Mohon tunggu...
Achmad Sunjayadi
Achmad Sunjayadi Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar, peneliti di Departemen Sejarah, Program Studi Belanda Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

Penyuka sejarah, budaya, fotografi, ilmu-ilmu baru dan sesekali keluyuran secara iseng ke tempat-tempat yang unik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antara Aku, Kau, dan Mereka (Bagian 1)

27 Mei 2024   08:23 Diperbarui: 27 Mei 2024   09:55 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Judul di atas saya pinjam dari salah satu judul lagu Iwan Fals 'Antara Aku, Kau, dan Bekas Pacarmu' yang kemudian saya modifikasi. Lagu tersebut dari album Opini tahun 1982 https://www.youtube.com/watch?v=z1XgdkiQj8k     Lagu ini kemudian diaransemen dan dirilis ulang tahun 1989 serta menjadi judul album https://www.youtube.com/watch?v=WB3tfDVHld8   Versi lagu 1989 lebih bernuansa rock jika dibandingkan dengan versi 1982. Saya menyukai kedua versi lagu tersebut. Masing-masing memiliki keunikan karakter vokal Iwan Fals dan aransemen.

Artikel ini bukan mengenai lagu Iwan Fals. Artikel ini tentang suatu hasil penelitian, entah dalam bentuk skripsi, tesis, atau disertasi. Bahkan dapat saja hasil penelitian mandiri, kolaborasi yang kemudian diterbitkan dalam bentuk book chapter maupun jurnal. Baik itu dalam jurnal nasional dengan reputasi Sinta atau jurnal internasional bereputasi Scopus Q1, Q2, dan seterusnya.

Jangan khawatir, artikel ini tidak akan membuat Anda mengernyitkan dahi (mudah-mudahan). Saya akan menggunakan dan meminjam lirik lagu tersebut dalam penjelasan saya. Beberapa bagian merupakan pengalaman saya dalam mengarungi 'samudera pengetahuan tak bertepi' selama berkarir sebagai dosen dan peneliti.

Ketika saya menghadiri suatu sidang promosi doktor beberapa tahun silam, salah seorang penguji mengajukan pertanyaan kepada sang promovendus. Pertanyaan itu menurut saya sangat menarik. Sang penguji memulai: "Saudara promovendus, Anda telah melakukan penelitian selama beberapa tahun, berkutat dengan data dan teori. Serta dengan mengeluarkan biaya, keringat dan air mata." Hadirin tertawa  "Nah, jika ada seorang anak kecil bertanya pada saudara, Om neliti tentang apa sih, kayanya sibuk banget. Apa jawaban saudara. Anda tentu harus dapat menjelaskannya?" Hadirin tertawa lagi. Saat itu saya tidak ikut tertawa karena saat itu saya merupakan salah satu calon yang dalam beberapa bulan kemudian akan disidang untuk mempertanggungjawabkan hasil penelitian di depan para penguji. Saya membayangkan jika pertanyaan itu diajukan pada saya.

Pertanyaan penguji yang sederhana, tetapi tidak mudah dijawab jika kita tidak menguasai hasil penelitian dan dapat menjelaskannya secara sederhana. Menjelaskan hasil penelitian kepada rekan sejawat tentu akan lebih mudah (meskipun tidak selalu). Namun, menjelaskan kepada masyarakat awam, membutuhkan ketrampilan tersendiri. Istilahnya bagaimana 'membumikan ilmu dari langit'.  Sebuah video berjudul 'Can you explain your loved one's Phd thesis?' dapat dijadikan ilustrasi:  https://www.facebook.com/watch/?v=1144856543307044

Ketika usai sidang promosi doktor, saya berbisik pada istri saya: 'Paham yang tadi saya sampaikan?' Istri saya menjawab sambil tertawa: 'Tentu saja. Hampir setiap hari kamu membahas itu.' Wah, seharusnya saya menanyakan hal itu kepada para undangan yang hadir: 'Mana yang lebih jelas, uraian yang saya sampaikan atau hidangan usai promosi?'  

Sebenarnya salah satu cara untuk menyampaikan hasil penelitian disertasi ke masyarakat luas adalah dengan mengundang media massa. Saya termasuk beruntung, Ketika itu ada media yang meliput, sehingga saya tidak perlu lagi bersusah-payah menjelaskannya:https://historia.id/kultur/articles/awal-mula-pariwisata-di-indonesia-PMLx3/page/1   

Namun, sebagai salah satu upaya menjelaskan kepada masyarakat umum yang lebih luas, beberapa tahun setelah sidang promosi, disertasi itu saya terbitkan dalam bentuk buku. Itu juga atas saran istri tercinta: https://publications.efeo.fr/en/livres/992_pariwisata-di-hindia-belanda-1891-1942    Buku itu juga telah diresensi dan dimuat beberapa media (berarti ada yang membaca):https://www.kompas.id/baca/opini/2020/06/13/merunut-awal-mula-pariwisata-di-indonesia   dan     https://news.detik.com/kolom/d-4838278/pikat-di-tanah-jajahan      Bahkan ada yang membacanya dan dimuat juga di Kompasiana: https://www.kompasiana.com/mariefrahman/5f0b1f70d541df4f21698134/pariwisata-di-hindia-belanda-1891-1942

'Aku' dalam judul lagu Iwan Fals adalah kita yang sedang, telah menghasilkan suatu penelitian  (skripsi, tesis, disertasi, penelitian).  Lalu 'Kau' adalah skripsi, tesis, disertasi, hasil penelitian, dll. Sedangkan 'Mereka' adalah orang dekat, keluarga, rekan sejawat atau masyarakat umum. Bagaimana 'aku' menyampaikan 'kau' kepada 'mereka', tentunya ada banyak cara supaya lebih bermanfaat dan tidak hanya tersimpan dalam laci dan laptop.

Bersambung....

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun