Ada suatu perasaan senang dan rasa syukur yang mendalam bisa merasakan dan mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang begitu berharga. Pondok pesantren, yah begitulah orang mengenalnya hanya sekadar untuk belajar agama. Dan syukur alhamdulillah bisa menamatkannya dengan sisa waktu 1 tahun lagi.Â
Kenangan yang tidak terlupakan pada masa-masa pertama kali saat menginjakkan kaki di Gontor, saat melewati masa anak baru, dan menjadi pusat perhatian dikarenakan masih awam dalam hal berpakaian yang rapih, dan merawat diri. Saat menikmati suasana sore hari dengan berbagai dinamika di setiap sudutnya. Â Ada yang berolahraga, mencuci pakaian, latihan pramuka, dan ada yg mengisinya dengan makan.
Tidak dapat kusangka bisa mencintai pondok ini, tidak sama sekali. Adalah yang tidak kuinginkan sebelumnya untuk melanjutkan ke dunia pesantren. Yang hanya dikenal orang-orang hanya bisa pandai mengaji dan hal yang berbau agama yang lain.Â
3 tahun yang lalu saat aku dan teman-teman membicarakan untuk melanjutkan masa sekolah, kami merencanakan untuk melanjutkan ke sekolah favorit.
Kenginanku yang amat sangat untuk bisa masuk ke SMA favorit agar bisa berbarengan dengan teman SMP ku bertolak belakang dengan keinginan orang tuaku yang ingin memasukkan ke pondok pesantren
"Kamu ibu masukkan ke pesantren ya, biar bisa jadi ulama"Â
"Hah apa," kagetku saat itu
"Aku mau lanjut ke SMA Negeri, biar bisa bareng sama temen-ku"
"Ahh ya sudahlah terserah ibu"
Â
Ketika masa ujian masuk pondok, aku pun menjalaninya dengan tidak serius, berharap agar tidak diterima dan bisa masuk ke SMA favorit.