah Suci pun beragam, namun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hurgrojne, didapati beberapa alasan yang mendorong parajamaah, yang diantaranya:[5]

 

  • Menjalankan perintah agama

Alasan yang normatif ini merupakan alasan yang utama dan yang paling bisa untuk di terima.

  • Keinginan untuk memperluas ilmu agama

Di antara jamaah yang berangkat untuk berhaji, memang tidak sedikit yang bertujuan untuk mencari ilmu agama di Tanah Suci.

  • Status sosial

Seperti yang sudah dijelasskan diatas, dikalangan masyarakat yang sudah pernah menunaikan ibadah haji, maka akan mendapatkan gelar Haji di depan namanya. Salain itu, orang tersebut juga akan mendapatkan apreasi tinggi atau dihormati di masyarakat. Oleh karena itu, tidak sedikit pula jamaah yang bertujuan unntuk motif ini.

  • Kekecewaan/kejenuhan pada kehidupan di tanah air (yang notabene masih terjajah) dan ingin menetap di Tanah Suci

Alasan ini merupakan alasan yang tergolong bisa diterima, mengingat pada masa itu adalah masa kolonial Belanda, yang dimana segala urusan yang terkait dengan pemerintah Belanda cenderung menyusahkan masyarakat pribumi. Oleh karena itu, diantara jamaah ada yang ingin menjadikan perjalanan haji sebagai pelarian dari kondisi di tanah air dan ingin tingggal; di Mekah hingga akhir hayatnya.

 

Diantara empat alasan utama tadi, alasan kedua dan yang nomor empat bisa menjadi jawaban atas fakta yang kemudian dikemukakan oleh Hurgronje, bahwa dalam lembaran negara tahun 1859 no 42, bahwa pada tahun 1859 saja ada 12.985 yang berangkat selama empat tahun (1852-1856), hanya ada 5.594 orang yang sudah pulang[6]. Sisanya ada yang masih bertahan tinggal di Tanah Suci ataupun masih dalam perjalanan pulang. Pernyataan lain juga datang dari pejabat Bupati Pasuruhan yang menyatakan sebagian besar jamaah haji tidak kembali ketanah air, dalam nota tanggal 13 Juli 1897 nomor 332/2 Rahasia, serta nota 4 September 1897 nomor 419/2 Rahasia yang menyatakan bahwa, perbandingan jumlah orang yang berangkat dan pulang haji yang berbeda drastis. Dari fakta ini, bisa didapati kesimpulan bahwa rombongan yang kembali ketanah air jauh lebih sedikit ketika rombongan tersebut berangkat.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun