Banyak yang menilai bahwa terjadinya perselingkuhan adalah bentuk pernikahan yang gagal. Walaupun itu benar tetapi itu tidak selalu terjadi. Alasan perselingkuhan selalu dibungkus dengan alasan emosional dan mental.
Jarang hanya ada satu alasan tindakan melakukan perselingkuhan, keadaan hubungan, tekanan yang anda alami seperti kondisi finansial, anak, pekerjaan, dll. Selain itu kepercayaan diri anda juga dapat memicu terjadinya perselingkuhan.
Pernikahan dengan kehidupan yang romantis dan bahagia belum menjamin terlindungi dari perselingkuhan. Memang hubungan yang romantis dan bahagia, tetapi bukan berarti perisai yang tidak dapat ditembus.
Pertama, perselingkuhan terjadi akibat dari validasi dan perhatian orang lain. Siapa yang tidak suka dirayu? Dipuji, dihargai, diperhatikan dan anda katakan cantik, seksi, baik, merupakan dorongan yang membuat anda ketagihan perilaku tersebut.
Bukan berarti mereka tidak mendapatkan perhatian dan validasi di rumah, tetapi sebagai manusia kita sering membutuhkan hal baru, dan kondisi tersebut memicu hormon perasaan untuk merasa senang terus.
Seperti ketika pasangan sering mengatakan "aku mencintai ku", semakin anda merasa biasa saja atau bahkan tidak senang. Saat romansa dan rayuan baru dialami, maka hormon perasaan senang akan memenuhi otak anda.
Otak dipenuhi hormon perasaan senang, akan memicu dopamin, norepinefrin, dan serotonin, Â memenuhi otak anda akan mengakibatkan hanya hal baru tersebut membuat anda senang.
Bagi anda yang ingin melanjutkan hubungan, maka anda dan pasangan anda harus membuay komitmen untuk menjaga komunikasi, sanggup mengakomodasi perasaan, dan kebutuhan emosional. Tentunya hal tersebut harus dilakukan satu sama lain bukan salah satu orang saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H