Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Nature

Cagub DKI, Siapa Peduli Lingkungan?

8 Juni 2012   09:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:15 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jelang kampanye politik pemilihan kepala daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Pilkada DKI), suasana makin panas. Dugaan kampanye hitam pada salah satu calon, politisasi produk otomotif, dugaan korupsi dan isu lain makin memanaskan perhelatan Pilkada paling ditunggu di Indoenseia. Namun saya tidak akan membahas hal yang membuat suasana panas. Saya justru tertarik pada kampanye sejuk. Kampanye sejuk yangs aya maksud adalah pesan kampanye salah satu calon yang mengusung isu lingkungan hidup di dalamnya.

Kampanye politik yang kreatif setidaknya bisa menggarap berbagai isu, salah satunya isu lingkungan. Apalagi penduduk Jakarta banyak dari kalangan terdidik. Kalangan terdidik inilah yang relatif lebih menerima dan tetarik dengan isu lingkungan. Sedangkan untuk kalangan menengah ke bawah, isu lingkungan harus bisa terkoneksi dengan isu lain salah satunya budaya.

Isu lingkungan yang menjadi salah satu konten kampanye calon gubernur DKI adalah mengembalikan salah satu identitas Jakarta dulu yaitu sebagai kota penghasil buah. Anda tentu sangat familiar dengan Kawasan Condet, Duren Sawit, Mangga Besar, atinegara, Jatiwaringin, Jatipetamburan, Jatipadang, Kampung Rambutan, Kebu Jeruk.. Nama-nama tersebut terkait erat dengan produk buah yang dihasilkan oleh daerah tersebut zaman dulu.

[caption id="attachment_186702" align="aligncenter" width="448" caption="Buah Gandaria"][/caption]

Sebut saja daerah Condet. Condet dulunya adalah kawasan penghasil Salak, Duku dan Emping Condet yang sangat terkenal. Menurut budayawan Jakarta Alwi Shabab yang dikenal dengan Abah Alwi, Salak Condet bagitu dikenal di masa lalu, karena rasanya manis dan masir. Jauh lebih manis dibanding salak pondoh dari Yogyakarta. Salak yang kini populer dan paling banyak dipasarkan di Jakarta, belum ada apa-apanya dibandingkan salak Condet, kata sejumlah warga di Condet, yang dulu memiliki kebun salak di kediamannya. Apalagi kalau dibandingkan salak Bali. Duku Condet tidak kalah manisnya dengan duku Palembang, yang kini juga banyak merajai pasar buah di Jakarta. Masih ada lagi buah-buahan lainnya, seperti sawo dan kecapi yang juga terkenal manisnya. Belum lagi melinjo, yang oleh rakyat Condet dijadikan sebagai emping. Pohon melinjo, menurut para sesepuh di Condet, jumlahnya pernah mencapai ratusan ribu pohon. Tak heran ketika itu industri emping melinjo menjamur. (Baca : Salak, Duku dan Emping Condet)

[caption id="attachment_186705" align="aligncenter" width="239" caption="Salak Condet"]

1339148625390943836
1339148625390943836
[/caption]

Abah Awi juga menegaskan bahwa Jakarta, dulunya juga banyak tumbuh pohon jati, yang hingga kini masih diabadikan untuk nama kampung dan tempat. Seperti Jatimurni dan masih banyak lagi. Hutan jati yang dulu banyak terdapat di Jakarta telah dikuras sejak masa VOC karena laku keras di pasaran internasional. (Baca : Kampung Tertua di Jakarta)

Abah Alwi juga menambahkan bahwa sempitnya lahan karena telah berubah menjadi perumahan, mengakibatkan pepohonan dan buah-buahan yang dulu sangat syarat kini hampir tidak ada. Padahal semua buah-buahan yang ada di Jakarta, seperti duku, salak, mangga, rambutan, durian dan masih banyak lagi tumbuh subur di sini. Menurut keterangan penduduk asli, buah-buahan ini sengaja ditanam Pangeran Ahmad Jaketra pada ketika hijrah. . (Baca : Kampung Tertua di Jakarta )

[caption id="attachment_186706" align="aligncenter" width="239" caption="Duku Condet"]

1339148658155006565
1339148658155006565
[/caption]

Bila ditelusuri lebih dalam, nama-nama daerah yang terkait buah-buahan tersebut merupakan akar budaya lahir dan berkembangnya kota Jakarta yang dulunya bernama Jayakarta. Mengembalikan identitas Jakarta Zaman Dulu artinya juga mengembalikan Jakarta menjadi Kota yang Sejuk, Asri, Merakyat dan Penuh Warna Warni.

Inilah yang menarik perhatian salah satu calon gubernur (cagub) DKI Hidayat Nur Wahid dan Didik J. Rachbini menjadi salah satu konten kampanyenya. Selain memiliki konsep strategis dalam penanggulangan banjir, pasangan Cagub DKI ini banyak menyampaikan ide dan aktifitas untuk mengembalikan ikon Kota Tua Jakarta yang lekat dengan pepohonan.

Kampamye Pelestarian Pohon Identitas Jakarta

Calon Gubernur DKI Hidayat Nur Wahid berencana menanam pohon mangga di kawasan Mangga Dua. Tidak cuma itu, dia juga akan menanam pohon rambutan di Kampung Rambutan, duren di Duren Sawit, dan tanaman buah lainnya di kawasan Jakarta yang menggunakan nama pepohonan. "Saya akan perbanyak pohon sesuai nama daerah," kata Hidayat ketika ditemui Tempo di kantornya, Selasa, 10 April 2012. (Baca Tempo.co : Hidayat Kritik Cara Tanam Pohon Pemda)

Pasangan Hidayat-Didik akan memperbanyak ruang terbuka dan menanam tanaman buah, karena beberapa nama kawasan di Jakarta juga diidentikkan dengan nama buah. "Ada Kampung Rambutan, Mangga Dua, Kelapa Sawit, Kebon Jeruk, Kebon Nanas dan lain lain. Di tempat-tempat itu rencananya akan ditanami dengan tanaman khas daerah itu, seperti di Kampung Rambutan yang akan diperbanyak dengan tanaman buah rambutan, sesuai dengan namanya," terangnya.

Di kawasan Monas Hidayat juga berencana menanami tanaman berbuah, jadi tidak hanya tanaman biasa yang terkesan menghijaukan. "Sehingga Jakarta dengan tanaman buahnya akan terlihat semakin hidup," Demikian pernyataan Hidayat Nur Tak tanggung-tanggung pasangan Hidayat-Didik menempatkan motif pohon buah-buahan di salah satu ikon kampanye mereka yaitu Batik Beresin Jakarta (Baca okezone.com: HNW Prioritaskan Pemugaran Kota Tua dan Bikin Batik Betawi)

Cagub lain yang penya program sejenis adalah Foke. Dalam acara Pekan Kepedulian Pemuda terhadap Lingkungan yang digelar Sudin Olah Raga Jakarta Utara di Stadion Sepak Bola, Gor Sunter, Sabtu(14/4/2012)., Fauzi Bowo juga membagikan 2000 bibit pohon kepada pemuda dan 1800 set perlengkapan olahraga Tenis meja kepada setiap RW yang ada di Jakarta Utara. Acara ini juga mendapatkan apresiasi dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dihadapan Sekitar 1000 pemuda yang memadati stadion tersebut.Selanjutnya, Foke menjelaskan, bahwa hari ini masyarakat Jakarta Utara yang punya acara, bisa mengukuhkan komitmentnya untuk menghijaukan Jakarta, dengan cara anak-anak mudanya berantusias menanamkan 2000 pohon di Hutan Kota Kecamatan Cilincing. (baca lensaindonesia.com : Bagikan Alat Olah Raga dan Tanam Pohon, Foke Pecahkan Rekor MURI). Di Masa Foke perluasan Ruang Terbuka Hijau memang gencar diupayakan, namun mengabaikan jenis lokal yang menjadi identitas dan kebanggaan warga Jakarta zaman dulu

Pasangan Jokowi Ahok, juga memiliki program serupa. Menurut Ahok, untuk masalah penghijauan Jakarta, pemerintahan Jakarta yang dipimpinannya bersama Jokowi nantinya akan menanam pohon buah-buahan sehingga nantinya warga Jakarta bisa menikmati hasilnya. Selain itu lanjut Ahok, selain bisa menikmati hasil, warga Jakarta bisa turut merawat dan menjaga tanaman buah-buahan tersebut. (Baca : KOTAK-KOTAK : Ahok Akan Hijaukan Jakarta dengan Tanaman Buah-buahan). Sayangnya Jokowi Ahok tidak secara detil menyebutkan buah-buahan yang akan dikembangkan dan dilestarikan.

Cagub Hendarji Soeandji juga menjadikan isu lingkungan menjadi tema unggulan dalam kampanyenya. Hendarji mengatakan dalam kunjungan ke Duren Sawit Jakarta Timur 29 Maret 2012 “Jakarta harus lebih hijau, dan jika saya terpilih nanti saya upayakan keberadaan ruang hijau minimal 20%,” kata Hendardji (Baca : Seputarindonesia.com : Hendardji Janji Hijaukan Jakarta) Program ini sangat umum dan belum secara detil mengaitkan identitas pepohonan yang zaman dulu menjadi ikon daerah secara sosial ekonomi dari Kota Jakarta.

Pasangan Faisal-Biem secara umum memiliki target untuk menghijaukan Jakarta melalui perluasan Ruang Terbuka Hijau hingga 40%. Menurut Faisal dia akan memperluas kembali ruang terbuka hijau hingga mencapai 40% di mana 30% adalah ruang hijau terbuka untuk publik, bukan ruang komersial atau pribadi. (Baca Faisal-biem.com : “Merawat Jakarta”). Menurut saya, pernyatan Faisal ini tidak secara jelas menyebutkan program pelestarian produk khas dan pepohonan yang khas Jakarta.

Adapun pasangan Alex-Nono, dari penelusuran berita di media saya belum menemukan program terkait pelestarian pohon. Alex pernah menyebutkan program Reboisasi terkait isu penanggulangan banjir. (Baca Kompas.com : “ Ini Ramuan Alex-Nono Atasi Banjir di Jakarta “ ).

Bagaimana menurut Anda. Silahkan Anda menganalisis, siapa Cagub DKI yang punya konsep dan stategi dalam membawa isu lingkungan menjadi andalan konten kampanyenya?

Saya berharap Jakarta yang dulu kembali seperti namanya. Kampung Rambutan semarak dengan pohon rambutan. Di Condet banyak salak, duku dan melinjo. DI Duren Sawit berlimpah pohon durian. Di Gandaria yak dijumpai anak-anak asyik memanjat pohon Gandaria. Di Kebun Jeruk, nikmat sekali bisa mencicipi buah jeruk yang manis. Di Mangga Dua, banyak orang yang menikmati manisnya buah mangga.

Kembalikan kejayaan Jakarta seperti dulu. Kota Penuh Pohon, Hijau dan Berbuah! Mungkinkah?

Salam Lestari Pohonku!

Sumber Gambar :

Gandaria Salak Condet Duku Condet

Baca juga :

Ini Janji-janji Cagub DKI Untuk Atasi Banjir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun