Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Rapat yang Menggemaskan Itu Akhirnya 'Menaikkan' Harga BBM

30 Maret 2012   17:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:14 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13331402501165101290

[caption id="attachment_179324" align="aligncenter" width="619" caption="Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com)"][/caption] Menonton siaran langsung sidang paripurna kenaikan harga BBM di gedung DPR/MPR tadi malam (30/03/2012) melalui TV, saya merasa gemas sekaligus geli. Para anggota dewan yang melakukan lobi antar fraksi selama 6 jam, memulai kembali rapat dengan pendapat yang bertele-tele. Hujan interupsi membuat Marzuki Ali, Ketua DPR sekaligus pimpinan rapat tesrulut emosinya dan menjadi tidak konsentrasi. Sampai-sampai Marzuki salah menyebutkan nama Fraksi PKS dengan Partai Keadilan Sosial. Setelah kesalahan yang di-‘clear’ kan dengan permintaan maaf, hujan interupsi yang tidak jelas dan berulang-ulang semakin memekakkan telinga. Anggota dewan dengan hak bicaranya yang besar seolah ingin menunjukkan kuasanya masing-masing. Pengaturan yang dilakukan pimpinan rapat sama sekali diabaikan. Ketok palu diacuhkan. Sungguh sebuah contoh yang buruk, bahwa sebagian anggota dewan susah diatur tidak patuh pada pemimpin rapat. Duh, gemas saya dibuatnya. Mentang-mentang masing-masing punya mikrofon di mejanya, mereka dengan bebas memotong pembicaraan sesama anggota dan memaksa berbicara meski nanti akan dapat giliran. Bahkan ada yang masih becanda dengan guyonan yang tak perlu disaat rakyat menonton keseriusan mereka. Oh, sungguh menggelikan. Pengambilan keputusan sudah akan diambil. Kembali beberapa anggota dewan mengulur-ulur waktu dengan berdebat masalah opsi, apakah memilih 7 Ayat 6 dengan isi pasal yaitu “harga jual BBM bersubsidi tidak boleh mengalami kenaikan” (opsi 1), atau pasal yang sangat bertentangan dengan pasal 7 ayat 6A yang berbunyi “pemerintah bisa menaikkan BBM bila harga minyak mentah dunia berfluktuasi lebih dari 15% dari asumsi” (opsi 2). Berputar-putar mereka berdebat hingga akhirnya semua menyetujuinya. Sebelum dilakukan “voting” saat pimpinan siding menawarkan perpanjangan waktu hingga pukul 01.00, kembali mengundang interupsi. Marzuki sampai kelabakan melayani interuptor. Sang interuptor yang merasa tidak dilayani malah “mutung” dan berkata, “Sak kareppmu dhewe, lah” Apa komentar Marzuki menyikapi liarnya interupsi ini? “Apakah saudara tidak bisa menghargai pendapat orang lain?” Kembali saya mendengar perdebatan yang bising dimana sebagian besar anggota dewan yang siap voting malah dimentahkan lagi dengan usulan tentang tata tertib. Ampuuuun. Apa yang terjadi berikutnya? Saya tidak begitu paham dengan tatib. Dua fraksi penolak kenaikan BBM (F-PDIP dan F-Hanura) memutuskan walk-out dengan alasan forum sidang paripurna tidak konstitusional. Ada apa ini? 93 suara tidak memilih. Malah jadi tidak jelas. Lalu keputusan walk-out ini malah disoraki, “Selamat Jalan Hanura…Selamat Jalan PDIP…selamat menjalankan tugas. Akhirnya voting dilakukan. Hasilnya 82 memilih opsi 1, dan 356 memilih opsi 2. Angka 82 hanya berasal dari FPKS dan F-Gerindra dan dua orang dari F-PKB. “Tolong, Mic-nya jangan dipukul-pukul” Marzuki Ali tampak makin gemas dengan anggota DPR yang susah diatur. Inilah jalannya sidang wakil rakyat kita. Apa mau dikata, mereka memutuskan untuk "menaikkan" harga BBM (Mengesahkan APBN-P 2012 dengan penambahan Pasal 7 ayat 6A), meski dengan alibi “tidak dalam waktu dekat” Salut buat anggota dewan yang menunjukkan konsistensinya “membela rakyat.“

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun