Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bangkit Lombok

31 Agustus 2018   18:05 Diperbarui: 31 Agustus 2018   18:06 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Azan subuh berkumandang. Kupenuhi panggilan-Mu. Kusungkurkan wajahku memohon ampun atas salah dan kesombonganku.

Kulayangkan pandanganku ke seberang sana. Bendera merah putih berkibar gagah dan tegak disokong kayu berbungkus bendera sebuah lembaga relawan.

Jauh pandanganku ke hamparan sawah yang masih menghitam di fajar ini. Di ujung sawah bukit nan indah berkabut mulai memancarkan cahaya. Di tengah sawah itu kutambatkan pandangan cukup lama. Ada gambaran segitiga dari kejauhan. Sebagian segitiga itu ada yang bersinar ada pula yang gelap. Segitiga-segitiga itu adalah kumpulan tenda-tenda pengungsian warga korban gempa. Ada seratusan orang yang bertahan hidup dalam dingin menusuk saat malam dan panas menyengat saat siang.

Apa kabar Lutfi? Balita yang setiap malam menangis dan merintih karena dingin dan badannya gatal-gatal?

Apa kabar Abil ? Anak korban gempa mulai tersenyum setelah lama sulit diajak bocara dan tatap matanya yang kosong.

Apa kabar anak-anak, ibu-ibu dan bapak-bapak yang tiap hari bermain, becanda, bercerita bersama kami. Sudahkah ada harapan cerah rumah mereka yang hancur akan berdiri kembali? Apakah trauma anak-anak bisa pulih kembali? Apakah yang sakit sudah sembuh?

Pertanyaan itu tak bisa kujawab. Pemandangan pengungsi itu sudah jauh dari diriku saat ini. Aku tak bersama mereka lagi. Tapi bayangan itu susah kulepas. Tenda segitiga itu menarik kembali memoriku saat menjadi relawan.

Tanggap darurat bencana sudah dicabut pemerintah di Lombok. Usaikah tugas relawan? Kusaksikan tal banyak berubah apa yang ada di Lombok. Puing-puing gempa masih banyak berserakan. Ratusan ribu warga harus rela tinggal di tenda-tenda pengungsian. Ya, pengungsian, yang tak pernah habis cerita tentang kekurangan air, makanan yang menipis, penyakit yang silih berganti berdatangan serta luka trauma yang belum pulih karena seribuan gempa.

Haruskah mereka akan begitu saja ditinggalkan? Tidak, ternyata tidak. Masih banyak relawan yang bertahan disana. Masa darurat yang dicabut bukan alasan para relawan cabut dari Lombok. Mereka banyak yang tetap bertahan. Mereka akan tetap membersamai korban bencana melewati masa sulit.

Sahabat, adakah diantara kalian yang ingin ikut atau kembali berjuang demi kemanusiaan? Mari bersama bantu Lombok Bangkit. Jangan diamkan jarimu, pikiranmu, uangmu dan waktumu tak tersangkut sama sekali untuk membantu Lombok Bangkit.

Salam Kemanusiaan.
Achmad Siddik Thoha - Relawan Relindo dari Sumut
HP. 0812-8530-7940

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun