Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menengok Desa Penghasil Emas di Kalimantan

17 Juni 2012   11:27 Diperbarui: 4 April 2017   18:26 28431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berapa panen yang mereka peroleh? Menurut salah satu warga yang pernah ikut menambang emas dengan metode sedot pasir, bila mereka beruntung, tim penambang bisa mendapat bijih emas seberat 1- 2 ons . Harga bijih emas paling murah dijual ke pengumpul seharga Rp. 100.000/gram. Kalau sebesar 1 ons berapa? Nilai ini tentu harus dibagi-bagi ke beberapa penambang yang ikut dalam kegiatan pemanenan emas ini. Tentu saja bagian terbesar adalah pemilik mesin sedot yang biasanya juga pemodal kegiatan penambangan. Ini penuturan salah satu warga yang bisa saja tidak sama antar mereka.

Selain pemanenan emas model lubang dalam atau sedot pasir di darat, ada pula penambang emas melakukan penyedotan dan penyarigan pasir yang mengandung emas di atas sungai dimana warga Kapuas jamak menyebutnya dengan Sistem Lanting. Sistem Lanting adalah penambangan emas di tengah sungai dengan alat penyaring yang terapung. Aktifitas penambangan emas masyarakat dengan system ini banyak ditemukan di sepanjang Sungai Kapuas dari Desa Pujon menuju Desa Jangkang.

[caption id="attachment_188678" align="aligncenter" width="448" caption="Instalasi alat penyedot dan penyaring pasir penambang emas rakyat di pinggiran Sumgai Kapuas dekan Desa Pujon (dok. pribadi Juni 2012)"]

13399316301714134783
13399316301714134783
[/caption]

Sistem penambangan dengan lubang dalam yang menghasilkan tailing atau limbah pasir bercampur Merkuri yang merusak hutan dan air sungai. Sistem Lanting yang menyedot pasir di sungai langsung, yang menyebabkan air keruhdan tercemar bahan kimia serta mengakibatkan pendangkalan sungai.

[caption id="attachment_188679" align="aligncenter" width="448" caption="Air limbah hasil kegiatan penambangan emas rakyat di Desa Pujon (Dok. pribadi April 2012)"]

1339931717867209061
1339931717867209061
[/caption] [caption id="attachment_188680" align="aligncenter" width="448" caption="Areal Hutan yang rusak akibat timbunan pasir hasil kegiatan penambangan emas rakyat (dok. pribadi April 2012)"]
1339931808429347028
1339931808429347028
[/caption] [caption id="attachment_188681" align="aligncenter" width="448" caption="Kondisi Sempadan sungai Kapuas di Dekat Desa Pujon akibat timbunan pasir dari kegiatan penambangan emas rakyat (dok. pribadi Jumi 2012)"]
13399318841017882225
13399318841017882225
[/caption]

Dua sistem ini hampir mengubur cara pendulangan emas metode tradisional yang hanya memakai alat penyaring kayu berbentuk bulat seperti piringan hitam yang besar. Seperti yang saya temukan di pinggiran alur sungai di dekat Desa Bajuh Kapuas Tengah, dimana seorang ibu mendulang emas dengan metode tradisional. Seorang ibu yang dipanggil dengan Nami mempraktekkan cara mendulang emas pada saya dan teman-teman survei. Ibu Pendulang emas itu memisahkan kerikil, pasir dan bijih emas. Tidak sampai satu menit, butiran-butiran emas kembali kami lihat di piringan hitam besar yang terbuat dari kayu itu. Lalu Sang Ibu memasukkan hasil saringan tersebut dalam toples plastik beserta pasir Zirkon. Sederhana dan ramah lingkungan. Tanpa air raksa dan limbah pasir yang menggunduk merusak aliran pohon, air dan tanah.

[caption id="attachment_188682" align="aligncenter" width="448" caption="Penambang emas tradisional dengan cara menyaring pasir dengan piringan terbuat dari kayu (dok pribadi April 2012)"]

13399319651112050629
13399319651112050629
[/caption]

Apa dampak perekonomian bagi warga desa? Tentu saja sangat jelas terlihat. Di Desa Pujon, ibukota Kecamatan Kapuas Tengah, beberapa fasilitas modern telah terbangun. Ada menara salah satu operator seluler, jalan desa yang mulai di bangun dan aktifitas perekonomian yang makin ramai. Lima tahun lalu, menurut warga yang biasa berdagang di desa ini, saat ini Pujon sudah demikian berubah. Termasuk juga harga-harga barang. Contohnya seperti yang saya alami, hanya makan 3 porsi sarapan pagi sederhana saya sudah harus merogoh uang Rp. 60.000,- untuk membayarnya. Mahal bukan? Namun buat orang Pujon, harga seperti itu sudah normal karena penghasilan dari tambang emas sangatlah besar.

[caption id="attachment_188683" align="aligncenter" width="448" caption="Kondisi Pusat Desa Pujon (dok. pribadi Juni 2012)"]

1339932027938835400
1339932027938835400
[/caption]

“Disini, Pak. Mangga yang harganya Rp. 500,-/buah di Kuala Kapuas laku dijual Rp. 5.000,-. Harga tidak jadi soal.”

Demikian ungkap salah satu pedagang yang dulu sering bolak-balik Kuala Kapuas – Pujon menggambarkan betapa mudahnya mendapat uang di Desa penambang emas ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun