Mohon tunggu...
Achmad Sunjayadi
Achmad Sunjayadi Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar, peneliti di Departemen Sejarah, Program Studi Belanda Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

Penyuka sejarah, budaya, fotografi, ilmu-ilmu baru dan sesekali keluyuran secara iseng ke tempat-tempat yang unik

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menulis, Menulis, dan Menulis

13 Juni 2024   14:06 Diperbarui: 13 Juni 2024   16:14 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

'Syarat untuk menulis ada tiga yaitu menulis, menulis,  dan menulis!,' demikian saran dari Prof. Kuntowijoyo.  'Semua harus ditulis, apa pun. Jangan takut tidak dibaca atau tidak diterima penerbit. Yang penting, tulis, tulis, dan tulis. Suatu saat pasti berguna.' Lalu 'Orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama ia tidak menulis. Ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian,' pesan Pramoedya Ananta Toer. 

Ya, pesan mereka memang benar.  Apalagi jika kita mendaku atau 'ditahbiskan' dengan profesi tertentu.  Sebut saja sejarawan, seperti saya. Biasanya, saya tidak pernah mendaku atau menyebut diri saya sejarawan. Biar saja orang yang menilainya, pikir saya. Namun, dalam suatu acara di Jakarta bulan April 2024 lalu yang dihadiri oleh berbagai pakar dari beberapa negara, ketika setiap orang memperkenalkan diri, saya terpaksa menyebut diri saya sebagai seorang 'sejarawan'.

Saya tidak mengira konsekuensinya setelah saya memperkenalkan diri sebagai 'sejarawan'. Saya kemudian ditanya oleh salah seorang peserta ketika kami mengunjungi Monumen Nasional (Monas) Jakarta. 

"Anda, sejarawan, kan? " tanya Alex Min (nama sebenarnya) dari Amerika Serikat.  Saya mengiyakan pria yang mengaku tinggal di San Fransisco dan berasal dari Hawaii. 

"Buku apa yang Anda sudah tulis? Siapa tahu dijual di Amazon,"  lanjutnya bertanya sambil tersenyum. Saya tidak menduga pertanyaan itu. 

Saya segera membuka telefon genggam dan mencari buku saya di Amazon. Voila, saya menemukannya dan memperlihatkan situs yang memuat dan menjual buku saya.

Alex melihat situs tersebut. "Wow, 375 halaman," pekiknya.

"Banyak sekali. Saya hanya mampu membaca puluhan halaman. Itu pun buku anak-anak atau komik," katanya sambil tertawa.

 "Cakep," kata saya dalam hati.

"Berapa lama, Anda menyelesaikannya?" tanya Alex lagi yang rupanya lulusan University San Fransisco. Selepas SMA, ia menghabiskan separuh waktunya di penjaga pantai di laut dan separuhnya lagi di darat, membantu masyarakat pesisir di Guam, El Salvador, dan Panama dalam mempersiapkan diri menghadapi bencana alam.

"Buku ini sebenarnya bagian dari riset doktoral saya yang menghabiskan waktu selama lima tahun dan untuk buku ini kurang lebih selama setahun," jawab saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun