Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup featured

Apa Peran Warga dalam Mengurangi Risiko Banjir?

4 Desember 2012   23:44 Diperbarui: 17 Februari 2017   09:39 10373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_219737" align="aligncenter" width="620" caption="Banjir di Cilandak Jakarta Selatan (Sumber : Kompas.com)"][/caption]

Banjir masih meluas di berbagai daerah di Nusantara. Di Jakarta, genangan air masih ditemui dimana-mana. Di Jawa Barat, Lampung, Maluku dan berbagai wilayah masih dibayangi oleh genangan air dan bahkan banjir bandang. Apalagi musim hujan baru saja berlangsung belum dua bulan ini.

Banyak kajian dan upaya untuk mengatasi banjir. Menghilangkan banjir sama sekali adalah tidak mungkin. Curah hujan yang lebih tinggi dari rata-rata pada tahun tertentu menurut berbagai kajian hidrologi merupakan salah satu karakter hujan itu sendiri. Sebagai dampak dari curah hujan yang diatas normal, genangan air dan bajir menjadi fenomena tak terhindarkan.

Warga yang tinggal di daerah langganan terkesan hanya bisa beradaptasi. Warga pasrah saja dan mencoba bertahan dari banjir ketika musim hujan tiba. Hal ini memang cukup mengagumkan dimana warga punya daya adaptasi yang tinggi. Namun adaptasi tentu saja tidak bisa mencegah kerugian yang timbul dari bencana banjir.

Apa yang bisa dilakukan sebagai warga untuk mengatasi resiko banjir. Upaya mitigasi atau mengurangi resiko banjir belum terlihat dominan sebagai kegiatan yang dilakukan warga. Padahal mitigasi adalah yang kegiatan yang lebih realistis dalam mengurangi resiko menghadapi banjir. Beberapa hal yang perlu dilakukan sebagai warga untuk mengurangi resiko banjir antara lain :

1. Membuat area resapan di pemukiman warga. Sumur resapan berfungsi untuk mengarahkan air ke dalam tanah sehingga mengurangi aliran permukaan. Berkurangnya aliran permukaan akan mengurangi genangan dan banjir. Selain di pemukiman, area resapan yang berupa sumur resapan bisa dibuat di berbagai tempat di pemukiman, perkantoran, sempadan jalan dan tempat yang rawan genangan dan juga menamah persediaan air di dalam tanah. Selain itu, pembuatan biopori yang popular saat ini cukup membantu meresapkan air ke dalam tanah sekaligus mengurangi sampah.

[caption id="attachment_219738" align="aligncenter" width="450" caption="Sumur resapan di Bandung"]

13546636291031925012
13546636291031925012
[/caption] [caption id="attachment_219739" align="aligncenter" width="475" caption="Membuat biopori di halaman rumah "]
135466377454394763
135466377454394763
[/caption]

2. Menanam tanaman terutama pepohonan. Kegiatan ini dilakukan tidak hanya di daerah hulu namun juga di daerah tengah dan hilir. Menanam tanaman baik tanaman kecil maupun pohon akan mengurangi erosi dan aliran permukaan. Berkurangnya erosi akan mengurangi pendangkalan dan penyempitan adan sungao. Akar pepohonan khususnya di sempadan sungai dapat menahan gerusan air terhadap tanah sehingga leih tahan terhadap longsor.

[caption id="attachment_219743" align="aligncenter" width="448" caption="Menanam pohon sejak kecil"]

1354664355859788974
1354664355859788974
[/caption]

3. Membentuk Kelompok Masyarakat Pengendali Banjir. Kelompok pengendali banjir berbasis masyarakat akan sangat membantu pemerintah dalam upaya mengurangi resiko banjir. Pemerintah tidak akan mampu menyelesaikan seluruh masalah banjir tanpa melibatkan masyarakat.

4. Membangun atau menetapkan lokasi dan jalur evakuasi bila terjadi banjir. Kegiatan ini dalam rangka mengurangi korban akibat banjir. Penetapan lokasi dan jalur evaluasi yang sudah terencana akan memudahkan warga yang wilayahnya terkena banjir menyelamatkan diri dan propertinya dengan cepat. Kelompok pengendali banjir isa dimulai dari tingkat Desa atau RW sesuai dengan kebutuhan.

5. Membangun sistem peringatan dini banjir berasis warga. Sistem peringatan banjir berbasis warga sangat diperlukan karena masyarakatlah yang langsung merasakan adanya bencana tersebut. Sistem peringatan dini meliputi kegiatan pengamatan hujan dan tinggi muka air, prediksi banjir, penyebaran informasi dan peringatan bahaya dan tindakan yang diperlukan sesuai tingkat bahaya. Sistem peringatan dini banjir sudah banyak diaplikasikan di berbagai Negara yang sering terkena banjir seperti di kawasan Amerika Tengah dan di Filipina.

[caption id="attachment_219740" align="aligncenter" width="254" caption="Skema operasional sistem peringatan dini banjir di Amerika Tengah (De Leon, 2009)"]

13546638691700414512
13546638691700414512
[/caption]

[caption id="attachment_219745" align="aligncenter" width="256" caption="Seorang relawan warga mengamati curah hujan sebagai bagian dari Sistem Peingatan Dini Banjir (De Leon 2009)"]

1354664543368080883
1354664543368080883
[/caption]

6. Menjaga kebersihan saluran air dan limbah. Seringkali genangan air di pemukiman disebabkan oleh meluapnya air dari saluran pembuangan seperti selokan dan sungai. Menjaga kebersihan saluran air dan limbah akan berguna untuk mengurangi genangan air yang berujung pada banjir.

[caption id="attachment_219741" align="aligncenter" width="345" caption="Membersihkan saluran air"]

1354664023892494299
1354664023892494299
[/caption]

7. Mendukung upaya pembuatan kanal atau saluran dan bangunan pengendali banjir dan lokasi evakuasi. Kanal menjadi salah satu program besar di beberapa kota besar. Sebut saja Jakarta yang membangun Proyek Banjir Kanal (Barat dan Timur) dan di Medan di angun Kanal di daerah Deli Tua, untuk mengalirkan air dari Sungai Deli. Anjir Kanal selain sebagai sarana pengendali anjir dimaksudkan sebagai prasarana konservasi air untuk pengisian kembali air tanah dan sumber air baku serta prasarana transportasi air. Mendukung pembuatan kanal ini bisa berupa memudahkan pemerintah dalam pembebasan lahan dan menjaga kanal yang sudah ada.

8. Bekerjasama dengan masyarakat di luar daerah banjir untuk menjaga daerah resapan air. Penanganan banjir erat kaitannya dengan pengelolaan Daerah Aliran Sungai yang berada pada kawasan bioregion tertentu. Daerah Aliran Sungai (DAS) mencakup areal yang melintasi batas administrasi sehingga harus ada rencana pengelolaan bersama antar pemerintah daerah yang tercakup dalam kesatuan DAS. Jakarta sebagai daerah hilir tempat bermuaranya sungai-sungai besar yang berhulu di Propinsi Jawa Barat dan Banten. Untuk itu, masyarakat yang tercakup wilayahnya dalam DAS, perlu bekerjasama. Warga kota Jakarta misalnya, yang memiliki lahan di daerah puncak Bogor, mendorong warga sekitar untuk memelihara kawasan lindung agar tetap berfungsi dalam mengurangi resiko banjir.

Mengatasi banjir bisa dimulai dari diri sendiri tanpa seluruhnya tergantung pada pemerintah. Bila setiap warga kepedulian dan partisipasi dalam kegiatan yang mengurangi resiko anjir, kerugian akibat banjir bisa diminimalisir.

Salam lestari!

Sumber gambar

Sumur resapan

Biopori

Menanam :  Koleksi pribadi

Sistem Peringatan Dini Banjir : De Leon 2009

Membersihkan parit

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun