Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Liputan Get Urbanized VI: Barang Bekas Bisa Sangat Berharga di Kutakatik

25 September 2012   03:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:46 1402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_207774" align="aligncenter" width="448" caption="Foto Bareng Kompasianer dan Keluarganya, Pengelola Kutakatik dan Tim Urbanesia di Get Urbanized VI, 23 September 2012"][/caption]

Pagi masih mulai menyebarkan kehangatan sinarnya. Kami berenam, Saya, Istri saya dan empat anak saya sudah meluncur sejak pukul 07.00 dengan mobil ke Jakarta.

“Kemana kita?” tanya Faruq, anak saya ketiga.

“Kita mau kreasi barang bekas di Jakarta, sayang.” Kata Istri saya memberi semangat.

Mungkin anak saya lupa kalau hari ini mereka akan jalan-jalan ke Jakarta sambil berkreasi dengan barang-barang bekas di Kutakatik Art & Craft Class bersama para Kompasianer. Kami terdaftar dalam acara Get Urabnized VI yang diadakan oleh Kompasiana yang bekerjasama dengan Urbanesia.com.

Berbeda dengan Get Urabnized sebelumnya yang bertema kuliner dan perawatan kecantikan, kali ini acara kopdar(kopi darat) bersama kompasiana bernuansa seni, kreatifitas dan ramah lingkungan. Seni karena kami melakukan ktifitas menyalurkan potensi seni membuat barang bekas menjadi barang bernilai seni. Bernilai kreatifitas karena kami dituntut kreatif menjadikan barang yang tadinya tidak berharga menjadi barang bernilai. Bernuansa ramah lingkungan, karena kami memanfaatkan barang yang tadinya dibuang menjadi sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bisa dipakai ulang.

Saking semangatnya, kami tiba di lokasi acara yaitu di Kutakatik Art & Craft Class, pukul 08.30. Padahal acara baru dimulai pukul 10.00. Lokasi acara ternyata sebuah rumah unik dengan desain seni di kawasan perumahan Pondok Indah, sangat dekat dengan Pondok Indah Mall, tepatnya di Jl. Kartika 3 No. 28 Kebayoran Lama Jakarta Selatan.

Kelas kreatifitas Kutakatik berada di lantai dua rumah bercat putih itu. Ruang kelas kreatifitas terletak di bagian depan ruang lantai dua yang tidak terlalu luas. Terlihat banyak hasil kreasi barang bekas yang dipajang di ruang ini, disamping peralatan untuk berkreasi seperti kotak-kotak plastik berisi alat dan bahan membuat kreasi. Tampak pula di ruangan ini meja panjang dan kursi kecil tempat anak-anak berkreasi dan meja agak tinggi dengan kursi plastic yang masih ada bekas cat. Mungkin ini adalah tempat berkreasi untuk anak-anak yang lebih besar. Di kelas seni dan kerajinan ini, peserta yang dibimbing adalah anak-anak berumur 3-14 tahun.

[caption id="attachment_207775" align="aligncenter" width="448" caption="Hasil kreasi yang dipajang di ruang kelas Kutakatik art & craft class"]

13485431702018784037
13485431702018784037
[/caption]

Tepat pukul 10.00 acara dimulai. Seorang wanita energik memulai acara dengan memperkenalkan Urbanesia. Saya bertanya pada Mbak Lia dari Urbanesia karena saya terlewat sebentar ketika acara dimuali, siapa nama Mbak itu?

“Itu Mbak Selina Limman, owner Urbanesia.com.”

“Oooh…” sergah saya.

[caption id="attachment_207777" align="aligncenter" width="336" caption="Selina Limman memberi penjelasan singkat tentang acara Get Urbanized"]

13485432452015349384
13485432452015349384
[/caption]

Mbak Selina menjelaskan lebih lanjut tentang misi Urbanesia.com yang ingin membantu warga Jakarta dan sekitarnya mencari lokasi bisnis lokal. Di Urbenesia juga tersedia ruang bagi bisnis lokal untuk mempromosikan bisnisnya di situs yang bekerja sama dengan Kompas Cyber Media ini (KCM).

Sambutan berikutnya beralih pada pengelola Kutakatik Art & Craft Class yaitu Mbak Raya. Mbak Raya dengan latar belakang seni, bersama saudaranya Mbak Kyra, senang mengoleksi barang-barang yang lucu dan unik dari bungkus makanan, tempat minuman dan barang bekas lain. Akhirnya mereka kemudian memiliki ide untuk mengolah baran-barang bekas yang bisa diaplikasikan menjadi sebuah keterampilan untuk anak-anak.

[caption id="attachment_207778" align="aligncenter" width="448" caption="Mbak Raya, memperkenalkan usahanya, Kutakatik Art & Craft Class"]

13485433271534843109
13485433271534843109
[/caption]

“Tidak semua mainan itu harus baru. Mainan atau barang yang bernilai bisa dibuat dari barang-barang yang tadinya tidak terpakai. Ini juga bisa menjadi sebuah aktifitas pilihan bagi anak-anak sehingga tidak selalu anak-anak itu menonton. Dengan barang bekas, mereka bisa berimajinasi sebebas mungkin. “

Demikian yang saya tangkap dari perkenalan Mbak Raya dengan usaha kelas seni dan kerajinan barang bekas ini.

Akhirnya waktu bercengkrama dengan barang bekas dimulai. Semua peserta termasuk anak-anak mulai sibuk dengan barang-barang bekas. Empat anak saya dan satu anak dari kompasianer lain (Pak Deni)juga sudah blepotan dengan lem. Sementara para Kompasianer yang mayoritas perempuan sudah asyik mengutak-atik barang-barang bekas untuk dijadikan karya seni. Mbak Selina, Mbak Raya, Mbak Kyra pun ikut asyik membantu kami menyiapkan kebutuhan kami serta mendampingi anak-anak berkreasi. Mbak Selina tampak asyik mengamati anak-anak berkreasi sementara Mbak Raya membantu anak-anak menyelesaikan kreasinya.

[caption id="attachment_207788" align="aligncenter" width="448" caption="Mbak Raya antusias membimbing anak-anal"]

13485443291959928230
13485443291959928230
[/caption] [caption id="attachment_207789" align="aligncenter" width="336" caption="Mbak Selina memasangkan "]
13485443832003812763
13485443832003812763
[/caption]

Mbak Lia (Ratu Amelia) dan Mbak Nisa (Admin Kompasiana) ngapain? Mereka juga sibuk kok. Sibuk jeprat-jepret sana sini.

[caption id="attachment_207790" align="aligncenter" width="448" caption="Kompasianer sibuk dengan kreasi barang bekasnya"]

13485444752099461716
13485444752099461716
[/caption]

“Sudah!” seru anak saya, Aisyah.

Dia membuat kreasi seru yang saya tidak tahu bentuknya. Sementara Nuha dan Fauq , anak pertama saya membuat robot. Saya tertarik menjadikan kaleng snack menjelma jadi pohon. Sementara Muthi anak kedua saya menjadikan barang bekas dikreasikan jadi mainan seperti kupu-kupu. Istri saya tak ketinggalan, membuat kaleng kripik diubah jadi mobil-mobilan. Adapun kreasi Kompasianer lain sangat beragam, unik, bagus dan menarik. Salah satu kreasi salah satu Kompasianer berupa ondel-ondel bertuliskan Fauzi Bowo dan Joko Widodo.

[caption id="attachment_207792" align="aligncenter" width="448" caption="Anak-ana dan hasil kreasi barang bekas mereka"]

1348544547432028794
1348544547432028794
[/caption] [caption id="attachment_207793" align="aligncenter" width="448" caption="Kreasi kompasinaers, bagus, bagus, bagus"]
13485446361209541405
13485446361209541405
[/caption]

Semua peserta akhirnya berkumpul dengan “mainan” masing-masing untuk didokumentasikan. Kami bangga dengan hasil kreasi masing-masing. Sebagian Kompasianer ada yang tertarik untuk mengembangkan usaha ini.

Memang, usaha kelas seni dan kreatifitas ini tidak banyak. Bagi banyak orang, bungkus makanan dan minuman seringkali dianggap sampah, namun tidak demikian dengan Mbak Raya dan Mbak Kyra. Mungkin juga banyak orang tidak mau ribet atau repot mengumpulkan dan merubah barang bekas. Di tangan kreatif dua bersaudara ini, barang bekas ini justru mejelma menjadi sarana penyaluan seni dan kreatifitas.

Aktifitas dengan nuansa pendidikan seni dan penyadaran lingkungan yang dimulai sejak empat tahun lalu ini, juga mendatangkan keuntungan materi. Menurut Mbak Raya, paling tidak tiap bulan, kelas seni dan kerajinan ini bisa mendapat pendapatan Rp. 2.5 juta.

Apa keunggulan lain dari Kutakkatik selain mengolah sampah dan mengemangkan imajinasi? Mbak Raya memberi penjelasan singkat:

“Kami selalu menekankan bahwa hasil karya anak-anak tidak ada yang jelek, bahwa masing - masing anak mempunyai keunikan sendiri-sendiri, kami tidak pernah memberikan nlai khusus”

“Setelah barang-barang ini jadi, apakah kemudian dijual sebagai souvenir, misalnya? “ tanya saya.

“Sampai saat ini kami belum menjual hasil karya barang bekas ke konsumen, kami masih berkonsentrasi ke ''pendidikan'' untuk anak - anak, membantu anak-anak menggali kreativitas mereka, sebagai wadah untuk mereka berkreasi.”

Wah, menari sekali bukan? Sambil mengolah sampah, mendidik seni dan kratifitas juga memberi altenatif edukasi yang menggali imajinasi anak-anak. Sebuah usaha yang patut didukung.

Sebagai penutup,saya ingin mengutip sebuah pesan yang disampaikan oleh Mbak Raya, tentang bagaimana memulai dan mengembangkan usaha kelas seni dan keatifitas dari barang bekas :

“Yang pasti kemauan dan ketekunan serta niat baik. Juga kesadaran bahwa tidak selalu senang- senang yang dikerjakan, tapi juga ribet (buat sebagian orang) nya dalam mengumpulkan dan membersihkan serta menyimpan barang - barang bekas yang akan digunakan nantinya. Juga kesabaran dan kemampuan diri sendiri 'mampukah kita mengajar, baik itu anak-anak atau dewasa. Karena kalau tidak, tujuan dan niat yag baik diawal belum tentnu bisa terlaksanakan dengan baik.”

Salam ramah lingkungan!

Silahkan kunjungi juga Urbanesia.com dan Kutakatik Art & Craft Class

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun