Bila masih ada bunyi dari Kerupuk saat digigit atau ditekan, ia tetap akan berharga. Sebaliknya, hilangnya bunyi dari Kerupuk, menghilangkan semua minat orang memakan Kerupuk. Kadang terpaksa kita harus makan Kerupuk yang sudah terlanjur dibeli. Tak jarang ada yang membuangnya begitu saja, karena Kerupuk sudah “masuk angin” atau melempem. Demikian dalam persahabatan, kondisi “masuk angin” bisa membuat keceriaan dan semangat menjadi hilang. Seorang sahabat yang baik tentu masih akan menghargai setiap kesalahan dan kekhilafan sahabatnya. Suatu saat sahabat yang “melempem” ini tentu akan tetap memberi manfaat setelah ia menemukan keceriaannya kembali. Orang yang tidak bijak bisa “membuang” sahabatnya yang dalam kondisi “melempem” padahal suatu saat kita membutuhkannya kembali.
Kriuk….
Gigitan terakhir Kerupuk ini menutup makan siang yang penuh semangat. Saya harus membayar kepada penjual nasi warung langganan saya.
“Semuanya Sembilan ribu, Pak”
“Tambah Kerupuk, satu Bu.”
“Oh ya, sepuluh ribu Pak.”
Tambahan seribu rupiah dengan sepotong Kerupuk membuat pikiran melanglang buana menemukan inspirasi setiap gigitan makanan murah meriah bernama Kerupuk.
Salam persahabatan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H