[caption id="attachment_219737" align="aligncenter" width="620" caption="Banjir di Cilandak Jakarta Selatan (Sumber : Kompas.com)"][/caption]
Banjir masih meluas di berbagai daerah di Nusantara. Di Jakarta, genangan air masih ditemui dimana-mana. Di Jawa Barat, Lampung, Maluku dan berbagai wilayah masih dibayangi oleh genangan air dan bahkan banjir bandang. Apalagi musim hujan baru saja berlangsung belum dua bulan ini.
Banyak kajian dan upaya untuk mengatasi banjir. Menghilangkan banjir sama sekali adalah tidak mungkin. Curah hujan yang lebih tinggi dari rata-rata pada tahun tertentu menurut berbagai kajian hidrologi merupakan salah satu karakter hujan itu sendiri. Sebagai dampak dari curah hujan yang diatas normal, genangan air dan bajir menjadi fenomena tak terhindarkan.
Warga yang tinggal di daerah langganan terkesan hanya bisa beradaptasi. Warga pasrah saja dan mencoba bertahan dari banjir ketika musim hujan tiba. Hal ini memang cukup mengagumkan dimana warga punya daya adaptasi yang tinggi. Namun adaptasi tentu saja tidak bisa mencegah kerugian yang timbul dari bencana banjir.
Apa yang bisa dilakukan sebagai warga untuk mengatasi resiko banjir. Upaya mitigasi atau mengurangi resiko banjir belum terlihat dominan sebagai kegiatan yang dilakukan warga. Padahal mitigasi adalah yang kegiatan yang lebih realistis dalam mengurangi resiko menghadapi banjir. Beberapa hal yang perlu dilakukan sebagai warga untuk mengurangi resiko banjir antara lain :
1. Membuat area resapan di pemukiman warga. Sumur resapan berfungsi untuk mengarahkan air ke dalam tanah sehingga mengurangi aliran permukaan. Berkurangnya aliran permukaan akan mengurangi genangan dan banjir. Selain di pemukiman, area resapan yang berupa sumur resapan bisa dibuat di berbagai tempat di pemukiman, perkantoran, sempadan jalan dan tempat yang rawan genangan dan juga menamah persediaan air di dalam tanah. Selain itu, pembuatan biopori yang popular saat ini cukup membantu meresapkan air ke dalam tanah sekaligus mengurangi sampah.
[caption id="attachment_219738" align="aligncenter" width="450" caption="Sumur resapan di Bandung"]
2. Menanam tanaman terutama pepohonan. Kegiatan ini dilakukan tidak hanya di daerah hulu namun juga di daerah tengah dan hilir. Menanam tanaman baik tanaman kecil maupun pohon akan mengurangi erosi dan aliran permukaan. Berkurangnya erosi akan mengurangi pendangkalan dan penyempitan adan sungao. Akar pepohonan khususnya di sempadan sungai dapat menahan gerusan air terhadap tanah sehingga leih tahan terhadap longsor.
[caption id="attachment_219743" align="aligncenter" width="448" caption="Menanam pohon sejak kecil"]
3. Membentuk Kelompok Masyarakat Pengendali Banjir. Kelompok pengendali banjir berbasis masyarakat akan sangat membantu pemerintah dalam upaya mengurangi resiko banjir. Pemerintah tidak akan mampu menyelesaikan seluruh masalah banjir tanpa melibatkan masyarakat.
4. Membangun atau menetapkan lokasi dan jalur evakuasi bila terjadi banjir. Kegiatan ini dalam rangka mengurangi korban akibat banjir. Penetapan lokasi dan jalur evaluasi yang sudah terencana akan memudahkan warga yang wilayahnya terkena banjir menyelamatkan diri dan propertinya dengan cepat. Kelompok pengendali banjir isa dimulai dari tingkat Desa atau RW sesuai dengan kebutuhan.