[caption id="attachment_270835" align="aligncenter" width="640" caption="Dari kiri ke kanan; Pak Ayat Hidayat (Ayah Deryl), Adik Deryl, Deryl dan Ibu Deryl"][/caption]
“Sekarang giliran, Matematika terbaik. Siapa dia? Deryl....!”
Bu Veny meneriakkan sebuah nama yang sangat akrab di telingaku. Bu Venny lalu memberikan hadiah seperangkat alat tulis bagi Deryl karena memiliki nilai matematika tertinggi dari Rapor Kelasnya. Hadiah tersebut kami serahkan saat kami mengadakan wisata edukasi bersama an ak-anak yatim dan dluafa di Kebun Raya Bogor, 2 Juli 2013.
Bu Veny adalah pengelola sekaligus guru yang mendampingi Deryl dan kawan-kawan di program Limus Kid Farming (LKF). LKF sendiri adalah kegiatan dibawah lembaga EEC (Enterpreuner and Environment Course) berkolaborasi dengan Komunitas Pohon Inspirasi. Program LKF menghimpun anak-anak di sekitar Kelurahan Situgede Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor yang sebagian besar dari kalangan menengah ke bawah dan bahkan ada yang yatim. Sudah sejak bulan Januari 2013 LKF menggulirkan program pendidikan dengan materi pengayaan pelajaran sekolah dalam bentuk bermain di hutan, belajar mengaji serta berkreasi dengan sampah.
Deryl Akbar nama lengkap Deryl Kelas 4 siswa kelas 4 SDN Situgede Kota Bogor adalah salah satu peserta LKF yang berasal dari keluarga kurang mampu. Kecerdasan Deryl sangat teras saat saya dan teman-teman fasilitator menjalankan kegiatan. Deryl punya kemampuan matematika yang sangat bagus melebihi peserta lain. Dalam hal membaca Alquran dan hapalan, ia juga sangat maju. Deryl sudah bisa membaca Alquran dengan lancar dan tajwid yang benar. Hafalan surat Alquran juga sudah masuk ke surat-surat dengan ayat yang cukup banyak di Juz 30.
Satu hal yang membuat saya sangat takjub sekaligus terharu adalah Deryl lahir dan dibesarkan dari orang tua yang dua-duanya tidak bisa melihat. Pak Ayat Hidayat dan istrinya yang merupakan Ayah dan Ibu Deryl ditakdirkan hidup tidak bisa menikmati pemandangan dunia. Dengan kondisi dunia yang tampak gelap, Pak Ayat dan Istrinya justru bisa tetap menjalani hidup seperti orang lain yang normal.
Bagaimana mereka bisa membiayai sekolah Deryl dan dua anak lainnya? Pak Ayat dan Istrinya memiliki ketrampilan memijat. Beliau mendapat bekal ketermpilan dari organisasi yang membina penyandang cacat di Bandung. Dari bekal bisa memijat itulah pasangan suami istri ini bisa menghidupi keluarganya.
Allah mentakdirkan Pak Ayat dan istrinya memiliki anak yang normal nan cerdas. Selain Deryl, kakak Deryl sudah lulus SMU dan menurut tetangganya prestasinya bisa dibilang bagus di sekolahnya. Kakak perempuan Deryl kini bekerja di sebuah Café di IPB. Maksud hati Pak Ayat ingin menyekolahkan Kakak Deryl, namun apa daya, biaya yang dibutuhkan untuk dana kuliah belum bisa disediakan beliau.
Melalui tangan dermawan yang berempati dengan kondisi keluarga Deryl, saya menyerahkan bantuan alat tulis, baju dan uang pada Pak Ayat dan keluarga. Bantuan titipan donatur juga diberikan pada anak lain, teman-teman Deryl di LKF yang berasal dari kalangan dluafa dan yatim.
Saya seperti mendapat siraman tausyiah tanpa kata-kata usai bertemu dengan keluarga Deryl. Rasa kagum sekaligus haru menyelimuti perasaan saya usai menyampaikan bantuan. SAir hujan sangat deras mengguyur badan saya di Ramadhan ke 25 (3 Agustis 2013), juga mampu menyirami dan menyejukkan hati saya lewat pancaran inspirasi dari keluarga Deryl. Meski Pak Ayat dan Bu Ayat merasakan dunia gelap secara fisik, namun justru beliau mampu menerangi hati saya saat itu. Saya bertekad untuk tetap membersamai Deryl dan anak-anak LKF dalam progam pembinaan di waktu mendatang. Lewat tangan-tangan ringan dermawan, Alhamdulillah saya semakin mantap melangkah bersama Bu Venny dan kawan-kawan fasilitator lain di LKF.
Semoga semakin banyak Deryl lain yang ada di lingkungan kita. Keterbatasan gerak dan kondisi ekonomi keluaga tak membatasi Deryl bermimpi menggapai cita-cita setinggi langit. Semua kita diciptakan untuk bermimpi setinggi mungkin. Dan kewajiban pihak yang mampulah membantu mewujudkan mimpi tiap-tiap anak bangsa ini.
Salam berbagi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H