Dowora namanya. Ini adalah sebuah desa yang terletak di antara Pulau Bacan dan Pulau Halmahera di Provinsi Maluku Utara. Dowora secara admistratif masuk dalam Kecamatan Gane Barat Selatan Kabupaten Halmahera Selatan. Belum lama ini, saya dan tim relawan kemanusiaan singgah di desa yang terletak di pulau kecil ini.
Akibat gempa besar sebulan lalu, sebanyak 200 rumah rusak dan 400 KK mengungsi. Pengungsi gempa menempati daerah paling tinggi desa ini.
Di Kapal itu tentu saja tidak ada air tawar. Saya harus menimba air laut dari atas kapal untuk keperluan BAB saya di toilet kapal.
Saya kaget melihat warna air yang hitam. Ini air benar-benar tidak layak untuk dikonsumsi apalagi untuk minum. Sebersih dan sebagus-bagusnya air adalah air berwarna coklat namun tetap berbau. Tiga sumur yang ada di lembah desa Dowora ini tercemar air limbah pembuangan kegiatan rumah tangga.
Dari tangka air ini, air ini dijual ke masyarakat. Masyarakat membeli seharga Rp 20.000 untuk satu tong yang berisi sekitar 50 liter. Air ini biasanya habis dalam waktu sehari untuk satu keluarga.
Akhirnya pemerintah berinisiatif untuk memberikan fasilitas kapal pengangkut air bersih. Sayangnya kapal tersebut rusak, setelah beberapa tahun digunakan.
Beberapa opsi untuk menjawab krisis sir tersebut, pemerintah Halsel lebih cendrung membuat instalasi air bersih dengan menggunakan tehknologi menyulam air bersih.
Paskagempa kondisi masyarakat bertambah sulit. Dari hasil kesepakatan warga, kami menyampaikan sumbangan sebuah kendaraan pengangkut air (KAISAR).Â
Sumbangan ini berasaal dari para donator yang menitipkan lewat Lembaga kemanusiaan Indonesia Humanity Care (IHC), Dewan Masjid Indonenesia (DMI) dan Hilal Merah Indonesia (HILMI).