Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Anak Muda yang Selalu ‘Gelisah’ ini Menembus Banjir Riau Sendirian

18 Februari 2016   12:12 Diperbarui: 18 Februari 2016   14:17 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Thio, relawan muda dari Riau menembus banjir Pelalawan (dok. Thio 17/12/2016)"][/caption]“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al Ankabut Ayat 69)

Thio, begitu saya memanggil anak muda usia 24 tahun asal Kuantan Singingi (Kuansing) Provinsi Riau ini. Nama lengkapnya Adi Thio Nugraha. Saya cukup lama bergaul dengan Thio selama di Bogor. Orangnya tidak mau ‘diam’ dan selalu ‘gelisah’ khususnya bila muncul kabar bencana di suatu tempat. Tidak mau ‘diam’ karena selalu bergerak aktif saat ada bencana di tempat terdekat atau di tempat lain. Selalu “gelisah” kalau dia hanya diam saja tidak melakukan apa pun untuk membantu saudaranya yang tertimpa bencana.

Saya mengenalnya dan beberapa kali bersama Thio terjun ke lokasi bencana. Thio aktif menggerakkan relawan  melalui Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan dan Uniersitas Ibnu Khaldun (UIKA) di Kota Bogor semasa dia kuliah dulu. Angin puting beliung di Ciomas Bogor, Banjir di Jakarta dan Longsor Sukabumi ada jejak Thio disana. Setelah Thio lulus kuliah, dia pulang kampung ke Teluk Kuantan Kuansing Riau.

Berada di kampung yang jauh dari hiruk-pikuk metropolitan, tak membuat Thio berubah menjadi ‘diam’ dan ‘tenang’. Saat bencana kabut asap menyelimuti Riau tahun 2015, Thio juga kembali tidak bisa ‘diam’ dan ‘gelisah’. Beberapa kali dia melakukan aksi sendiri di Kuansing dengan dana seadanya membagikan masker kepada tetangga dan masyarakat kampung. Hingga akhirnya tim Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan mensuplai bantuan dan tim medis ke Riau untuk membantu Thio menolong sesama.

Habis kabut asap terbitlah banjir. Akhir tahun 2015 hingga saat ini beberapa wilayah di Riau dilanda banjr. Awal Februari lalu beberapa kabar banjir mulai dilaporkan oleh Thio ke saya, termasuk di Kuansing. Saya mendapat kabar terakhir bahwa banjir menerjang Kuansing, Rokan Hulu, Kampar dan Pelalawan. Saya yakin Thio pasti mulai gelisah dan tidak tahan untuk terus diam.

Betul dugaan saya, Thio sudah bergerak mengumpulkan data dan survei ke daerah terdekat. Tapi Thio tak sanggup menembus daerah yang jauh dari kampungnya untuk melakukan assessment cepat agar tahu persis kondisi dan kebutuhan yang mendesak untuk korban banjir. Thio ingin sekali ke Pelalawan, karena sampai kemarin (17/2/2016) banjir juga belum surut. Tapi Ia tidak sanggup membiayai sendiri.

Alhamdulillah, ada donatur yang menitipkan dananya ke saya untuk bantuan korban banjir. Saya titipkan ke Thio agar digunakan untuk assessment guna memastikan kebutuhan warga korban banjir dan jalur masuk bantuan berikutnya. Thio sangat senang. Tekadnya sangat kuat membantu sesama. Ia bahkan sampai minta izin ke tempat kerjanya, sebuah kantor notaris di Teluk Kuantan, agar bisa meninjau dan melakukan assessment ke lokasi banjir di Pelalawan.

Rabu (17/2/2016), usai shalat Shubuh, Thio dengan berat hati meninggalkan ibundanya sendirian di rumahnya (Kuansing) untuk berangkat ke Pelalawan. Dengan naik mobil travel, ia meluncur menuju Pekanbaru. Sampai ke Pekanbaru Thio memnyambung angkutan lagi untuk ke Pelalawan. Sampai Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan Thio dipandu oleh warga lokal menuju lokasi banjir di Desa Rantau Baru Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan.

Hari sudah semakin sore. Thio dengan sabar menunggu orang lokal yang akan mengantarnya ke lokasi banjir. Akhiirnya pukul 16.00 Thio bisa memulai kegiatan sebagai relawan penanggulangan bencana untuk melakukan rapid assessment.

Akses menuju lokasi banjir di Desa Rantau Baru hanya bisa dilalui oleh perahu. Thio harus menyewa perahu menembus genangan banjir yang rata-rata setinggi satu meter.  Gerbang desa yang terbuat dari beton nampak terendam.  Rumah-rumah panggung warga yang terbuat dari kayu juga terendam dan air sampai masuk ke dalam rumah.  Hamparan air bak lautan terlihat dari foto-foto yang diambil oleh Thio di lapangan. Thio juga menggali informasi dari masyarakat setempat terkait kerugian, penyebab banjir, waktu banjir dan kebutuhan warga.

“Bagaimana perjalannyanya, Thio, seru kan? Apakah sudah ada layanan kesehatan disana?” tanya saya melalui pesan singkat SMS.

“Subhanallah Pak…Belum ada, Pak. Padahal sudah 2 minggu terendam banjir, bahkan sudah sejak 17 Desember 2015, Pak. Sampai saat ini sudah 4 kali pasang surut. Banjir saat ini yang paling lama dan terparah. Akses ke Desa Rantau Baru Kecamatan Pangkalan Kerinci hanya bisa dengan perahu Pak. Sembako, air bersih untuk minum dan layanan kesehatan masih sudah didapat Pak. Kondisi masyarakat sudah banyak yang merasakan meriang, diare dank utu air. Itu sebagian informasi dari Sekretaris Desa, Pak Rudi Hartono, Pak.”

Demikian laporan Thio, pemuda berdarah Minang, yang saya terima dari SMS. Thio memakai HP nya seefisien  mungkin karena keterbatasan sinyal dan untuk menghemat baterai.

[caption caption="Perjalanan Thio menembus banjir Pelalawan 17/2/2016 (dok Thio, compiled by Siddik 18/2/2016)"]

[/caption]

Banjir di Desa Rantau Baru, Pelalawan menurut hasil wawancara dengan warga dan aparat desa adalah akibat luapan dari Sungai Kampar karena dibukanya 5 pintu air sekaligus di PLTA Koto Panjang. Banjir sangat lama surut karena Desa Rantau Baru berada di kawasan yang datar dan berawa.

“Alhamdulillah, mission completed, Pak. Thio sudah keluar lokasi. Sekarang sudah di jalan menuju Pekanbaru. Nanti dari Pekanbaru lanjut naik travel lagi ke Teluk Kuantan. Foto-foto dan laporan nanti Thio kirim setelah sampai di rumah ya.”

Itu SMS terakhir yang saya terima dari Thio pada pukul 19.01 WIB (17/2/2016). Kabarnya Thio sampai di rumahnya di Kuansing pukul 01.25 WIB.

Salut buat anak muda yang peduli sesama, aktif dan selalu ‘gelisah’ seperti Thio. Dibutuhkan banyak lagi anak muda seperti Thio agar generasi muda Indonesia bisa berkontribusi besar bagi kegiatan kemanusiaan. Semoga beberapa hari ke depan bantuan bisa segera berdatangan ke Desa Rantau Baru.  

Saat saya posting foto Thio menembus banjir, mulailah para donatur menghunbungi saya untuk menyalurkan bantuan ke lokasi banjir. Subhanallah.

Perjalanan anak muda yang sendirian menembus banjir demi menolong sesama adalah obat penyemangat bagi saya sendiri. Akan ada dimana pun anak muda yang masih memelihara idealisme dan semangat menolong sesama.

Bahwa tekad menolong sesama takkan bisa dihambat oleh keterbatasan uang, waktu dan faslititas. Bila kita sudah bertekad kuat, serahkan jalannya pada Allah, maka Allah akan membukakan jalan bagi kita untuk bisa menolong sesama.

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al Ankabut Ayat 69)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun