Mahasiswa asing itu hanya tersenyum. Entah apa makna senyumnya. Senyum senang atau senyum hanya untuk menenangkan hatinya karena sangat khawatir dengan bentuk perhatian yang berlebihan padanya.
Saya merasa maklum pada orang desa di Kalimantan yang sangat tertarik dengan kehadiran orang asing di kampungnya. Ketertarikan mereka ditunjukkan dengan hal yang positif dengan cara memberi banyak informasi untuk membantu kelancaran saya dan teman mahasiswa asing. Bukan mengekploitasi kehadiran orang asing dengan cara “memeras” mereka. Tentu saja ini sangat menguntungkan bagi saya, karena urusan penelitian saya juga terbantu dengan pelayanan warga yang ramah, menyenangkan dan bersahabat.
“You have to take pictures with them” saya meminta mahasiswa asing itu berfoto dengan warga yang sudah member informasi yang dia butuhkan. Dia menurut dan percaya pada saya. Ini menjadi bukti bahwa saya bisa menyuruhnya tanpa ada hambatan.
Menguasai bahasa memang bisa menguasai seseorang. Namun bahasa yang fasih tanpa kepercayaan, orang tidak akan tunduk dan patuh pada kita. Sebaliknya, bahasa sederhana bisa membuat orang nyaman dan patuh dengan kita karena kita dipercaya.
Salam
*Kapuas, 17 Juni 2012 (catatan penelitian)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H