Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Klarifikasi dan Maaf Radar Bogor : Kado 'Indah' dari Penulis Kompasiana

5 November 2015   17:13 Diperbarui: 6 November 2015   15:38 3410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Permintaan Maaf dan Klarifikasi radar Bogor (Harian Radar Bogor, 5 Nop 2015)"][/caption]

Tulisan saya yang berjudul "Radar Bogor Membajak Tulisan Saya di Kompasiana (karena sudah ada permintaan maaf dari RB, saya menghapus tulisan tersebut untuk menghindari penggunaan dan share yang tidak semestinya dari pihak lain) telah membuat cukup geger beberapa warga Bogor. Pagi tadi saya langsung dikontak teman-teman sambil dikirim posting berita tulisan Pemimpin Redaksi Radar Bogor (Pemred RB), Nihrawati AS. Pemred RB memebuat tulisan berjudul "Kado Kejutan dari Pembaca" di halaman pertama lalu bersambung di halaman 4 (baca Harian Radar Bogor, Kamis 5 Nopember 2015. Ternyata tulisan yang dimuat di versi cetak RB, juga diposting langsung oleh Pemred RD di komentar halaman kompasiana tulisan saya. Berikut komentar Bu Nihrawati AS Pemred di kolom komentar tulisan saya.

[caption caption="Klarifikasi dan permohonan maaf Harian Radar Bogor, 5 Nop 2015"]

[/caption]

Kado Kejutan dari Pembaca

Aroma ulang tahun ke 17 Radar Bogor yang jatuh tepat 2 November lalu masih terasa. Kado terbaiknya adalah, salah satunya, liputan khusus Radar Bogor berjudul Emas, Nyawa, Narkoba mendapatkan penghargaan terbaik dari Jawapos, bersaing di antara puluhan tulisan.
Bukan kali ini saja liputan khusus Radar Bogor mendapat penghargaan terbaik. Dalam kurun waktu dua tahun ini, kami selalu mendapat predikat tulisan terbaik.

Ya, seiring waktu, Radar Bogor memiliki standar liputan khusus yang semakin baik untuk menyajikan yang terbaik bagi pembaca. Wartawan terus kami gembleng untuk memenuhi standar liputan terbaik itu.
Maka kami sangat terkejut ketika tiba-tiba Rabu (4/11/2015), kami mendapatkan broadcast dari teman-teman pembaca bahwa terbitan edisi kemarin itu, salah satu tulisannya dituduh plagiat. Tulisan dimaksud tayang di Rubrik Young Radar edisi 4 November 2015 dengan Judul “Yang Muda Yang Berempati” dan dituduh mirip dengan tulisan “Bagaimana Manusia Melawan Asap” dan #Bogor Peduli: Aksi Warga Bogor Stop Kabut Asap yang ditulis Achmad Siddik..

Lantas kami baca ulang tulisan tersebut. Cek dan ricek. Ternyata benar, tulisan tersebut 90 persen mirip, seperti disebut sendiri oleh Saudara Achmad Siddik di kompasiana.com. Tentu ini tamparan keras bagi kami yang sedang gigih mendidik wartawan untuk memenuhi standar liputan terbaik. Lantas mengapa tulisan ini bisa lolos?

Segera kami rapat meminta pertanggungjawaban redaktur rubrik tersebut. Jelaslah bagi kami, ini memang sebuah kesalahan. Fatal malah. Namun kami sedikit “lega”, karena yang menulis laporan tersebut bukanlah wartawan tetap kami.

Sebagaimana diketahui, rubrik Young Radar adalah wahana bagi anak muda untuk mengekspresikan kemampuan menulisnya. Maka, “wartawan” yang mengisi rubrik tersebut bukanlah wartawan tetap Radar Bogor yang notabene sudah karyawan. Rubrik tersebut digawangi oleh anak-anak muda yang rata-rata mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Mereka kami didik untuk kelak bisa menjadi wartawan sungguhan.

Penulis laporan tersebut, bahkan baru bergabung dengan Young Radar dalam dua bulan ini. Masih bau kencur. Masih perlu banyak belajar. Namun meski masih belajar, tentu kami tidak membiarkan mereka menulis asal-asalan. Tetap harus memenuhi kode etik jurnalistik.

Sebab tulisan mereka yang tayang di Radar Bogor, tetaplah produk Radar Bogor yang harus bisa dipertanggungjawabkan di hadapan pembaca. Oleh karena itu, kami segera mengambil tindakan tegas. Sejak kemarin juga, kami berhentikan yang bersangkutan. Tindakan tegas ini juga akan kami berlakukan pada wartawan tetap kami jika melakukan hal yang sama.

Inipun menjadi pelajaran bagi wartawan kami lainnya. Bahwa tidak ada ampun jika itu menyangkut produk jurnalistik. Tidak boleh main-main dalam menulis berita, memelintir fakta dan mempermainkan kata. Juga pelajaran untuk menghargai karya orang lain dan menulis sesuai fakta. Tidak asal copy paste. Tanggungjawabnya sangat besar. Terutama kepada pembaca.

Lebih dari itu, kejadian ini menjadi kado kejutan terbaik dari pembaca di HUT ke 17 Radar Bogor. Menjadi cambuk bagi kami untuk terus memperbaiki kualitas, terutama memperketat proses editing. Semoga kejadian ini tidak terulang lagi.

Terakhir, kami juga menyatakan mencabut penayangan berita tersebut dari Radar Bogor. Kami mohon maaf kepada pembaca dan pihak-pihak yang merasa dirugikan atas kekeliruan tersebut. Demikian untuk dimaklumi. Terima kasih

Nihrawati AS
Pemimpin Redaksi Radar Bogor

[caption caption="Screenshot Komentar Pemred RD langsung di kolom komentar tulisan kompasiana (4 Nop 2015, 18:55)"]

[/caption]

Ini merupakan klarifikasi dari RB merespon tulisan saya. Menurut Pemred RB, beliau dari siang hingga malam banyak ditanya warga dan tokoh Bogor terkait tulisan saya yang tayang di Kompasiana kemarin. Dari tulisan beliau saya sudah merasa lega karena lewat kompasiana, koreksi warga bisa mendapat tanggapan yang seharusnya.

Seperti yang saya tulisa di komentar tulisan saya, saya diundang RB untuk datang ke kantornya untuk mendengar langsung dari Pemred terkait permohonan maaf dan klarifikasi. Akhirnya saya bertemu langsung Pemred RB Bu Nihrawati (Bu Ira), Kang Tegar, Redaktur Pelaksana dan Kang Ricki, editor Young Bogor.

Bu Ira pertama-tama menyampaikan permintaan maaf ke semua pihak. Saya juga membawa relawan kemanusiaan yang ikut aksi seperti yang diberitakan dalam tulisan saya lalu. Saya membawa mereka karena mereka ingin dengar langsung permintaan maaf dari RB dan sekaligus saya membuktikan juga bahwa saya tidak membuat berita fiktif. Mereka adalah aktivis relawan kemanusiaan yang juga sering membantu aksi-aksi kemanusiaan di Kota Bogor, khususnya dalam aksi peduli Bencana Kabut Asap.

Bu Ira mengatakan bahwa tulisan yang dicabut itu maksudnya tulisan tersebut dianggap batal atau tidak pernah diterbitkan RB. Bukan ralat, karena memang hampir semua isinya sudah melanggar etika kepenulisan yang mengutip karya orang lain tanpa menyebutkan sumber dan membuat wawancara fiktif. Dari sisi jurnalistik ini sudah merupakan pelanggaran fatal. Karenanya RB sudah mengambil sikap tegas kepada penulis. Adapun kepada editor atau penanggungjawab rubrik, Kang Ricki sudah menyatakan akan mengundurkan diri. Benar atau tidaknya Kang Ricki nanti tidak lagi sebagai editor di Rubrik YOUNG RADAR, saya serahkan sepenuhnya pada manajemen RB.

Kami sudah menyelesaikan masalah ini dengan kekeluargaan. Tulisan ini semoga mewakili, bahwa saya dan RD sudah tidak ada masalah lagi. Karena komitmen RD yang sudah dilaksanakan, dan juga adanya peluang ke depan bahwa komunitas relawan yang saya perkenalkan bisa mendapat pemberitaan yang tepat dan akurat dalam setiap liputan. Kejadian terdahulu ada beberapa kesalahan penyebutan nama, tertutupnya informasi pelaksana dan informasi yang tidak tepat dari peliputan acara komunitas, sehingga ke depan saya harap tidak ada kesalahan lagi. Dan saya seperti di tulisan terdahulu, tidak menuntut apapun, kecuali permohonan maaf. Dan itu sudah cukup bagi saya dengan mendengar langsung dari Pemred RB tadi siang.

Ada hikmah tersembunyi (Blessing in disguese) yang saya peroleh dari peristiwa ini:

1. Tenyata RB ikut mendapat efek"populer" dari peristiwa ini. Ini disebutkan Kang Ricki karena melalui protes warga di Kompasiana, RB menjadi 'terkenal'. Orang yang tadinya belum tahu RB kini jadi tahu dan menyimak.

2. Saya bisa bertemu langsung dengan pimpinan RB yang sebenarnya selama ini saya sebagai pemanfaat Jasa Jurnalistik mereka. Kali ini saya menjadi "tamu istimewa" dimana saya punya kesempatan menulis di RB lebih terbuka di waktu mendatang.

3. Saya juga bisa memperkenalkan aksi kemanusiaan yang saya dan kawan2 komunitas di Bogor sedang kelola. Sebagai penyambung isu-isu kemanusiaan, saya berharap RD bisa mengangkat isu-isu kemanusiaan dan lingkungan hidup menjadi isu yang semakin menguat dalam pemberitaan di RD.

4. Saya merasa bangga menjadi jurnalis warga  tanpa kartu pers khususnya di Kompasiana, yang posisinya bisa menjadi penyeimbang dan kritis terhadap berita atau tulisan media cetak yang dikelola wartawan berkartu Pers. Meski "sama-sama pewarta" urusan jiplak menjiplak harus diprotes keras dan tidak bisa dibiarkann.

Akhirnya, setiap kejadian selalu ada hikmah yang baik. Kata teman saya, "Bersyukur tidak harus dengan sesuatu yang bisa diukur" Saya bersyukur bisa memperoleh hikmah yang semoga jadi kebaikan bersama.

Saya yakin, tulisan ini tidak akan memuaskan keinginan banyak teman-teman saya yang kemarin memberi masukan baik di kolom komentar maupun via komunikasi pribadi. Sebagai warga Bogor, saya ingin RB menjadi mitra penting khususnya dalam misi kemanusiaan yang sedang saya galang bersama jaringan komunitas di Bogor. Namun RB juga harus semakin memperkuat obyektifitas, kejujuran dan sumber yang akurat dalam pemberitannya bila ingin semakin berkibar kiprahnya dan mendapat simpati dari warga Bogor.

Saya juga mengucapkan selamat ulangtahun Radar Bogor ke-17. Semoga peristiwa ini jadi kado 'indah' agar RB bisa semakin baik dan menjadi penyambung kebenaran dan aspirasi warga.

Inilah pertanggungjawaban saya agar tidak ada prasangka dan dugaan yang tidak ada dasarnya. Berani menulis, berani berbuat dan berani bertanggungjawab.

Salam Kompasiana

Salam Kemanusiaan

Achmad Siddik Thoha

Warga Bogor

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun