[caption id="attachment_282038" align="aligncenter" width="448" caption="Presentasi salah satu peserta lomba esai mahasiswa S1 Se Indonesia Kehutanan Indonesia Baru 28 September 2013 (dok. pribadi)"][/caption]
Judul di atas saya ambil dari cuplikan tulisan salah satu peserta Lomba Menulis Esai Mahasiswa S1 Se Indonesia bertema Kehutanan Indonesia Baru Keterlenaan Masa Lalu, Fakta Masa Kini dan Harapan Masa Depan. Ungkapan menarik ini justru keluar dari peserta lomba yang bukan berasal dari mahasiswa kehutanan, melainkan dari mahasiswa jurusan perikanan. Saya yang menjadi salah satu Juri lomba menulis esai ini mendapat kejutan dengan ungkapan tersebut.
Memang bila melihat dunia kehutanan, terlintas bayangan rusak parahnya hutan di Indonesia. Kebakaran hutan, penebangan liar, perambahan hutan, aktivitas tambang di kawasan hutan dan konversi hutan ke penggunaan lain merupakan beberapa penyebab yang membuat kabar tentang hutan Indonesia tidak menggembirakan. Bahkan beberapa waktu lalu, artis kondang Amerika, Harrison Ford sangat gusar setelah melihat fakta rusak parahnya kawasan hutan di Taman Nasional Tesso Nilo di Provinsi Riau.
Fakta lain yang terungkap dalam presentasi esai dari para peserta yang berasal dari IPB dan UGM ini yaitu korupsi serta keengganan pejabat dan politisi menjadikan isu kehutanan menjadi agenda politik. Seorang peserta dengan bahasa lugas dalam esainya merilis data dari Kompas bahwa Korupsi Bidang Kehutanan mencapai 273 T (baca disini). Ditambah lagi tak kunjung berhentinya kejadian-kejadian yang merusak fungsi dan keberadaan hutan seperti Kebakaran Hutan di Riau, alih fungsi lahan menjadi areal yang rawan bencana,
Kegusaran banyak pihak akan makin menyusutnya hutan Indonesia dan fakta yang memprihatinkan tentang kondisi hutan Indonesia bukan berarti membuat generasi muda pesimis. Para pemuda yang diwakili oleh 14 peserta lomba menulis esai ini memberikan terobosan-terobosan pemikiriran kritis, tajam dan solutif. Tak hanya berkutat pada korupsi semata, masalah kebijakan, salah urus negara, hingga krisis karakter rimbawan (orang yang memiliki pemahaman dan aktivitas terkait pembangunan dan pelestarian hutan) dikupas dari kaca mata yang jernih sebagai mahasiswa.
Disisi lain solusi-solusi revolusioner dan solusi konkrit juga muncul untuk mengubah masa lalu yang kelam dan membalikkan fakta yang memprihatinkan menuju masa depan kehutanan yang baru dan cerah. Solusi berani yang diungkapkan oleh salah satu peserta salah satunya adalah ”Hukuman Mati”. Hukuman Mati memang menjadi sebuah pemikiran yang perlu dikaji karena beberapa kasus pengrusakan hutan telah menjadi penyebab bencana lingkungan yang menewaskan banyak orang seperti Banjir Bandang dan Longsor di beberapa tempat di Indonesia.
Solusi cerdas sebagai jalan keluar dari belitan masalah dunia kehutanan juga diungkap dalam tulisan mahasiswa yang berasal dari IPB dan UGM. Pengembangan Ekowisata Apikultur di Daerah Hulu, Pembangunan Hutan untuk mengurangi emisi karbon, pembenahan karakter rimbawan, mobilisasi peran komunikator kehutanan di kalangan mahasiswa dan investasi hutan. Semua peserta sepakat bahwa bidang Kehutanan harus maju dan kembali meraih kejayaannya seperti di era tahun 1967-1998 sebagai Rising Sector-nya Indonesia. Akhirnya ungkapan kalangan mahasiswa S1 dari dua perguruan tinggi ternama yang bangga menjadi pelestari hutan berharap nanti banyak pemuda-pemudi memakai kaos bertuliskan, “Gini-gini Gua Punya Hutan!” akan menjadi kenyataan. Kita berharap pemimpin dan generasi tua yang menjadi pejabat khususnya yang memegang wewenang di bidang kehutanan bisa menjadi pendorong bagi munculnya kembali kebanggaan generasi muda Indonesia akan hutannya. Dengan demikian Kehutanan Indonesia Baru bukan sebuah wacana dan uthopia namun sebuah harapan besar yang didukung semua elemen bangsa.
Salam lestari!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H