Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Terbang dengan Lion Air Bersama Pramugara Ganteng Penghapal Al-Qur'an

16 Maret 2016   17:08 Diperbarui: 17 Maret 2016   09:55 3451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi: bisniskeuangan.kompas.com"][/caption]Rasa letih masih menusuk-nusuk badan setelah 2 hari non-stop perjalan Subang-Bandung-Bogor untuk acara keluarga dan penyaluran bantuan kemanusiaan bagi korban banjir Bandung. Tiga puluh menit baru bergerak dari batas Hari Senin menuju Selasa. Saya sudah bangun dan segera berkemas menuju Pool Damri di Baranangsiang Bogor. Saya ada agenda penting ke Medan membersamai istri saya.

Awalnya saya kurang sreg dengan jadwal sangat pagi. Take off pukul 05.00, dengan Lion Air pula. Padahal saya sudah memesan tiket untuk jadwal pukul 06.00 dari Cengkareng ke Kuala Namu. Malam hari, ada pemberitahuan dari Lion Air bahwa jadwal kami (saya dan istri) dimajukan. Istirahat malam pun jadi terasa sangat singkat karena pukul 01.00 sudah harus bersiap.

Namanya juga Lion Air. bisik saya dalam hati. Saya harus memaklumi.

Terbang bersama Lion Air sering meninggalkan kesan yang tidak mengenakkan. Tapi perubahan jadwal itu ternyata mengubah kesan saya yang selama ini kurang nyaman terbang dengan pesawat Lion Air. Pagi itu kami terbang dengan Lion Air ke Kuala Namu Medan dengan kode JT210. Jadwal jam 05.00 pagi sebenarnya saya anggap bonus karena biasanya telat. Namun kali ini jadwal boarding pesawat justru lebih cepat 15 menit dari yang dicantumkan di tiket.

Selain jadwal yang agak pas, saya dapat pesawat Air Bus 330 dengan space yang lebih lega buat duduk dan bergerak. Kesan telat dan kurang nyaman dengan Lion Air mulai berkurang dan saya bisa duduk sambal tersenyum di dalam pesawat jumbo ini.

[caption caption="Gilang, pramugara Lion Air yang menghapalkan Alquran di sela-sela tugasnya (dok. pribadi 15/3/2016)"]

gilang-lionair2-56e92faca3afbdaf172357ba-56e9938d6d7a61711c2ad955.jpg
gilang-lionair2-56e92faca3afbdaf172357ba-56e9938d6d7a61711c2ad955.jpg
[/caption]Kegembiraan saya bersama Lion Air sebenarnya bukan pada pesawat yang lebih enak dan jadwal yang agak on time, tapi pada sosok salah seorang pramugara yang duduk di kursi kru dekat pintu darurat di baris 37 ABC. Saya memperhatikan sang pramugara ganteng mengisi waktu penerbangan dengan membuka buku kecil yang saya hafal betul itu adalah buku Juz Amma (juz 30 Alquran). Ini momen sangat jarang menemukan lain yang berkesan di maskapai yang selalu disorot karena pelayanannya yang sering mendapat keluhan penumpangnya.

Saya abadikan momen pramugara yang berkomat-kamit sedikit sambal menyimak buku kecil Juz Amma. Sesekali saya lihat pramugara itu mengantuk sampai mengangguk-angguk tetapi tetap melanjutkan hapalannya. Saya jadi terinspirasi untuk ikut juga membuka mushaf Alquran yang ada di HP saya. Saya kemudian sejenak tenggelam dalam tilawah menjelang pesawat mendarat.

[caption caption="Gilang, pramugara Lion Air yang menghapalkan Alquran disela-sela tugasnya (dok. pribadi 15/3/2016)"]

[/caption]Saat saya bersiap turun pesawat, saya dekati lelaki pramugara itu. Saya penasaran dengan dia. Saya terlanjur kagum pada pramugara yang beda dengan yang lainnya.

"Mas, tadi lagi ngapal ya?" Tanya saya
 Dengan wajah kaget lelaki itu menjawab.
 "Ngapal apa, Pak?"
 "Tadi ngapal Alquran, kan?"
 Dengan tersenyum lebar pramugara itu menjawab.
 " Iya.."
 "Siapa namanya, Mas?"
 "GILANG, Pak."
 "OK, sampai ketemu Mas Gilang."

Alhamdulillah, dugaan saya benar. Pramugara itu sedang mengahapal Alquran. Ada pramugara penghapal Alquran di pesawat yang saya tumpangi. Ini mengagumkan. Di sela rasa lelah saya yang masih menusuk seluruh persendian, saya menemukan energi baru untuk melanjutkan tugas saya hari ini. Energi spiritual baru itu datang dari seorang pramugara Lion Air bernama Gilang.

Semoga Mas Gilang istiqomah menghafal dan mendapat dukungan penuh dari manajemen Lion Air. Semoga suatu saat dari menghafal juz 30 saat ini, Mas Gilang bisa jadi hafizh 30 juz.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun