3. Banjir Kota Bogor Warga Butuh Bantuan Perbaikan Tanggul dan Rumah
4. Para Relawan yang Bersahabat dengan Sampah
Dari tiga kali survei, rapid assessment dan aksi kemanusiaan yang penulis lakukan bersama dengan tim relawan di Kota Bogor, beberapa hal yang membuat Bogor kita sering dilanda banjir dalam 4 bulan terakhir ini antara lain:
1. Berubahnya daerah tangkapan air menjadi permukiman
Daerah tangkapan air ini banyak tersebar di daerah-daerah cekungan yang dulunya berupa rawa. Saat ini daerah tangkapan ini biasanya difungsikan sebagai kolam, baik kolam ikan, kolam pancing maupun sebagai kolam tangkapan air. Sawah-sawah yang merupakan areal yang banyak menampung air juga memiliki fungsi sebagai daerah tangkapan air yang kini luasnya semakin berkurang. Beberapa daerah tangkapan air ini banyak yang “diurug” untuk dibangun permukiman atau tempat bisnis. Banjir di Bogor Barat khususnya di Kelurahan Situgede membuktikan bahwa konversi daerah tangkapan air menjadi areal terbangun (permukiman, ruko dan industri) mengakibatkan banjir khususnya pada Minggu kemarin (28/2/2016).
[caption caption="Banjir di Rawa Jaha Kelurahan Situgede Bogor Barat (dok pribadi 28/2/2016)"]
2. Padatnya bantaran sungai dengan permukiman
Ini fenomena umum di perkotaan di Indonesia, termasuk di Kota Bogor. Seluruh bantaran Sungai di Kota Bogor hampir tak menyisakan jalur hijau yang seharusnya ada. Jangankan bantaran sungai, banyak bangunan di Kota Bogor malah menjorok ke sungai membuat lebar sungai makin berkurang. Akibatnya saat curah hujan sangat tinggi, aliran sungai menghantam sisi bangunan yang ada di bantaran sungai. Dampaknya banjir yang melanda kawasan Bogor Utara November 2015 lalu banyak menghancurkan bangunan yang ada di bantaran Sungai Cibuluh dan membuat air meluap ke permukiman warga.
3. Menumpuknya sampah di Sungai dan saluran drainase
Menurut data Rencana Pembangunan Jangaka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bogor Tahun 2015-2019 terdapat 29.80 % sampah yang tidak terangkut ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) di mana sebagian besar dibuang ke sungai oleh warga. Penulis mendapati fenomena ini dengan sangat gamblang seperti di Bendali Kelurahan Cibadak, Danau SItugede dan Sungai Cibuluh. Sampah-sampah ini membuat aliran air terhambat sehingga sungai dan saluran drainase mudah meluap. Warga justru sangat menyadari bahwa banjir itu salah satunya disebabkan oleh perilaku mereka yang membuang sampah. Sampah dibuang di belakang rumah warga di Kelurahan A, tapi yang merasakan banjir Kelurahan B. Seorang warga Cibuluh pernah mengungkapkan sebuah pernyataan pada penulis saat terjadi banjir pada pertengahan November 2015 :
“Kami merasa, dulu-dulu kami membuang sampah ke Sungai, sekarang sampah itu balik lagi ke rumah kami.”