Untuk aplikasi awal diperlukan biaya untuk membangun pembangkit (digester) biogas yang relatif besar bagi penduduk pedesaan. Namun sekali berdiri, alat tersebut dapat dipergunakan dan menghasilkan biogas selama bertahun-tahun. Untuk ukuran 8 meter kubik tipe kubah alat ini, cocok bagi petani yang memiliki 3 ekor sapi atau 8 ekor kambing atau 100 ekor ayam di samping juga mempunyai sumber air yang cukup dan limbah tanaman sebagai pelengkap biomassa. Setiap unit yang diisi sebanyak 80 kilogram kotoran sapi yang dicampur 80 liter air dan potongan limbah lainnya dapat menghasilkan 1 meter kubik biogas yang dapat dipergunakan untuk memasak dan penerangan. Biogas cocok dikembangkan di daerah-daerah yang memiliki biomassa berlimpah, terutama di sentra-sentra produksi padi dan ternak di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, dan lain-lain.
Pembangkit biogas juga cocok dibangun untuk peternakan sapi perah atau peternakan ayam dengan mendesain pengaliran tinja ternak ke dalam digester. Kompleks perumahan juga dapat dirancang untuk menyalurkan tinja ke tempat pengolahan biogas bersama. Negara-negara maju banyak yang menerapkan sistem ini sebagai bagian usaha untuk daur ulang dan mengurangi polusi dan biaya pengelolaan limbah. Jadi dapat disimpulkan bahwa biogas mempunyai berbagai manfaat, yaitu menghasilkan gas, ikut menjaga kelestarian lingkungan, mengurangi polusi dan meningkatkan kebersihan dan kesehatan, serta penghasil pupuk organik yang bermutu. (Sumber disini)
[caption caption="Instalasi Biogas (sumber https://assets.kompas.com/data/photo/2008/05/16/075631p.jpg)"]
Langkah Menuju Kemandirian Energi Berbasis Masyarakat
Manfaat dan prospek energi terbarukan dari air dan limbah pertanian seperti diuraikan di atas sangat besar seperti diuraikan di atas. Prospek yang besar ini membutuhkan perhatian serius agar pengembangan energi alternative berbasis masyarakat bisa terwujud. Untuk mewujudkan pengembangan energi alternative berbasis masyarakat khususnya dari air dan limbah pertanian, maka diperlukan beberapa langkah berikut :
- Penerapan kebijakan yang ketat tentang pengelolaan yang lestari dari kawasan resapan air dan daerah tangkapan air yang berpotensi besar untuk pengembangan PLTMH. Air terjun, aliran sungai yang menjadi sumber penggerak PLTMH beserta ekosistemnya dilindungi dan dimanfaatkan dengan produktif dengan memperhatikan prinsip-prinsip kelestariannya.
- Sinergi yang kuat antar lembaga yang berwenang mengelola sumberdaya air, sumberdaya hutan, sumberdaya lahan dan sumberdaya energi. Dalam hal ini, Kementerian dan Lembaga terkait pengelolaan sumberdaya tersebut, baik Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pertanian, Kemeterian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral maupun lembaga terkait riset dan penelitian perlu mendorong implementasi program pengembangan energi alternative berbasis masyarakat.
- Pengembangan desa mandiri energi yang bisa bersinergi dengan program percepatan pembangunan pedesaan khususnya kawasan desa tertinggal. Program desa mandiri energi ini bisa diperkuat oleh dukungan perusahaan melalui CSR yang ada di sekitar desa yang memanfaatkan sumberdaya dari desa tersebut. Pertamina bisa menjadi leader dalam pengembangan desa mandiri energi karena tersebar luas di berbagai penjuru wilayah sampai ke pelosok desa terpencil di Indonesia.
- Pemberian insentif pembangunan oleh pemerintah daerah bagi desa-desa yang berhasil mengembangkan energi alternatif berbasis masyarakat. Masyaraat yang berhasil mengembangkan energy alternative tidak akan lagi menggantungkan pada bahan bakar minyak. Hal ini sangat positif bagi ketahahan energy dan penurunan emisi gas rumah kaca. Upaya masyarakat yang bisa mengembangkan energi alternatif khususnya dari energi berbasis masyarakat perlu diberikan insentif. Insentif ini bisa berupa peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur desa, pengembangan ekonomi berbasis energi alternative dan pengembangan kapasitas masyarakat sehingga mampu mendorong kemajuan desa lebih pesat lagi.
Akhirnya, penulis optimis bahwa energi alternatif berbasis masyarakat ini mampu menjadi penyokong bagi kemandirian energi bagi Indonesia. Kemandirian energi yang mampu disokong sampai tingkat masyarakat menjadikan Indonesia tangguh dan memiliki kekuatan dalam ketahanan energi dan mampu bersaing secara global. Tuhan sudah memberikan begitu banyak limpahan kelebihan berupa iklim yang sangat mendukung, tanah yang subur  serta kultur agraris yang semuanya menjadi keunggulan yang tak dimiliki bangsa lain dalam pengembangan energi selain fossil. Mari manfaatkan karunia Tuhan ini untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran umat manusia.
Salam lestari!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H