Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

‘A Separation’, Cara Iran Menaklukkan Dunia

28 Februari 2012   07:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:48 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1330415580666510763

[caption id="attachment_165591" align="aligncenter" width="620" caption="Film "][/caption] He is a good person, decent person. Why do you want a divorce? He won’t come with me. My father. I can’t leave him. His Father has Alzheimer’s Does he even realize you are his son? I know he is my father He can’t come. So, what happens to me? Nothing, Go back to your life! Dialog di atas bisa Anda saksikan di Trailer film A Separation. Film lokal produksi Iran,ini berhasil mencuri perhatian dunia internasional dalam ajang Academy Awards 2012 yang berlangsung di Hollywood and Highland Center, California, Amerika Serikat (AS), Minggu (26/2/2012) atau Senin (27/2) waktu Indonesia. (Kompas.com) Sebelumnya, peluang film asal Iran untuk mendapatkan Oscar telah diawali oleh film Children of Heaven pada tahun 1997. Sayangnya impian untuk membawa pulang Oscar itu pupus setelah dikalahkan film asal Italia, Life is Beautiful. (baca juga film-film Iran lain yang mendunia yang ditulis oleh Rahmanraden : A Separation Bukan Film Iran Pertama di Oscar) Film garapan sutradara Asghar Farhadi ini dinobatkan sebagai film Berbahasa Asing Terbaik, setelah menyisihkan unggulan lainnya seperti Bullhead (Michael R. Roskam, Belgia), Footnote (Joseph Cedar, Israel), In Darkness (Agnieszka Holland, Poland), Monsieur Lazhar (Philippe Falardeau, Canada). Dialog sarat pesan humanisme ini menjadi kehandalan sineas Iran dalam menarik simpati dunia. A Separation berhasil menggugah penonton akan pesan-pesan sederhana yang ada kehidupan manusia di mana pun. Menurut harian Republika (28/2) film sederhana ini hanya menghabiskan dana US $ 800 ribu. Film dibuka dengan curah pendapat sepasang suami istri, Nader dan Simin di muka hakim. Simin (Leila Hatami), seorang istri yang menginginkan pindah ke luar negeri karena tempat yang ditempatinya dirasa tidak cocok untuk perkembangan Tarmeh (Sarina Fahardi), anaknya yang berumur 11 tahun. Namun Nader (Peyman Moaadi) tidak setuju karena harus merawat ayahnya yang sudah tua dan mengidap penyakit alzheimer. Karena Nader tidak menyetujui usul pindah ke luar negeri, Simin pun meminta cerai. Namun Nader tak memberikan talak. Sehingga perceraian yang diinginkan Simin tidak dikabulkan hakim. (selengkapnya lihat tulisan Samandayu : A Separation: Film Muslim yang Diapresiasi Besar di Dunia Internasional) Sutradara Asghar Farhadi menerima penghargan itu dan sempat bicara dalam bahasa Farsi. Asghar sendiri mengungkapkan kemampuan warga Iran untuk membuat prestasi di bidang budaya yang mendunia. Dia juga terus menerus menekankan bahwa karya mereka adalah tentang keluarga dan kemanusiaan, bukan politik. Sebelumnya, film ini berhasil juga menyabet penghargaan serupa di ajang Golden Globe. (Republika.co.id) Harian Republika (28/2) mengulas tentang film ini dengan judul Film Iran yang menghanyutkan Israel. Selain film ini dalam ajang Academy Awards menyisihkan film Israel Footnote, ternyata juga menjadi popular dan ditonton banyak warga Israel. Di Israel, warga berbondong-bondong menyaksikan film ini seolah lupa dengan konflik politik yang sedang terjadi antarmegara pemilik nuklir ini. Pemandangan jarang terjadi di sejumlah bioskop di Yerusalem. Ratusan warga Israel berjubel antre mendapatkan tiket film ini. Mereka rela menghabiskan dua jam agar hanyut ke dalam kisah keluarga di Teheran. Tercatat sudah 30 ribu warga Israel yang menonton film ini. Omer Dilian, manajer bioskop Lev Smadar di Yerusalem, mengatakan film A Separation seakan tak kehabisan penonton. Kalau film lain biasanya sepi pada hari kerja, A Separation tetap kebanjiran penonton. “Ratusan orang menonton film ini pada hari kerja,” kata Omer. CEO Lev Cinemas, Guy Shani, mengatakan imbas berita negatif Iran yang heboh selama beberapa bulan terakhir ternyata ikut berperan. Yair Raveh, kritikus film Israel dari majalah Pnai Plus, mengatakan A Separation adalah film dengan bintang yang sangat baik, naskah film yang cerdas, dan alur cerita yang mengalir rapi. “Tapi, yang paling penting adalah Anda tidak berpikir tentang bom nuklir atau ada diktator yang mengancam dunia (Ahmadinejad, presiden Iran --Red). Kita melihat bagaimana kehidupan di Iran. Melihat warga Iran naik mobil, nonton film di bioskop. Mereka sebenarnya sama seperti kita,“ kata Raveh. Film ini berhasil mengaduk-aduk emosi penonton dan membuat dunia seolah tak percaya bahwa ada kehidupan ‘normal’ yang berlangsung disana. Mereka hidup seperti umumnya warga dunia lain. Rumah mereka memiliki kulkas, mesin cuci dan perabot modern lainnya. Perempuan Iran juga bisa beraktifitas seperti umumnya wanita modern namun dengan pakaian yang sopan. Bayangan Iran sebagai negeri yang tertutup dan perempuannya yang terkekang oleh aturan agama yang ‘kaku’ pupus sudah oleh tampilan film ini. Lebih lanjut Harian Republika (28/2) memberitakan bahwa di Iran warga merayakan kemenangan A Separation di ajang Oscar. Mereka menonton siaran Oscar lewat internet dan menyebarkan kabar kemenangan ke seantero penjuru negeri lewat SMS. Terutama ketika tahu A Separation mengalahkan film Israel, Footnote. Televisi Pemerintah Iran mengatakan kemenangan A Separation adalah kemenangan Iran atas Israel. “Inilah kesuksesan industri film Iran mengalahkan film dari negara rezim Zionis,“ kata siaran televisi pemerintah. Asghar Farhadi, sutradara A Separation, dalam pidato kemenangannya di Oscar mengatakan, lewat film ini ia ingin dunia melihat Iran secara lengkap. Tak sekadar konflik Timur Tengah dan nuklir. “Ketika berita perang, intimidasi, dan agresi selalu dibicarakan oleh para politikus, di sini Iran bergaung lewat budaya. Lewat kekayaan kebudayaannya yang lama dibiarkan berdebu oleh para politikus,“ kata Asghar. Beginilah cara lain Iran menaklukkan dunia, belum dengan nuklirnya, tapi dengan filmnya. Bisakah Indonesia menaklukkan dunia lewat budaya melalui film seperti Iran? Atau negeri ini juga akan hanyut oleh film ‘A Separation’? Kita tunggu karya emas anak bangsa ini. *** Ulasan lengkap Film A Separation di Harian Republika (28/2) juga bisa diakses di Film Iran yang Menghanyutkan Israel Trailer Film A Separation bisa dilihat disini :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun