Viona Cantika. Nama yang indah dari seorang gadis cantik siswa Raudlatul Athfal (Taman Kanak-kanak) Baitul Ma’mur di Panji Permai Kecamatan Panji Kabupaten Situbondo Jawa Timur. Anak ini sangat antusias ketika kami ajak berwisata di Pantai Pathek Kecamatan Panarukan Situbondo. Bersama 13 anak lainnya, Viona nampak riang bermain di pantai yang indah itu. Sementara ibunya, Bu Sutarsih turut merasakan kegembiraan bersama kami setelah menerima bingkisan peralatan sekolah dari salah satu donatur. Viona tak lagi sedih meski teman-teman lainnya masih merasakan kasih sayang Ayah yang ia tak miliki sekarang.
“Apakah terus mau sekolah sampai tamat kuliah?” seorang anak muda melontarkan pertanyaan.
Viona dan teman-temannya menjawab serempak,
“Mauuuu.”
Viona dan 13 anak lainnya adalah anak yang mendapat bantuan pendidikan dari kami, sekelompok pemuda yang peduli pendidikan di Situbondo yang menamakan diri “Tunas Inspirasi Situbondo”. Kehidupan Viona yang sangat memprihatinkan dan kegigihan Bu Sutarsih untuk menyekolahkan anaknya, telah menggugah hati kami untuk mengulurkan tangan.
Ketika kami berkunjung ke rumah Bu Sutarsih, yang beralamat di Jl. Gunung Arjuno Mimbaan RT 02 RW 13 Kec. Panji. Kabupaten Situbondo, hati kami terenyuh. Rumah beliau masih berlantai tanah. Dinding rumahnya masih belum tuntas dikerjakan hingga masih terlihat batu bata yang belum berbalut semen. Kondisi rumah seperti itu pun karena ada bantuan rehabilitasi rumah dari Pemerintah Kabupaten Situbondo. Jauh sebelum ada bantuan dari pemerintah, rumah beliau belum layak huni.
[caption id="attachment_171318" align="aligncenter" width="336" caption="Bu Sutarsih dan Viona di depan rumahnya (dok. M. Nur Wahyudi)"][/caption]
Bu Sutarsih memang wanita tangguh. Tangguh karena dalam kondisi harus menjadi single parent akibat ditinggalkan suaminya selama tiga tahun yang tidak jelas pergi kemana, beliau bekerja apa saja untuk menyambung hidup. Beliau tak ingin kesedihan sebagai wanita yang tidak lagi dipedulikan suaminya membuat hidupnya runtuh.
Bu Sutarsih membuka warung keci-kecilan di rumahnya dengan dagangan yang tidak terbilang banyak. Beliau juga harus menambah penghasilan dengan menjadi tukang ojeg di komplek perumahan panji permai. Sangat langka kami temui ada tukang ojeg perempuan di kota kami. Bu Sutarsih tak pernah malu melakukan apa yang menjadi kewajibannya, meski terbilang tidak lazim. Meski hanya membawa pulang uang Rp. 300.000,- per bulan, ini sudah memadai baginya untuk bisa meneruskan hidupnya.
[caption id="attachment_171319" align="aligncenter" width="448" caption="Bu Sutarsih dengan Motor Ojegnya (dok. M. Nur Wahyudi)"]
Demi masa depan Viona, Bu Sutarsih mendidik dirinya menjadi wanita tangguh. Demi tanggung jawab sebagai orang tua, Bu Sutarsih memberi semangat pada orang tua lain agar bercita-cita tinggi untuk masa depan anaknya. Membawa Viona ke sekolah adalah jalan yang tepat baginya, bukan menggiringnya ke jalanan menjadi pengemis atau peminta sumbangan dari pintu ke pintu. Bu Sutarsih ingin anaknya bisa sekolah setinggi-tingginya untuk memenuhi impiannya menjadi manusia yang bermanfaat.