[caption id="attachment_209158" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]
“Gak usah, Pak! Saya tidak boleh menerima ini.” “Biarlah, Pak, tidak usah.” “Tidak perlu, Pak. Ini sudah kewajiban saya.”
Begitu jawaban beberapa staf Manggala Agni Kapuas yang saya sodorkan uang karena sudah mengantar saya ke beberapa lokasi tempat saya mencari data penelitian. Saya heran, mengapa mereka tidak mau menerima uang untuk sekedar pengganti bahan bakar kendaraan mereka. Padahal mereka berhak menerima ini karena mereka bekerja di luar tugas kantornya. Faktanya mereka tidak mau menerima uang sekedar ucapan terima kasih. Mengapa mereka bersikap demikian? Sebuah sikap yang saya anggap sangat jarang dilakukan pegawai di sebuah instansi pemerintah.
Staf Manggala Agni Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Kapuas Kalimantan Tengah memang bukan PNS (Pegawai Negeri Sipil). Mereka adalah staf kontrak dimana setiap tahun kontraknya diperpanjang. Sama seperti staf honorer di tempat instansi pemerintah umumnya. Apakah staf kontrak di lingkungan PNS memang tidak mau diberi tip atau uang jasa ketika mereka melaksanakan tugas, atau bahkan diluar tugas mereka? Itu seperti pernyataan “ngarang” bagi pihak lain, khususnya mereka yang sudah kenyang diminta biaya “siluman” oleh “oknum” pegawai pemerintah.
Saya pernah mengurus Surat Kuning dari Dinas Tenaga Kerja sebuah kota di Jawa Barat beberapa tahun silam. Di depan gedung kantor sudah tertempel pengumuman bahwa pengurusan Kartu Kuing tidak dipungut biaya apapun. Saya pun tenang setelah mendapat kartu kuning dan langsung ‘ngeloyor’ keluar kantor. Ternyata ada pegawai yang mengejar-ngejar saya meminta uang tip. Saya tidak tanggapi dan saya tinggal dia pergi.
Esok harinya, Kartu Kuning tidak diberikan dulu ke pemohon sebelum melewati “meja pembayaran”. “Meja pembayaran” itu hanyalah akal-akalan oknum pegawai yang ingin mendapat keuntungan dari kebutuhan masyarakat. Terlalu. Semoga saat ini sudah berubah
Banyak cerita lain dari pengalaman teman-teman yang mengurus surat-surat harus membayar biaya yang sama sekali tidak ada ketentuannya. Bahkan sudah dipasang di luar kantor bahwa “Semua Pegurusan Surat-surat GRATIS” ternyata tetap saja masyarakat diminta sejumlah uang kalau ingin selesai. Contoh nyata adalah pengurusan KTP lama (Kartu Tanda Penduduk). Sudah ada Peraturan Walikota di Kota bahwa Pengurusan KTP GRATIS, tetap saja pegawai di kelurahan minta uang jasa. Kalau kita ngotot tidak memberi sejumlah uang, berkas kita bisa bisa “hilang” Kalau ada yang bayar dengan jumlah besar, langsung berkas itu ada di urutan teratas.
Kembali ke sikap terpuji yang diperlihatkan oleh staf Manggala Agni Kapuas, ini memang wajib dicontoh pegawai lainnya. Mereka bersikap tulus dan ikhlas dalam melayani, bahkan mengorbankan milik mereka. Mereka bertindak sebagai pelayan masyarakat yang sebenarnya. Sementara disisi lain, Mereka para pegawai yang sudah digaji pemerintah dari tugasnya, banyak yang baru mengerjakan kewajibannya dengan “benar” bila ada tip atau uang jasa dari warga yang membutuhkan pelayanan. Boro-boro mau melayani atau bahkan berkorban, malah mereka mencari-cari kesempatan untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya dari tugasnya.
Perilaku terpuji staf Manggala Agni Kapuas seolah menjadi Oase dari deretan panjang perilaku korupsi pegawai dan pejabat pemerintah yang banyak terkuak di publik. Menurut pengamatan saya, perilaku terpuji mereka tak lepas dari didikan “keras” dari pimpinan di kantornya. Sang pemimpin tak jemu-jemu mendidik agar mereka jangan coba-coba berlaku curang dan buruk dalam bekerja. Sang pimpinan ini tidak hanya memerintah dengan kekuasannya, namun beliau mencontohkan perilaku yang jujur, disipilin dan tegas. Meski pimpinan staf Mangga Agni ini disiplin dan tegas, beliau ternyata sangat disukai karena juga sangat dekat dihati bawahannya dan mengayomi mereka. Inilah rahasianya, mengapa pegawai kontrak di Manggala Agni tidak mau menerima uang “tambahan” dari pelayanan yang memang sudah seharusnya dia berikan pada masyarakat.
Masih ada sosok yang bersih dan melayani di instansi pemerintah. Masih ada mutiara di kubangan lumpur. Percayalah, masih ada orang bersih dan patut dicontoh kebersihannya di lingkungan instansi pemerintah di negeri ini.
Salam bersih dan jujur!