Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sekuntum Cinta Amarilys

21 September 2012   16:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:02 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_207055" align="aligncenter" width="466" caption="Bunga Amarilys Oranye"][/caption] Oleh : Achmad Siddik Thoha

....Saat kupandangi Amarylis, terbayang dipikiranku segumpal awan yang menyemai uap air. Ketika kusentuh ia, terlintas pula titik-titik hujan yang jatuh membelai lembut permukaan tanah. Terpikir juga olehku mineral dalam tanah yang membuat tanah subur. Aku juga melihat matahari yang menghangatkan dan udara yang menyejukkan menelusup masuk ke tubuhnya. Kubayangkan sederet waktu, segunung ketekunan dan selangit cinta orang-orang yang merawatnya....

Taman dengan berbagai bunga cantik dan pepohonan teduh menarik perhatian seorang pemuda. Dia sangat takjub dengan lukisan indah yang tersusun dari berbagai warna, corak dan bentuk tanaman indah. Dia penasaran ingin mengetahui siapa yang merawat taman ini.

Seorang pria tua sedang duduk sambil mengamati bunga Amarilys yang tampak mekar. Amarilys menampilkan mahkota merah yang menakjubkan. Ia sering disebut bunga hujan. Sangat serasi dengan pohon peneduh yang menaunginya, Trembesi, Sang Pohon Hujan (Samanea saman). Bunga hujan yang menyejukkan, tumbuh menebar cinta dibawah kesejukan dan keteduhan Pohon Hujan.

”Pak, boleh saya bertanya, siapakah yang merawat taman ini?” Pemuda memulai pembiacaraannya dengan pria tua itu.

”Saya sendiri, nak.” Pria tua memandang pemuda itu dengan tatapan teduh. Seteduh Trembesi.

”Apa rahasianya sehingga bunga dan tumbuhan lain disini tumbuh subur dan menampilkan keindahannya yang menakjubkan? ”

”Kamu tahu mengapa aku duduk berlama-lama memandangi bunga Amarilys ini?” ”Tidak, Bapak. Dan sepertinya Bapak melakukannya setiap hari.” ”Benar, aku memandangi Amrilys dan tumbuhan lain di Taman ini setiap saat sebelum aku memulai bekerja da sebelum meninggalkan taman ini.”

”Mengapa, Bapak harus melakukannya, apakah Bapak takut tumbuhan ini rusak?” Pria tua itu terdiam. Pandangannya kemudian dialihkan kembali ke Amarilys cantik di sisi kanan dia berdiri. Dia menunjuk ke salah satu kuntum bunga hujan.

”Coba kamu lihat iini. Apa yang kamu lihat dari bunga ini? Pemuda itu bingung. Dia tidak paham apa maksud pertanyaan itu. Dia menjawab agar pria tua itu tidak kecewa.

”Bunga ini sangat indah dan pasti banyak yang menyukainya. Harganya juga past mahal, Pak”

”Begitu saja?” Pria tua menimpali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun