Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

[Catatan Umrah 3] Cara Unik Orang Arab Menarik Pembeli

16 Februari 2018   10:27 Diperbarui: 16 Februari 2018   14:43 2023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang pemuda dan pembeli sedang transaksi jual beli di sebuah Toko Oleh-oleh di Kota Madinah (dok. pribadi 28/1/2018)

Arab Saudi. Negara ini meninggalkan kesan mendalam bagi yang pernah menjalani umrah dan ziarah Nabi SAW. Selain kesan mendalam tentang ibadah di Masjid Nabawi, ziarah di ke Makam Nabi Muhammad SAW dan sahabat utama Nabi lainnya serta ibadah Umrah di Makkah, Arab Saudi meninggalkan cerita unik dan mengesankan. Salah satu cerita yang tak terlupakan di Arab Saudi adalah cara pedagang orang di tanah Arab untuk menarik pembeli, khususnya jamaah dari Indonesia.

Beberapa cara unik pedagang di Arab Saudi menarik pembeli adalah sebagai berikut :

1. Memakai Bahasa Indonesia bahkan Bahasa Daerah

 "Lima puluh ribu satu kilo"
"Halal"
"Kacang Arab, Halal"
"Kismis, Halal"

Teriakan keras pria Arab dengan bahasa Indonesia sambil memegang uang Rp. 50 ribu ini berhasil menggugah pengunjung Masjid Quba Kota Madinah membeli dagangannya. Korban teriakan ini adalah emak-emak yang terprovokasi dengan tawaran menggiurkan ini. Dalam lima menit jualan pria berbadan gelap bertubuh tegap ini ludes.

Seorang Bapak masuk ke kios oleh-oleh yang berada di Gedung Hotel Shaza bertanya tentang harga kurma,

"Seratus Selawe Ribu," pedagang oleh-oleh ini menjawab

"Boleh kurang." tanya Bapak yang saya tahu berasal dari Madura

"Siji Kilo Seratus Ribu," jawab sang penjual yang merupakan orang lokal Madinah, berusia sekitar 30-an tahun.

Hahaha...Madinah rasa jawa.

 2. Menuliskan kata 'Murah' di Toko

Bila kita ke Jeddah sebelum masuk Bandara Jeddah, biasanya destinasi belanja yang ditawarkan oleh pihak travel adalah Pasar Balad. Ini adalah tempat favorit bagi jamaah dari Indonesia untuk berbelanja menghabiskan sisa-sisa uang Riyal atau mencari barang yang tertinggal belum sempat dibeli di Madinah atau di Makkah.

Pasar Balad dengan nama toko ditambah kata Murah (dok. pribadi 3/2/2018)
Pasar Balad dengan nama toko ditambah kata Murah (dok. pribadi 3/2/2018)
Memasuki Pasar Balad, kita akan melihat hampir seluruh toko menuliskan barang dagangannya dalam Bahasa Indonesia. Yang paling mencolok adalah sebagian besar toko menuliskan kata "MURAH" di belakang nama tokonya seperti Toko KHALED MURAH, SULTAN MURAH, ALI MURAH, dll. Tentu saja pedagang di dalam toko itu juga selalu meneriakkan kata-kata murah ketika orang Indonesia mulai mendekati barang dagangannya.

Strategi ini cukup unik dan memang terbukti semua toko di Pasar Balad ini ramai pengunjung. Mengenai harganya, saya pikir tidak murah-murah amat. Beberapa barang malah harganya lebih mahal dibandingkan dengan harga di Kota Madinah. Tapi kalau kita pandai menawar, barang-barang incaran kita bisa kita bawa pulang dengan harga yang lumayan murah.

Suasana lingkungan Pasar Balad Jeddah (dok. pribadi 3/2/2018)
Suasana lingkungan Pasar Balad Jeddah (dok. pribadi 3/2/2018)
3. Bersikap Sok Akrab

Mengakrabkan diri dengan calon pembeli merupakan teknik berdagang yang umum dipraktekkan di Arab Saudi, khususnya di Madinah. Salah satu teknik yang sering dipakai adalah bersalaman dengan orang yang dirasa tertarik. Saya beberapa kali disalami orang lokal Madinah sepulang dari Masjid Nabawi menuju hotel menginap.

Seorang anak muda penjual arloji menyalami saya usai memberikan ucapan salam. Saat tangan menempel langsung genggaman tangan penjual arloji ini menguat dan menyeret saya masuk ke tokonya. Mau tidak mau saya ikuti sebentar setelah akhirnya saya minta maaf tidak tertarik dengan arloji yang dijualnya.

Saya juga melihat anak muda penjual arloji, penjual parfum, penjual makanan dan pedagang barang lain menyalami orang yang lewat dan membawanya masuk ke tokonya. Cara sok akrab ini kadang berhasil 'menjerumuskan' orang untuk akhirnya tertarik berbelanja di toko pedagang yang menyalami ini.

Seorang pemuda dan pembeli sedang transaksi jual beli di sebuah Toko Oleh-oleh di Kota Madinah (dok. pribadi 28/1/2018)
Seorang pemuda dan pembeli sedang transaksi jual beli di sebuah Toko Oleh-oleh di Kota Madinah (dok. pribadi 28/1/2018)
Selain bersalaman, ada acara sok akrab lainnya yang agak nekad, yaitu merangkul lalu menggiring ke dalam toko pedagang. Cara ini tentu saja dilakukan ke sesama laki-laki. Dengan sapaan ramah, pedagang menyapa calon pembeli yang melintas di depan tokonya, lalu memegang pundak lalu mengajaknya masuk untuk melihat-lihat dagangannya.

"Mari lihat-lihat dulu," demikian salah satu kata yang sering saya dengar dari pedagang toko oleh-oleh di dekat Masjid Nabawi Kota Madinah.

Teknik sok akrab lainnya adalah memanggil dengan panggilan calon pembeli dengan panggilan yang akrab di telinga masyarakat Indonesia, seperti berikut:

"Apa kabar Bro."

"Assalamu'aiakum, Mas Bro,"

"Hai Bro."

Setelah ucapan itu tentu saja teknik sok akrab lainnya seperti bersalaman dan merangkul dipakai untuk mengajak masuk calon pembeli ke dalam toko sang penjual kreatif ini.

Hasilnya bagaimana? Tentu saja, cara jemput bola, aktif, kreatif dan unik ini lebih berpeluang mendapatkan pembeli yang banyak daripada si pemilik toko hanya berdiam diri di dalam lapaknya.

4. Menggunakan Mata Uang Rupiah dalam Menetapkan harga barang.

Anda kehabisan uang Riyal tetapi masih ingin berbelanja di Arab Saudi? Tidak usah khawatir. Di sini mata uang Rupiah adalah mata uang kedua setelah Riyal. Semua harga bisa dirupiahkan dengan mudah dan cepat oleh pedagang di sini. Bahkan, beberapa pedagang ada yang langsung menyebutkan rupiah saja untuk harga sebuah barang.

"Lima puluh ribu satu kilo"

"Seratus dua puluh ribu, satu,"

"Seratus ribu satu,"

Itulah yang saya dengar dari beberapa pedagang di Makkah dan Madinah. Bahkan mereka sengaja memperlihatkan lembaran lima puluh ribuan dan serratus ribuan ditangannya untuk meyakinkan calon pembeli bahwa barangnya bisa dibayar dengan uang rupiah.

Sebagian besar belanjaan saya lebih banyak dibeli memakai uang Rupiah. Misalnya saya membeli sekilo kismis dan sekilo kacang arab seharga masing-masing Rp. 50 ribu di lingkungan Masjid Quba Madinah. Saya juga membeli sajadah, mushaf Quran, coklat, dan mainan anak-anak dengan mata uang rupiah. 

Harga Riyal yang tertera di barang masing-masing dengan cepat mereka konversi ke mata uang Rupiah. Untuk kembalian bagaimana? Jangan khawatir, mereka punya uang kembalian uang Rupiah, kalau tidak ada kita diberikan kembalian uang Riyal. Belanja pakai uang Rupiah malah dapat kembalian uang Riyal. Unik.

5. Mempersilahkan mencicipi seluruh dagangan

"Silahkan ambil, Halal,"

"Satu Halal, Dua Halal,"

Kalimat diatas hampir pasti muncul bila kita masuk ke toko atau kios yang menjual makanan untuk oleh-oleh seperti beragam kurma, coklat, kismis, kacang dan lain-lain. Orang yang mencicipi tak harus membeli. Pedagang membebaskan pedagang mencicipi. Ingat lho, jangan banyak-banyak mengambilnya. Namanya mencicipi ya cukup satu buah atau dua buah saja. Kalau mencicipi dalam jumlah banyak itu namanya lapar, hehehe.

Pembeli di Kebun Kurma Madinah mencicipi kurma Ajwa sebelum membeli (dok. pribadi 29/1/2018)
Pembeli di Kebun Kurma Madinah mencicipi kurma Ajwa sebelum membeli (dok. pribadi 29/1/2018)
Teknik ini mampu menarik calon pembeli untuk memutuskan barang yang dicicipinya untuk dibeli. Biasanya setelah membeli kita akan dikasih lagi oleh si pedagang beberapa buah barang seperti beberapa buah kurma atau coklat sebagai bonus sambil mengatakan,

"Halal...halal."

Artinya si pedagang memberi tambahan atau bonus karena kita sudah membeli barangnya.

6. Menyelipkan guyonan

"Anda istri berapa?"

Saya tersenyum dengan pertanyaan dari seorang pemuda penjual toko barang mainan di Madinah ini.

"Saya sudah dua. Empat masih boleh. Kalau satu nanti marah-marah. Dua ribut. Tiga tidak damai. Empat baru enak." Celoteh pemuda Arab ini.

Saya tak sepenuhnya paham apa makna guyonan ini. Memang di Arab punya istri lebih dari satu adalah hal yang umum. Ini saya anggap guyonan untuk mengakrabkan kami. Ternyata usai guyonan itu, pedagang berparas ganteng itu lalu berbisik kepada saya.

"Ini mantap buat istri. Hajar Jahanam,"

Saya dan Agus, teman saya dari Medan yang mendampingi saya belanja tertawa. Teryata legenda Hajar Jahanam, Si obat kuat dari Arab ini, tanpa saya cari ada yang menawarkan. Saya melihat sebuah benda hitam mirip batu yang diperlihatkan agak sembunyi-sembunyi pada kami. 

Kabarnya Hajar Jahanam ini sejenis batu, namun ada yang menyebutnya ramuan tradisional dari getah kayu yang berkhasiat untuk menambah kejantanan pria. Hajar Jahanam ini banyak dicari oleh pembeli khususnya dari Indonesia. Wajar, saat kami belanja, si pemuda ini sudah ancang-nacang menawarkan barang yang melegenda ini.

"Oleskan saja, dua menit lalu bangun." Kata pemuda penjual barang mainan ini sambil tersenyum dalam Bahasa Indonesia yang cukup fasih.

"Lain kali saja, Bro. Ok, bro, syukron."

Kami berlalu sambil tertawa-tawa selama perjalanan. Sungguh unik dan menarik berbelanja di Arab Saudi. Suasana interaksi dengan pedagang di negeri tempat dua kota suci ini bisa menyegarkan pikiran seiring padatnya jadwal umrah.

Banyak inspirasi dari interaksi dengan pedagang di Arab Saudi. Setidaknya pesan yang bisa saya ambi adalah: buatlah cara unik, menarik dan akrab dengan calon pembeli, agar dagangan Anda laku terjual.

Buatlah seolah pedagang berhadapan dengan orang yang dekat dengan mereka meskipun mereka berada jauh dari kampung halamannya. Memakai Bahasa daerah, menerima mata uang yang dipakai di tempat asalnya, memakai istilah yang ramah di telinga pembeli, memberi bonus, bebas mencicipi serta bersikap ramah dan jenaka, membuat dagangan di khususnya di Kota Suci ini tak pernah sepi dari pembeli.

Menjual sesuatu tak cukup barang yang bernilai, tapi juga cara menjual yang menarik dan unik. Itu inspirasi penting yang saya peroleh selama perjalanan selama umrah, di Dua Kota Suci Makkah dan Madinah serta di Jeddah.

Salam Hangat dari Medan.

Achmad Siddik Thoha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun