Warga dan pemerintah Indonesia sudah berjuang dengan segala daya. Bahkan di banyak kota, pegawai pemerimtah bersama warga menyelenggarakan shalat istisqa (shalat memohon diturunkan hujan) untuk membantu menghapus kabut asap. Ini usaha terakhir yang menunjukkan bahwa bangsa Indonesia lebih menderita dan butuh bantuan bukan sekedar sindiran.
[caption caption="Shalat Istisqa di Halaman Kantor Gubernur Riau 15/9/2015 (Sumber http://infopku.com/pelaksanaan-shalat-istisqa-di-halaman-kantor-gubernur-riau/)"]
Sebagai negera yang meratifikasi ASEAN Agreement for Transboundary Haze Pollution (AATHP), Malaysia dan Singapura juga terikat perjanjian untuk ikut bersama menangani polusi kabut asap lintas batas secara aktif dalam hal dalam hal pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, pemantauan, penanggulangan, dan pengendalian kebakaran lahan dan/atau hutan baik di tingkat lokal, nasional maupun regional melalui kerja sama ASEAN dan bantuan internasional sehingga pencemaran asap dapat lebih dikendalikan.
Tidak hanya terkait kabut asap, negera ASEAN melalui AATHP juga wajib memanfaatkan Persetujuan AATHP sebagai wahana penyelesaian masalah hutan tropis Indonesia secara menyeluruh dan terintegrasi. Dengan demikian, berbagai faktor pendorong yang mengakibatkan kebakaran hutan dan/atau lahan serta pencemaran asap lintas batas, seperti kegiatan pembalakan liar (illegal logging) juga akan diselesaikan dalam satu kerangka yang terintegrasi.
Kita hidup di bumi yang satu dan memiliki saling ketergantungan. Hutan tropis Indonesia yang sangat luas sudah turut berkontribusi dalam menyerap gas rumah kaca secara global dalam jumlah yang sangat besar. Kata orang awam, hutan kita “memproduksi oksigen” yang dinikmati oleh negara lain. Itu fakta dan bukti ilmiah yang sangat mudah dipahami termasuk oleh warga Malaysia dan Singapura. Bila ada kabut asap di Indonesia, mari sama-sama mencari solusinya sebagai warga dunia yang hidup dalam planet yang sama.
Nah itu jawaban saya atas ucapan #TerimaKasihIndonesia dari negeri Jiran. Dan kita, bang Indonesia sebagai bangsa yang menghargai keberadaan negara tetangga untuk hidup damai, aman dan nyaman, perlu lebih serius mengelola sumberdaya alam sebagai amanak dari Tuhan dan lebih serius lagi mengendalikan segala aksi illegal yang menyebabkan bencana yang mengganggu warga dunia lainnya.
Salam Lestari!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H