Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemimpin Kita Diingatkan oleh Serial OMAR

19 Agustus 2012   12:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:32 1216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Serial OMAR (MBC Group)

[caption id="" align="alignnone" width="640" caption="Serial OMAR (MBC Group)"][/caption]

Tangis seorang Arab yang tersedu sungguh memilukan. Wafatnya pemimpin besar dengan kehidupan penuh kesahajaan meninggalkan kesan mendalam dari rakyatnya. Pemimpin yang tak sepadan antara kekuasaan dengan fasilitasnya. Pemimpin yang nyenyak tidur bahkan dibawah pohon kurma. Pemimpin yang mau mendengar keluhan dari rakyatnya kapanpun dan dimanapun. Pemimpin yang tak mau makan lebih enak dibandingkan rakyatnya. Pantas, tangisan sendu mengiringi pemimpin besar yang dikagumi umat manusia di zamannya.

Begitulah akhir kisah yang menutup tayangan Film OMAR : Umar bin al-Khattab yang ditayangkan MNCTV sebulan penuh. Hari ini, di hari Raya Idul Fitri 1433 H (19/8/2012), tiga epioside sekaligus ditayangkan. Tadinya OMAR ditayangkan saat sahur, pukul 04.00 – 05.00, namun hari ini MNCTV menayangkan mulai pukul 13.00. Sungguh tepat rasanya hari di hari kemenangan, saya menyaksikan akhir kisah dalam film yang menginpirasi ini.

Saya agak menyesal karena baru punya konsentrasi menyimak tayangan bermutu di Bulan Ramadhan ini justru di sepuluh episiode terakhir. Tak apalah, justru saya bisa secara khusus menyimak bagaimana pergantian Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq ke Umar ibnu al-Khattab (Umar). Pergantian yang nyaris tanpa gejolak dan disambut dengan kesedihan oleh Umar karena menurutnya kepemimpinan adalah beban yang sangat berat.

Banyak kisah yang tidak mungkin saya ulas dalam tulisan pendek ini. Beberapa cuplikan penting yang membuat saya terkesan dalam film inilah yang akan menjadi catatan dalam tulisan ini. Catatan ini sebagai pengingat diri saya yang menjadi pemimpin, minimal buat diri dan keluraga saya. Catatan tentang bagaimana seorang pemimpin memberikan keteladanan sikap dan akhlak dalam menjalankan tugasnya.

Beberapa teladan yang bisa ditiru oleh kita semua khususnya pada pemimpin dari perikehidupan Umar dalam Film OMAR adalah sebagai berikut :

1. Umar sangat takut hartanya tercampur dengan harta dari negara. Ini sangat berkesan bagi saya. Beberapa cuplikan film menayangkan bagaimana Umar selalu bertanya, “Dari mana makanan ini?” Pernah suatu ketika Umar meminum susu yang rasanya berbeda dari biasanya. Ajudan Umar menjelaskan bahwa ini susu dari unta yang dikelola Negara. Umar marah dan tidak ingin harta negara dimakan olehnya. Meski istrinya menegur Umar bahwa itu adalah haknya, Umar tak bergeming. Bagaimana pemimpin zaman ini khususnya di dekat kita? Mereka justru banyak yang memakai fasilitas Negara untuk memperkaya diri, keluarga dan golongannya. Korupsi telah menjadi perilaku banyak pemimpin di sekitar kita.

2. Harta Umar dan keluarganya diserahkan untuk negara dan dirinya memilih hidup bersahaja. Lihatlah selama tayangan film berlangsung, apa fasilitas yang dinikmati Umar? Rumah yang sederhana, pakaian yang hanya dua potong dan terkadang tidur di masjid atau dibawah pohon. Sebuah ungkapan yang mengharukan yang keluar dari lisan Umar,

“Aku adalah pemimpin yang buruk bila aku makan makanan yang lebih enak dari rakyatku”

Oh, sungguh sulit menemukan pemimpin dengan kekuasaan yang sangat besar rela menyerahkan hartanya dan memilih hidup sangat sederhana. Bukan sebaliknya, banyak pemimpin justru mengeruk dan menilep harta negara atas nama program pembangunan.

3. Umar tidak pandang bulu dalam menerapkan hukum. Umar memiliki ketegasan dalam memutuskan sesuatu. Dalam tayangan film, pernah beliau mendapat keluhan bahwa anak dari Amr bin Ash, Gubernur Syiria saat itu, melakukan tindak kekerasan pada rakyat jelata. Rakyat jelata tersebut meminta keadilan pada Amirul Mukminin, gelar Umar saat itu. Sungguh mengejutkan yang terjadi. Umar mempersilahkan Sang Rakyat membalas perlakuan kasar tersebut pada anak Amr bin Ash dan sekaligus pada diri Amr bin Ash sendiri. Padahal saat itu posisi Amr bin Ash dalah seorang Gubernur. Amr bin Ash sendiri juga sahabat utama Rasulullah SAW. Namun hukum tetap ditegakkan siapapun dia. Inilah yang membuat rakyat sangat terkesan dan menjuluki Umar sebagai pemimpin yang adil. Bandingkan dengan kondisi pemimpin saat ini. Apa yang akan mereka lakukan bila menghadapi kasus hukum yang melibatkan orang dekat atau yagn berjasa besar pada seorang pemimpin. Itulah tragedi hukum yang saat ini membelenggu keadilan di sekitar kita. Pemimpin dan hakim hanya tegas pada rakyat jelata dan menutup-nutupi kesalahan pejabat dan kalangan elit.

4. Umar selalu berbaur dan terjun ke bawah untuk mengetahui kondisi rakyatnya. Ini yang sangat fenomenal dari kepemimpinan Umar. Beliau punya kekuatan untuk menggunakan waktu-waktunya berkeliling memantau dan mendengar keluhan rakyatnya secara langsung. Tidak hanya itu, beliau justru langsung mengeksekusi permintaan rakyatnya. Kisah bagaimana Umar memanggul tepung dipundaknya sendiri untuk diberikan pada rakyatnya yang kekurangan pangan sudah cukup mewakili tanggung jawabnya yang begitu besar sebagai pemimpin. Beliau selalu menangis, khawatir ada seorang rakyat yang sengsara akibat kepemimpinannya. Lalu bagaimana dengan kondisi pemimpin di lingkungan kita? Pemimpin saat ini lebih memilih mendengar kondisi rakyat dari data, informasi dan kajian orang lain. Mereka dengan bangganya memperlihatkan capaian angka-angka namun buta dengan fakta. Mereka malas dan malu bergaul dengan rakyat karena tidak mau bertanggung jawab sendiri dengan janji-janji politiknya. Pemimpin di sekitar kita saat ini lebih memilih mengambil jarak dengan rakyat. Rakyat hanya mendapat keluh kesah mereka sedangkan mereka tidak peduli dengan keluh kesah rakyatnya.

5. Umat tak segan-segan mengganti pejabat yang menyimpang atau tidak bekerja sesuai perintah. Umar sangat konsisten dalam menerapkan pemerintahan yanga adil dan bersih. Ketika ditemukan ada pejabat yang dinilai melenceng seperti mengelola kekayaan negara dengan tidak benar atau kebijakannya hanya menguntungkan keluarganya, maka Umar langsung menggantinya. Umar tidak ingin ada pejabat pemerintah yang menjalankan kebijakan atas kemauannya sendiri dan tidak mengacu pada hukum yang berlaku. Dan sungguh menakjubkan, pejabat yang diganti dengan lapang menerima pergantian tersebut. Ini bisa diwakilkan dalam cuplikan bagaimana Umar mengganti Khalid bin Walid dan Saad bin Abi Waqqash sebagai pejabat pemerintah meski keduaya sahabat utama Rasulullah dan banyak jasanya. Bagaimana dengan kondisi pemimpin di sekitar kita? Pembiaran demi pembiaran atas penyimpangan pejabat membuat pemerintahan dikungkung masalah demi masalah. Akhirnya tingkat kepercayaan rakyat menurun akibat ketidaktegasan pemimpin dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan professional.

6. Umar mau mendengar dan menerima kritik rakyatnya. Seorang wanita di zaman itu pernah mengeluhkan urusan mahar yang sangat tinggi yang ditetapkan kaum wanita. Ketika itu, Umar Bin Khattab berinisiatif memberikan batas maksimal mahar yaitu sebesar 400 dirham. Namun segera saja dia menerima protes dari para seorang wanita dan memperingatkannya dengan sebuah ayat Alquran. Umar mengakui bahwa pendapat wanita tersebut benar dan dia salah. Akhirnya Umar tidak jadi membatasi besaran mahar setelah mendengar pendapat dari rakyatnya. Lalu bagaimana dengan kondisi pemimpin di sekitar kita? Mereka banyak yang menganggap kritik sebagai sebuah serangan. Kritik dari rakyat tidak dianggap dan tetap bersikukuh dengan pendapat yang diambil dari orang-orang dekatnya saja. Pemimpin zaman ini seolah buta dan tuli dengan aspirasi rakyatnya. Duh, kapan pemimpin yang peka dan peduli seperti Umar hadir?

Masih banyak inspirasi lain dari kepemimpinan Umar yang sangat fenomenal. Sebuah kisah teladan yang takkan lekang ditelan masa dan tak luntur dengan bergantinya generasi. Tak ada salahnya, para pemimpin selalu menyimak kisah-kisah dalam Film OMAR agar selalu ingat bahwa kepemimpinan adalah amanah yang sangat berat pertanggungjawabannya disisi Allah dan di sisi manusia. Agar para pemimpin selalu bersama rakyat tidak mengabaikan rakyat. Supaya pejabat tidak sewenang-wenang karena ada pemimpin yang siap mengingatkannya. Agar harta bukan untuk dimasukkan dalam hati, cukup digenggam oleh tangan. Supaya keadilan hukum dan kesejahteraan secara adil dirasakan oleh rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun