Pak Agusman dan Pasukan Pemadam Kebakaran sedang mengendalikan api di Desa B4 Dadahup Kapuas (dok. Agusman)
“Pak, kita cari tempat shalat, sudah masuk waktu zhuhur.”
Itulah ajakan salah satu anggota Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan Manggala Agni (MA) Kapuas Kalimantan Tengah yang mendampingi saya melakukan survei. Dari beberapa orang anggota MA Kapuas, baru kali ini saya diingatkan untuk melakukan shalat saat survei lapangan. Sangat jarang pendamping lapangan yang mengingatkan akan waktu shalat dan ikut shalat berjamaah di Masjid di banyak perjalanan saya melakukan survei. Sebaliknya banyak pendamping lapangan yang biasanya shalat karena segan dengan saya atau malah memang menolak shalat padahal mereka seorang Muslim.
Saya sangat terharu dan berkesan dengan ungkapan pendek dari anggota MA Kapuas itu. Selain mengingatkan shalat, beliau sangat santun dan berdedikasi dalam kerjanya. Bayangkan, berkendara sejauh 120 km dengan sepeda motor ke daerah Transmigrasi Dadahup Kapuas, beliau tidak berhenti kecuali ingin buang air. Disuruh minum pun beliau segan bila saya tidak menawarkan. Pendamping lapangan “sholih” itu bernama Agusman.
[caption id="attachment_210187" align="aligncenter" width="448" caption="Pak Agusman dan pasukan Manggala Agni Kapuas bersiap berangkat ke Lapangan (dok. Agusman)"]
Pada siang yang terik itu, melalui medan yang sangat sulit, kami survei ke lahan bekas kebakaran lahan di Desan B4 Dadahup. Desa ini dulunya adalah kawasan Eks Proyek lahan Gambut Sejuta Hektar (Eks PLG). Di Desa ini, Pak Agusman beserta anggota Manggala Agni bersama polisi kehutanan dan warga setempat pernah terlibat memadamkan kebakaran lahan yang hampir menghancurkan rumah transmigran pada 11 September 2012 yang menghanguskan lahan seluas 4 Ha. Bak pasukan berani mati, jilatan api yang liar dan mematikan itu dapat dikendalikan. Pak Agusman beserta tim pemadam kebakaran lain akhirnya bisa memadamkan kebakaran di lahan gambut itu sekaligus menyelamatkan rumah pemukiman Transmigrasi Dadahup.
“Selain kerja di Manggala Agni, apa Bapak ada aktifitas lain?” saya mulai percakapan santai saat makan siang di sebuah warung makan.
“Ada, pak. Saya narik becak sampai siang. Habis itu saya mengajar TK Alquran.”
Pak Agusman antusias menjawab pertanyaan saya. Sebagai informasi, pasukan manggala Agni hampir semuanya berstatus tenaga kontrak (tahunan) yang masuk hanya pada saat piket sekali per minggu. Pada saat tidak piket itulah, Pak Agusman menjalankan tugasnya sebagai guru ngaji yang oleh banyak masyarakat disebut Ustadz.
“TK itu punya siapa, Pak”
“Saya mendirikan sendiri bersama istri, Pak. Yang mengajar juga sekarang tinggal kami berdua (Pak Agusman dan istrinya).”
[caption id="attachment_210188" align="aligncenter" width="640" caption="TK Alquran yang dikelola oleh Pak Agusman di Jl Garuda Kapuas (dok. Agusman)"]
Pak Agusman lalu menunjukkan bangunan dan aktifitas TK Alquran yang beliau kelola. TKA ini Pak Agusman kelola dengan biaya mandiri dan sumbangan donatur. Pak Agusman yang rendah hati ini juga menceritakan bagaimana Tuhan membuka jalan kelapangan sehingga lembaga pendidikan sederhana itu bisa memiliki murid puluhan orang sampai saat ini.
Saya terharu melihat foto-foto anak didiknya dan kebersahajaan bangunannya. Saya benar-benar terharu karena Pak Agusman tidak mau menerima sumbangan dari uang yang tidak jelas. Pernah suatu ketika tim sukses dari salah satu calon bupati Kapuas menawarkan bantuan dana untuk TK-nya asalkan mendukung calon yang diusungnya. Dengan tegas Pak Agusman menolak.
Keyakinan akan kualitas moral yang baik dari Pak Agusman semakin nyata ketika saya memberikan honor dan uang sewa kendaraan yang memang sudah dianggarkan dalam penelitian saya.
“Ah, tidak Pak. Tidak usah bayar, Pak. Ini sudah tugas, komandan menyuruh, saya jalankan.”
“Terimalah, Pak. Ini memang hak Bapak.” Agak alot saya bernegosiasi agar Pak Agusman menerima haknya.”
“Terima kasih lah Pak. Saya tidak meminta loh. Wah banyak betul Pak.”
Pak Agusman kaget melihat uang yang saya serahkan. Bagi uang yang tidak sampai Rp. 200 ribu itu masih tidak sepadan dengan tugasnya.
Kembali saya merasa mendapat pelajaan berharga dari perjalanan penelitian saya di Kapuas. Pelajaran itu lagi-lagi saya peroleh dari orang yang selama ini luput dari perhatian khalayak. Saya bersyukur Pak Agusman bekerja di tempat yang cukup kondusif untuk menjaga kualitas moralnya yang jujur dan santun. Salah satu hal yang mendukung lingkungan kerja di tempat Pak Agusman adalah komandan atau pemimpin kantornya yang juga menjadi teladan anak buahnya tentang kejujuran dan mnejauhi perbuatan tercela lainnya.
Terima kasih Pak Agusman, pasukan berani mati-in api yang jujur dan seorang ustadz.
[caption id="attachment_210191" align="aligncenter" width="410" caption="Saya (jongkok paling kanan) dan Pak Agusman (jongkok paling kiri) sedang berfoto bersama bersama Pasukan MA lainnya (dok. pribadi)"]
Catatan : Oh ya, bagi sahabat yang berminat membantu pengembangan lembaga pendidikan Alquran yang Pak Agusman kelola, bisa menghubungi saya. Semoga beliau tetap istiqomah dan bersemangat mengabdi untuk agama, bangsa dan negara.
Tulisan Terkait :
Pegawai yang Tidak Mau Menerima Uang Jasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H