Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Vertikultur Mendukung Pengurangan Limbah Domestik dan Ketahanan Pangan

4 Februari 2024   21:32 Diperbarui: 17 Februari 2024   07:20 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kawasan pemukiman adalah lokasi terluas dan paling memungkinkan untuk dikembangkan karena langsung berkaitan dengan konsumsi pangan keluarga. Kawasan potensial untuk dikembangkan vertikultur di kawasan pemukiman tersebar di 16 Kelurahan pada 9 Kecamatan seperti ditampilkan pada dengan luas sekitar 3.178 ha.

Secara ekonomi, vertikultur layak secara usaha tani sehingga berpotensi dapat menambah pendapatan keluarga. Vertikultur dapat menjadi solusi bagi pengelolaan sampah skala rumah tangga sehingga berkontribusi bagi pengurangan dampak lingkungan dari sampah. Selain itu vertikultur dapat mengurangi pengeluran rumah tangga untuk dari pembelian sayur-sayuran dan biaya transportasi belanja.

Budidaya vertikultur yang saat ini dipraktekkan masyarakat lebih pada pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Untuk kebutuhan komersial sebagai unit usaha belum berkembang. Sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangga budidaya vertikultur bisa diandalkan.

Berdasarkan wawancara dengan pembudidaya dan pendamping vertikultur (Bapak Hartopo) selama ini vertikultur bukan hal yang baru dan telah dilakukan dengan berbagai metode. Namun metode-metode yang pernah ada, tidak berkelanjutan (sustainable) dan tidak ramah lingkungan.

Menurut Hartopo yang merintis pengembangan vertikultur berkelanjutan dan ramah lingkungan, vertikultur memiliki keuntungan diantaranya:

Pertama, Pemanfaatan barang bekas mendukung pengurangan limbah domestik, menekan biaya konstruksi, namun meningkatkan efisiensi ruangan tanpa mengurangi kuantitas hasil pertanian.

Kedua, Hampir semua bahan untuk budidaya vertikultur berasal dari bahan organik. Sampah organik rumah tangga, baglog jamur, arang katu dan sekam bakar adalah bagian penting dalam unsur produksi vertikultur.

Ketiga, Untuk satu perangkat vertikultur model tong cat, setidaknya hanya membutuhkan ruang 1x 1 m untuk dapat menanam sayur dengan 10 lubang tanam.

Total biaya yang diperlukan dalam sebanyak Rp. 150.000. Sebanyak Rp. 57.000 biaya tersebut berupa rangka bahan  yang bisa dipakai dalam jangan panjang bertahun-tahun karena bahannya dari plastik menjadi biaya tetap (fixed cost).

Adapun biaya yang ditambahkan pada masa tertentu berupa media tanam dan benih yang akan ditambah pada 6 masa panen (3 bulan) untuk komoditi sayur jangka pendek seperti kangkung dan bayam sekitar Rp 93.000.

Untuk sayur-sayuran yang memiliki harga tinggi seperti cabe, dimana harga cabe semakin tinggi, hasil dari vertikultur dari rumah tangga sangat membantu menekan pengeluraan dari kenaikan harga cabe. Untuk cabe, setiap orang rata-rata mengkonsumsi cabe sebanyak 2 kg/per tahun (Badan Ketahanan Pangan, 2021). Potensi kebutuhan cabe tiap keluarga dengan 2 anak bisa mencapai 8 kg/per tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun