Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Penderita Tumor Ganas yang Tak Ingin Berpisah dengan Alquran

10 Agustus 2016   13:37 Diperbarui: 10 Agustus 2016   22:41 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi Bu Nining saat kunjungan pertama 25 Juli 2016 (dok Popie 25 Juli 2016)

Keadaan Bu Nining sekarang sangat memprihatinkan. Beliau sudah kesulitan dalam bergerak, badannya panas dan tidak bisa makan minum dengan normal. Untuk makan dan minum agar bisa masuk ke mulut, Bu Nining  memerlukan alat bantu. Saat menerima saya dan istri saya berkunjung, beliau harus dipapah berjalan. 

Bu Nining tidak bisa makan dan minum secara normal karena sudah tidak memiliki langit langit mulut dan gigi atas. Dengan kondisi yang lemah karena kurang asupan makanan dan obat yang sudah habis, keluarga bu Nining ingin segera kontrol ke Rumah sakit. Apa daya secara teknis biaya untuk kontrol dan biaya agar tetap survive(bertahan hidup) dalam kondisi badan yang fit tidak bisa di-coverdengan kondisi keluarga yang pas-pasan secara ekonomi.

Kondisi Bu Nining saat kunjungan pertama 25 Juli 2016 (dok Popie 25 Juli 2016)
Kondisi Bu Nining saat kunjungan pertama 25 Juli 2016 (dok Popie 25 Juli 2016)
Selama ini Bu Nining dikenal sebagai warga yang baik. Beliau rajin datang ke acara perwiritan Ibu-ibu (semacam pengajian) di daerah Gedung Johor Medan Johor Kota Medan. Menurut Bu Idar, Ketua Perwiritan Ibu-ibu di wilayah Lingkungan V Gedung Johor, Bu Nining rajin ikut agenda pengajian Ibu-ibu. Bu Idar juga sudah beberapa kali mengumpulkan sumbangan untuk biaya perawatan Bu Nining, tapi jumlahnya ala kadarnya saja. Bu Idar sendiri dulu pernah menjadi tetangga baik saya ketika saya tinggal di daerah Medan Johor 8 tahun lalu.

“Saya berdoa pada Allah. Shalat tahajjud sudah. Shalat hajat sudah. Kalau ini takdir Allah saya ikhlas. Tapi saya masih berharap mata saya tidak sampai hilang (rusak), karena masih ingin membaca Alquran.” Kata Bu Nining dengan suara bergetar.

Kembali saya tercenung. Kesabaran Bu Nining membuat saya kagum. Dalam sakitnya, Beliau memilih dekat pada Allah. Dalam sakitnya yang diingatnya adalah Alquran.

Saya seperti tertampar. Saya merasa dalam kondisi sehat, tak banyak ibadah yang bisa saya andalkan. Dalam kondisi cukup, tak banyak lembar Alquran yang saya buka. Dalam kondisi masih serba mudah beraktivitas, seringkali melewatkan malam-malam syahdu tidak bermesra dengan-Nya.

Terima kasih Bu Nining. Hari itu, saya mendapat semangat baru untuk lebih bersyukur dan semakin dekat dengan Allah. Ibu sudah membantu saya menemukan semangat baru dan saya akan membantu Ibu agar pengobatan penyakit Ibu bisa tuntas.

Semoga niat saya membantu Bu Nining diberi jalan kemudahan oleh Allah.

Salam kemanusiaan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun