Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Catatan dari New York : Harmoni Alam dan Manusia

27 Agustus 2013   23:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:43 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_274862" align="aligncenter" width="512" caption="Hutan Alam di Kawasan Nanuet New York yang didominasi Pohon Maple dan Oak (Dok. pribadii)"][/caption]

Dedaunan pohon Maple dan Pohon Oak mulai berubah warna di hutan Lamont Campus, Columbia University Palisades New York . Pemandangan hijau sepanjang mata memandang dari Kota Palisades ke Nanuet New York sebentar lagi akan berwarna-warni. Itu berarti wilayah Amerika Serikat akan mengalami musim gugur.

Tak terasa saya sudah hampir sepekan berada di Benua Amerika. Tempat yang memisahkan saya dengan keluarga tercinta di Bogor sejauh lebih 40.000 km perjalanan. Tempat yang mengantar saya semakin mengagumi kekuasaan Allah. Sungguh sebuah pengalaman yang mahal meski guguran dedaunan maple dan oak tak bisa saya saksikan langsung karena besok saya akan kembali ke Tanah Air.

[caption id="attachment_274863" align="aligncenter" width="478" caption="Pohon Oak (kanan) dan Maple (kiri) yang sebagian daunnya mulai berubah warna di kawasan Lamont Campus Palisades NY (Dok pribadi)"]

1377620514423637125
1377620514423637125
[/caption]

Pesona Amerika Serikat sebagai sebuah negara maju pantas rasanya saya tuliskan sebagai bentuk syukur saya kepada-Nya. Alam Kota Nanuet dan Palisades benar-benar membuat saya terpesona. Kota yang berjarak 1 jam perjalanan dari New York City membuat mata dan pikiran terasa segar dengan hutan dan pepohonan yang rimbun. Meski saat ini di Amerika sedang musim panas, namun suasana di Nanuet dan Palisades terasa sejuk. Menurut Erica, salah satu staf IRI (The International Research Institute for Climate Society) Clumbia Univerity, tempat saya magang, musim panas tahun ini termasuk musim panas yang dingin.

Erica benar. Musim panas disini tak saya rasakan terik matahari yang menyengat dan badan yang terasa gerah dan banyak berkeringat, khususnya di Nanuet dan Palisades. Kedua kota ini kalau diandaikan dengan Kota yang ada di Jawa Barat seperti Kawasan Puncak. Pernyataan Erica semakin nyata karena hari ini kami merasakan hujan mengguyur kota yang jarang sekali terlihat kendaraan beroda dua.

Pesona alam dengan hutan, satwa liar dan kesejukan di musim panas beruntung saya rasakan selama kunjungan ke Amerika Serikat. Saya memegang batang, daun dan merasakan keindahan pohon maple dan kekokohan pohon Oak. Saya juga melihat pepohonan lain yang dulu hanya membacanya di Textbook kuliah di Fakultas Kehutanan IPB seperti Pinus, Cemara, Douglas, dll. Saya juga memegang tanah kering negeri Paman Sam ini.

Satwa liar menemukan tempat terbaiknya di sini, setidaknya di Palisades dekat Lamont Campus. Sepanjang jalan raya (Palisades Interstate Parkway) dari Hotel saya menginap di Nanuet ke Lamont Campus yang berbatasan dengan New Jersey, ada rambu bergambar rusa yang menandakan di daerah ini kaya akan satwa liar. Di kawasan Lamont Campus sendiri beberapa kali saya menjumpai kelinci, burung merak dan burung elang bebas berkeliaran dan terbang di areal kampus. Di Kampus dengan beragam Laboratorium canggih ini, juga saya jumpai papan peringatan adanya sejenis ular lokal yang sewaktu-waktu dijumpai pengunjung kampus. Satwa lain tentu saja beragam jenis burung berseiweran di pinggiran hutan dan di halaman gedung Monell tempat saya magang.

[caption id="attachment_274864" align="aligncenter" width="448" caption="Kelinci liar bebas berkeliaran di areal hutan Lamont Campus (Dok. pribadi)"]

1377620701459131053
1377620701459131053
[/caption]

Tak hanya di Hutan Lamont Campus, satwa mudah ditemukan dan aman tanpa diganggu. Ketika kami makan keluar kampus bersama staf IRI, tempat makan kami di luar gedung restoran didatangi banyak burung. Menurut Dani, staf IRI, disekitar Restaurant yang berjarak sekitar 3 km dari Lamont Kampus, ada banyak lokasi Birdwatching. Lokasi Birdwatching sendiri berupa jalur setapak yang melintasi hutan alam disisi kanan-kiri Jalan raya perbatasan New York dan New Jersey. Di sekitar Hotel Nanuet pun saya sempat menjumpai Elang terbang berputar-putar di udara atau menclok di di cabang pohon. Ternyata hewan yang menjadi lambang Negara Amerika Serikat ini sangat mudah dijumpai, berbeda dengan burung Garuda di Indonesia.

[caption id="attachment_274865" align="aligncenter" width="461" caption="Tanda peringatan adanya ular di Lamont Campus (dok. pribadi)"]

13776207921881430911
13776207921881430911
[/caption] [caption id="attachment_274866" align="aligncenter" width="448" caption="Wildlife Crossing, rambu adanya aktifitas satwa yang melintas di areal tersebut di Palisades NY (Dok. pribadi)"]
13776208651348308515
13776208651348308515
[/caption]

Kondisi satwa liar Palisades dan Nanuet juga dijumpai New York City. Di New York City, mudah sekali ditemui burung merpati berkeliaran, mendarat di permulaan jalan dan makan dengan tenang. Fenomenan ini mudah dijumpai di Kampus Columbia University di Moeningside kawasan Manhattan. Di ruang publik seperti Central Park dan Taman di Downton dipinggiran Sungai Hudson, satwa liar khususnya burun merpati semakin membuat warga New York nyaman menikmati akhir musim panas ini.

[caption id="attachment_274867" align="aligncenter" width="448" caption="Kalaupun harus menempel pengumuman, tetap tidak memaku pohon tapi menempel dengan lakban-lokasi di Manhattan NYC (Dok. pribadi)"]

1377621276779901398
1377621276779901398
[/caption]

Bagaimana dengan kondisi hutan di Amerika. Bila di Indonesia keberadaan hutan semakin menyusut luasnya, tidak begitu dengan di Amerika Serikat. Menurut Alexa, salah satu Research Assistant di IRI, hutan di USA semakin bertambah luasnya dari tahun ke tahun. Lahan-lahan pertanian sebagian sudah mulai berubah menjadi hutan. Ini tentu sangat bagus bagi lingkungan Amerika sendiri. Padahal di negeri dengan 4 musim seperti Amerika, hutan sangat diperlukan karena masyarakatnya butuh kayu ketika memasuki musim dingin.

Amerika memang bisa dijadikan contoh bagaimana mereka merawat alamnya dengan bertanggung jawab. Hutan masih terawat beserta makhluk hidup di dalamnya. Satwa dibiarkan bebas hidup dan beraktifitas serta disediakan tempat yang nyaman melintas. Dengan saling menjaga, harmoni alam dan manusia terasa begitu terasa disini. Pantas saja slogan I Love New York menjadi logo semua barang yang ada disini, setidaknya saya sudah merasakannya sendiri.

Saya tak tahu apa rahasia Amerika bisa menciptakan harmoni alam dan manusia bisa berlangsung seperti itu Amerika memiliki sejarah panjang sebagai sebuah negera besar dan salah satunya ditunjukkan dengan kemampuan mengelola alam dengan bertanggungjawab. Bagaimana dengan di Indonesia.

Nanuet, New York, 23 Agustus 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun