Usulan mengenai pemindahan ibu kota dari Jakarta ke luar Jawa, memang sudah lama digaungkan. Tak tanggung, sejak awal berdirinya republik ini gema pemindahan ibu kota sudah terdengar dari sang presiden pertama, Soekarno.
Namun, rencana itu tertelan sendiri setelah Presiden Soekarno menetapkan Jakarta sebagai ibu kota negara melalui Undang-undang Nomor 10 tahun 1964. Hal itu mengubur mimpi dan wacana pemindahan ibu kota baru Indonesia, terlebih setelah pemerintahan beralih ke Soeharto. Sentralistik pembangunan dan pemerintahan menjadi salah satu kekuatan utamanya.
Lama terpendam, akhirnya wacana pemindahan ibu kota baru Indonesia kembali terdengar pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dalam dua periode masa pemerintahannya, Presiden SBY Pernah membentuk tim khusus untuk membahas rencana pemindahan ibu kota baru.
Akan tetapi, rencana dan hasil kajian itu tak pernah dijelaskan kepada publik. Hingga akhir jabatannya sebagai presiden, rencana pemindahan ibu kota itu tak pernah jelas muaranya.
Tahun 2019 menandai akhir dari rencana-rencana yang gatot alias gagal total di atas. Presiden Jokowi telah mengumumkan keputusan pemerintah untuk memindahkan ibu kota negara ke Pulau Kalimantan tepatnya di sebagian wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Keputusan pemindahan ini sangat serius dengan telah dikirimkannya dokumen-dokumen pendukung ke DPR RI dan telah disusunnya rencana pembangunan lengkap dengan pendanaannya. Namun, ada satu hal yang tak diumumkan oleh Presiden Jokowi dalam keuputusannya kemarin, yaitu apa nama ibu kota baru Indonesia?
Jika melihat wilayah yang dipilih, maka sangat penting adanya nama baru bagi ibu kota negara. Selain tidak enak memilih antara nama Kutai Kartanegara atau Penajam Paser Utara, sangat perlu gebrakan dalam pemindahan ibu kota yang nantinya akan dikenang sebagai peristiwa bersejarah.
Jika memilih antara dua nama daerah yang kebagian ditempati sebagai ibu kota baru, maka pemindahan ibu kota rasanya terkesan tidak begitu monumental, tidak menandai babak baru dalam sejarah repubik ini dan terkesan semaunya saja.
Namun, jika memang ada rencana untuk memberi nama baru pada ibu kota negara nantinya, maka berikut ada beberapa kisah nama ibu kota baru yang mungkin dapat menjadi pertimbangan pemerintah ke depannya.
Kisah Pemindahan Ibu Kota Kekaisaran Jepang
Mungkin tak banyak yang tahu jika sebelum Tokyo, ibu kota Jepang adalah Kyoto. Memang keduanya terdengar mirip, karena hanya membalikkan satu suku kata saja. Namun, sejarah pemindahan ibu kota dari Kyoto ke Tokyo menjadi peristiwa yang monumental karena hingga sekarang, Tokyo tetap menjadi pusat pemerintahan dan pusat perekonomia Jepang.
Dalam tradisi Jepang, umumnya ibu kota adalah tempat di mana istana kaisar berada. Sebelum berpindah ke Tokyo, istana kekaisaran berada di Kyoto. Di sisi lain, Tokyo (sebelumnya bernama Edo) adalah pusat perdagangan dan akses ke barat.
Peristiwa monumental pemindahan ibu kota dari kyoto ke Tokyo diawali dengan penyerahan Keshogunan Tokugawa sekitar tahun 1868 kepada Kaisar Meiji yang saat itu masih berusia 15 tahun. Meskipun demikian, kekuasaan tertinggi berada di tangan Oligarki (orang yang berkuasa atas suatu organisasi dan negara) yang pada akhirnya memindahkan ibu kota dari Kyoto ke Edo, lalu mengubah namanya menjadi Tokyo.
Kisah Pemindahan Ibu Kota Kesultanan Mataram Islam
Siapa yang menyangka pembalikan suku kata untuk menandai perpindahan pusat pemerintahan juga pernah terjadi di bumi nusantara sendiri. Malahan, peristiwa tersebut terjadi di bumi kelahiran sang presiden saat ini, yaitu Surakarta.
Setelah melakukan pemindahan keraton, ternyata kondisi tak juga membaik. Pemberontakan terus terjadi hingga pada masa kepemimpian Sultan Paku Buwana II (1740). Hal itu membuat fisik keraton mengalami kerusakan-kerusakan hebat. Hingga pada akhirnya Sultan Paku Buwana II memindahkan keraton dari Kartasura ke Sala yang kemudian diberi nama Surakarta.
Jika melihat dua peristiwa pemindahan ibu kota di atas, ada sebuah pola dalam penamaan ibu kota baru. Yang lebih tua, adalah pemindahan ibu kota Mataram Islam era Paku Buwana II dari Kartasura ke Sala yang kemudian diubah menjadi Surakarta. Yang kedua adalah pemindahan ibu kota kekasairan Jepang dari Kyoto ke Edo yang kemudian diubah menjadi Tokyo.
Jika nantinya Presiden Jokowi telah benar-benar memindahkan ibu kota negara ke daerah yang telah dipilih, kira-kira apakah nama ibu kota baru tersebut? Dari Jakarta apakah menjadi Kartajaya?
Bondowoso, 2019
