Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Kriuk-kriuk Belalang Goreng Gunung Kidul

27 Februari 2012   03:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:57 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_165297" align="aligncenter" width="604" caption="Belalang Goreng Gunung Kidul (dok. pribadi)"][/caption] Malam itu saya dan kawan-kawan dari Universitas Brawijaya Malang (UB) berkumpul di ruang pertemuan Kelompok Tani Hutan Sedyo Makmur Desa Ngeposari Semanu Gunung Kidul. Kami mendiskusikan pelaksanaan praktek lapangan pengukuran potensi karbon di hutan. Diskusi ringan penuh keakraban tiba-tiba terhenti oleh hidangan yang aneh. Apa gerangan hidangan itu? Beberapa piring beling putih berisi tumpukan berwarna hitam. Hidangan lain adalah menu makan malam berupa nasi, sayur lodeh temped an krupuk. Pak Tambiyo tuan rumah yang juga Ketua KTH dengan ramah mempersilahkan kami untuk menyantap hidangan itu. Semua terdiam dan saling berpandangan termasuk saya. Sampai saya kemudian bertanya, “Apa itu, Pak?” Saya menunjuk sebuah piring yang berisi tumpukan ‘benda’ hitam kecil-kecil. “Belalang Goreng .” Beberapa orang kaget dan sebagian biasa saja. Saya termasuk yang antusias mendengar jawaban Pak Tambiyo. Tanpa ragu saya langsung ‘mengeruk’ Belalang Goreng dan menuangkannya di atas piring makan yang sudah tertumpuk nasi dan sayur. “Kriuk…kriuk…kriuk” suara renyah Belalang Goreng bersahutan dari mulut kami. Saya begitu menyukai Belalang Goreng ini. Selain renyah, rasanya gurih. Menurut teman saya, belalang kaya akan protein. Kelezatan kuliner unik Gunung kidul ini terletak pada rasa khas bumbu kecap yang meresap ke semua bagian belalang. Menurut Pak Tambiyo, belalang-belalang ini memang banyak dijual di pasar dan dipinggir jalan di daerah Kabupaten Gunung Kidul. Penjual belalang menjalin belalang dengan senar satu-persatu hingga membentuk rentengan memanjang. Harga belalang mentah berkisar Rp. 20.000 – Rp. 25.000 per renteng. Penjual menangkap hewan yang gesit ini di hutan, sawah dan ladang petani. Meski banyak ditangkapi, belalang ini tidak akan habis karena populasinya tersedia sangat melimpah. Bahkan kalau tidak ditangkapi belalang ini akan menjadi hama dan merugikan petani. Petani menangkapi belalang dengan cara manual dengan tangan atau jaring tangan, tanpa merusak habitat mereka. Cara memasak Belalang Goreng tidaklah sulit. Cukup dibuang bagian punggungnya (karena rasanya pahit), lalu belalang tersebut dibacem (direbus sampai airnya habis). Bumbu bacemnya cukup bawang putih, bawang merah dan sedikit garam. Setelah dibacem, lalu belalang digoreng dengan tambahan bumbu kecap. Mudah kan? “Ayo makan! Enak kok.” Seru kawan saya, seorang dosen senior UB yang menawarkan Belalang Goreng pada mahasiswanya yang ikut dalam rombongan. “Nggak, Pak.” Sang mahasiswa menolak halus sambil menggetar-getarkan bahunya. Saya yakin mahasiswa itu menolak karena takut muntah karena tidak biasa makan makanan ‘aneh’. “Pak, nambah ya?” Saya kembali mengeruk tiga sendok Belalang Goreng , Ketagihan atau kelaparan, ya? Salam Kuliner Nusantara...Kriuk Kriuk :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun