Tidak terasa sudah tujuh tahun lebih menulis di Kompasiana. Banyak kenangan tersisa selama mengisi blog keroyokan terkemuka milik Indonesia ini. Awalnya saya menaruh tulisan di Kompasiana untuk membantu mengarsip ide dan jejak perjalanan hidup saya. Saya memang punya blog pribadi, tapi saya piker Kompasiana lebih hidup karena pemilik akun blog kompasiana (kompasianers) sangat banyak jumlahnya yang membuat tulisan saya tidak akan diabaikan siapapun, meski hanya puluhan yang membaca.
Waktu terus berjalan, banyak kenangan indah tersaji selama menulis di Kompasiana. Dari hanya share pengetahuan tentang lingkungan hidup sampai akhirnya saya banyak menulis tentang kearifan orang-orang kecil yang bisa diambil hikmahnya untuk bekal hidup. Bahkan dengan tulisan yang berbobot hikmah ini membawa saya pada pengalaman hidup yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Saya bisa lebih mudah menbantu sesama lewat tulisan.
Bila dituliskan, bisa berjam-jam bahkan berhari-hari saya menuliskan semua kenangan bersama Kompasiana (Yaelah lebay...). Saya ingat yang penting-penting aja deh, biar ringkas. Soalnya katanya gak boleh lebih 1500 kata.
Ada beberapa kenangan indah yang tak boleh aya lupakan, karenanya wajib saya tuliskan lagi (meski dah mau deadline). Simak kuuuy.
Menemukan Dunia Kerelawanan Setelah Menulis di Kompasiana
Saya sering menulis tentang kisah menjadi relawan di beberapa tempat bencana sebelum bergabung di komunitas relawan kemanusiaan. Setelah banyak menulus kisah inspirasi dan hikmah yang diperoleh dari tempat bencana, saya diminta untuk bergabung dan aktif di lembaga non-pemerintah di bidang kerelawanan. Seperti tanaman tandus yang mendapatkan hujan, saya makin "subur" menuliskan kisah-kisah yang muncul dari tempat bencana. Bahkan kisah-kisah itu menjadi modal untuk menggalang dana dan menggerakkan kepedulian buat sausara kita yang sedang tertimpa musibah.
Nih simak contoh tulisan terkait dibawah ini:
Tim SAR dan Dua Gadis Cantik Pemeluk Boneka
Menggerakkan Aksi Kemanusiaan Melalui Kompasiana
Setelah mulai aktif berkeliling berbagai tempat di Nusantara usai bergabung dengan lembaga lembaga kemanusiaan, saya makin semangat menulis. Pilihan saya tetap di Kompasina karena kompasiana sangat dengan isu kemanusiaan. Buktinya tulisan saya hmapir selalu ditempatkan di Headline atau minimal di ruang Highlight. Dengan begitu, tulisan saya bisa menarik perhatian pembaca dan liputan yang saya buat bisa menambah informasi dan kepedulian. Dengan banyaknya liputan saya yang tersebar ke berbagai tempat banyak warga peduli dan tergerak menoliong sesame. Tidak hanya menolong korban bencana, saya banyak menulis kisah tentang Nenek yang hdup sebatangkara di rumah yang mirip kandang. Saya juga menulis untuk membantu seorang wanita dari kalangan dhuafa yang terserang penyakit tumor ganas di wajahnya. Saya juga pernah menulis kisah tentang Kakek Tua pengayuh sepeda yang sepedanya sudah sangat tua. Lewat tulisan di Kompasiana, orang-orang yang saya tuliskan kisahnya itu mendapat bantuan dari banyak pihak dan mendapatkan perubahan hidup. Alhamdulillah.
Nih simak contoh tulisan terkait dibawah ini:
Penderita Tumor Ganas yang Tak Ingin Berpisah dengan Alquran
Belajar Kehidupan dari Tukang Becak Naik Haji
Mengkritik Kerusakan Lingkungan Lewat Kompasiana
Saya juga banyak menyimpan ide, gagasan dan kritik tentang pelesatrian alam. Sebagai dosen yang mengajar ilmu-ilmu kehutanan, saya merasa perlu menuliskan pemikiran saya tentang kondisi alam dan lingkungan sekitar kita. Dari tulisan yang dimuat di Kompasiana, Alhamdulillah tulisan aya banyak dirujuk oleh mahasiswa, wartawa maupun kalangan umum. Dari tulisan tentang pohon, kebakaran hutan, banjir, air, energi dan isu lingkungan lain, saya banyak dikontak berbagai pihak untuk mengisi acara dan tulisan di media. Alhamdulillah. Yang paling berkesan, tulisan-tulisan saya menyikpai peristiwa bencana kabut asap di Indonesia tahun 2015 mendapat perhatian media, Kompas TV. Saya dua kali tampil di Kompasiana TV menjadi salah satu narasumber online bersama pakar dan pihak berwenang terkait penanggulangan bencana kabut asap.
Nih simak contoh tulisan terkait dibawah ini:
Menunggu Komando Presiden Mengakhiri Bencana Kemanusiaan Kabut Asap
Inspirasi dari Pahlawan Melawan Asap
Menggalang Dana Lewat Kompasiana
Ini kenangan manis saya bersama Kompasiana yang menyemangati saya terus menulis. Menulis di Kompasiana saya mendapatkan sebuah kebiasaan yang membawa hal positif. Sebuah tulisan bisa memiliki kekuatan menggugah kepedulian seseorang yang membacanya. Seiring banyak tulisan yang saya buat, saya menemukan gaya menulis yang bisa membantu sesama dengan tulisan tipe storytelling. Kekuatan stotrytelling ternyata bisa memaksimalkan penggalangan dana yang dibuat saya dan komunitas saya untuk membantu sesama. Saya juga memberi pelatihan membuat storytelling buat mahasiswa yang digunakan untuk menggalang dana membantu saudaranya yang butuh bantuan. Alhamdulillah. Kisah-kisah saya dan teman-teman di lokasi bencana yang saya muat di Kompasiana juga mampu menambah kekuatan dalam menggalang dana tidak hanya di komunitas lain tapi juga digunakan lembaga lain.
Beberapa tulisan tentang menggalang dana dengan menulis di kompasiana bisa di klik dibawah ini.
Lewat Liputan Kompasiana Bantuan Mulau Mengalir untuk Korban Banjir Riau
Bulan Ramadan, Bulan Menggalang Donasi untuk Kebaikan
Menemukan Orang-orang inspiratif di Kompasiana
Saya banyak belajar tentang menulis dan memperbaiki tulisan saya dengan teman-teman Kompasianers. Saya mengenal banyak tipe penulis serta karakter tulisannya di Kompasiana. Kompasianers banyak yang tidak hanya menjadi penulis, tapi juga pelaku dalam tulisan-tulisannya. Beberapa tulisan inspiratif ditulis oleh orang memang inspiratif. Mereka menuliskan orang lain tapi sesunguhnya kekuatan tulisannya ada pada kekuatan inspirasi yang muncul dari penulisnya. Disinilah, di Kompasiana saya menemukan banyak penulis yang menginspirasi banyak orang termasuk diri saya sendiri. Saya tidak bisa menyebutkan satu persatu Kompasianers yang inspiratif saking banyaknya. Sebagian mereka, Kompasianers inspiratif ini kini menjadi teman baik saya di dunia nyata. Dari dunia maya mereka menyebar inspirai kemudian di dunia nyata saya dan dia kini berkolaborasi dalam kegiatan kemanusiaan. Alhamdulillah.
Banyak kenangan manis bersama Kompasiana yang menghantar tulisan saya khususnya membawa pada kebaikan. Semoga Kompasiana makin berkibar dan banyak memberikan kebaikan buat bangsa dan negara ini.
Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H